Riuh suara histeris anak-anak cewek terdengar sampai ke ruang redaksi majalah sekolah. Memang jarak lapangan basket dengan ruangan yang penuh tumpukan kertas itu tidak jauh. Rosalin melongok ke jendela yang terbuka, kepalanya menyembul keluar memastikan apa yang terjadi di bawah ruangannya.
Dari lantai dua dia dapat melihat begitu ramai anak-anak berkumpul di lapangan basket. Daniel mengambil bola, memantul-mantulkannya ke lantai lapangan. Slumduk, disusul histeris anak-anak cewek dan sorak sorai gadis-gadis Cheerleader yang berpakaian seksi.
*
Rosalin menyusuri lorong gelap, berbelok menuju anak tangga dari kayu. Sekolah masih sepi, kelas-kelas juga masih tertutup pintunya. Rosalin berangkat sangat pagi, ada tugas dari guru Bahasa Indonesianya. Bu Cicilia memintanya mengganti materi majalah Dinding sekolah sebelum anak-anak lain datang di sekolah.
Rosalin meletakkan tas ranselnya di lantai, mengeluarkan kertas warna-warni yang sudah disiapkannya dengan team Mading sejak kemarin. Tepat saat Rosalin turun dari kursi yang menopangnya, seorang cowok menabrak kursinya. Barang-barang yang dibawa cowok itu berhamburan, bola basket lepas dari tangannya, menyembul-nyembul menghantam lantai ke sana sini.
"Maaf, aku tidak melihatmu." Cowok itu memungut buku-bukunya yang berserakan, susah payah dengan dua tas ransel di punggung dan lengan kirinya. Rosalin membantunya mengambil bola basket yang telah mendarat tenang di ujung koridor lantai dua.
"Boleh aku membantumu?" Rosalin menawarkan bantuan dengan tulus.
"Yups, aku kepayahan, teamku belum ada yang datang." Daniel mengangkat kedua bahunya, membetulkan tas ransel yang melorot. Rosalin segera menyambut tas itu dengan hati-hati dan berjalan di samping Daniel.
"Kamu kelas berapa? Jurusan apa?" Daniel bertanya kepada Rosalin tanpa memandang ke arahnya. Jalannya semakin cepat membuat Rosalin keteteran mengikutinya.
"Oh, namaku Rosalin, aku kelas dua Bahasa, teman-temanku memanggilku dengan sebutan Oca." Rosalin terlihat ngos-ngosan menjawab pertanyaan dari cowok ganteng itu. Daniel menghentikan langkah, memandang Rosalin dengan mengeryit.