Lihat ke Halaman Asli

[It's] The One

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Hh… Hh.. Ayo, harus bisa…! Empat puluh tujuh... Empat puluh de... la... pan! Empat puluh sembi....lan! Li...ma puluh! Hh... Hh... Yes!” ucapku sambil peluh mengucur deras membasahi tubuhku.

Drrt… Drrt… Telepon seluler yang kuletakkan di dekatku terlihat bergetar. Aku mengabaikannya sambil meneruskan latihan, “Hh… Lima, enam…”

Drrt... Drrt...

”Lima belas, enam belas...,” lanjutku

Drrt... Drrt...

Dengan kesal, aku mengangkat panggilan itu, ”Ugh! Apaan sih!? Halo, u’d better have a very important news! Iya gue lagi sibuk. Udah, telpon aja setengah jam lagi!” Klik. Aku memutuskan sambungan telepon.

“Lo lagi sibuk nggak? Udah tahu gue lama ngangkat hp, ya berarti gue lagi sibuk dong! Capek deh! Sibuk ngapain? Ya urusan gue dong…! Hh… Dua puluh…, dua puluh satu… Hm, tapi kenapa suara Arum serius banget ya? Apa memang ada hal penting?” kataku kepada diri sendiri.

Kemudian, aku pun memutuskan untuk menghubungi Arum. “Halo Rum, ada apa?” tanyaku dengan nada sedikit tergesa.
Arum yang segera mengangkat panggilan dariku terdengar kaget menerima teleponku, “Oi, belum setengah jam nih. Lo yakin udah nggak sibuk?”

“Iya sori, tadi memang gue lagi in the middle of something. What’s up doc?” sambungku lagi.
“Lo kenapa sih Den, susah banget dihubungi? Lagi sibuk ngapain sih?” tanya Arum.

Aku menghela nafas sambil berkata, ”Ya elah, kirain gue ada apa... Lo nelepon gue cuma buat nanyain itu?”

“Yah, salah satunya… Habis, beberapa hari ini gue susah banget ngehubungi lo. Ada apa sih?” tanyanya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline