Lihat ke Halaman Asli

Rade A. Ludji

Kisahku sejarahku. Sejarahku bisa jadi bagian dari sejarahmu

Sosok Ayah

Diperbarui: 8 Februari 2016   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

By: Rade A. Ludji

Edit : Eypul LH

Alkisah, Sahabat ku mengajak ke rumahnya. Moment perbincangan kelurga itu terasa sangat dekat seakan membawa ku pada keluarga. Ceria, gembira ria, ramah dan saling menasehati.  Terharu rasanya melihat kegembiraan keluarga ini. 

 

Aku teringat pada sosok ayah Dady (alm) dan ibu serta adik (Gusty). Sekian lama tak pernah mengingat ayah. Dari keluarga tersebut, aku tak bisa Menahan menetes Air mata. Pengen ada di pelukan Ayah. Bertemu dan bercanda ria. Bercerita akan perjalanan hidup ini. Sedih rasanya.... Ihihihihhh.

 

Puluhan (20-an) tahun menjalani hidup tanpa ayah. Rasanya pilu, di saat tertentu merasa tak kuat menjalani hidup ini. Namun itu semua di lewati dengan senyum dan syukur. Rasa sulit itu belum seberapa karena masih ada mama dan Gusty (adik laki2 ku). Terima kasih ayah untuk 6 tahun bersama yang begitu indah. Aku tidak sendirian, Mama dan Gusty masih ada untuk aku. Kami semua mengagumi sosok ayah.

 

Wajah ayah  masih terbayang dengan jelas dalam ingatan kami. Suara ayah dan cara berjalan yang sudah samar-samar, tak teringat dengan jelas lagi. Hanya  cara ayah tertawa dan tersenyum. memanggil nama saya yg masih ingat, itupun nyaris hilang dari ingatan.  Cara ayah menyayangi dan menasehati kami yang selalu ku ingat. Itu pula yang membuat aku kuat dan bisa mandiri.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline