Ia lahir dan besar di Malaysia. Tapi darah yang mengalir padanya adalah darah Jambi dari ayahnya yang bernama Datuk Abdul Aziz yang tak lain tangan kanan pahlawan Jambi, Sultan Thaha. -- [caption id="attachment_92450" align="alignleft" width="300" caption="Kalung bintang kejora dari Turki. foto koleksi pribadi dari edi junaedi"][/caption] Awalnya saya tidak berniat menuliskan ini. Ada beberapa alasan, misalnya, rekan saya yang menuliskan berita ini adalah seorang kompasianer. Karenanya saya berharap ia juga bisa menuliskannya dengan di Kompasiana dengan angle berbeda seperti yang telah ia tulis di sini. Tapi, itu berubah setelah saya menemukan fakta yang membuat saya ingin sekali menuliskannya. Di bawah, akan saya jelaskan kemudian. Adalah Datuk Ishak bi Abdul Aziz, seorang yang mempunyai pertalian darah dan sejarah dengan Jambi. Tapi, kini namanya justru mewarnai kancah perpolitikan negeri jiran Malaysia. Datuk Ishak bin Abdul Aziz tak lain merupakan tokoh UMNO, partai oposisi di Malaysia. Ia lahir dan besar di Malaysia. Tapi darah yang mengalir padanya adalah darah Jambi dari ayahnya yang bernama Datuk Abdul Aziz yang tak lain tangan kanan pahlawan Jambi, Sultan Thaha. Tak heran, Datuk Ishak hingga kini rutin memberi batuan terhadap pembangunan masjid di desanya, di Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari. Nama Datuk Ishak harum dan tenar di desa yang berada di tepian Sungai Batanghari dan di desa-desa sekitarnya. Ia dipanggil dengan sebutan Datuk Lung Shak. Lung merujuk kata Sulung, adapun Shak singkatan dari nama Ishak. Terakhir kali, Datuk Ishak pulang kampong ke Desa Teluk tahun 2009 lalu. Sudah jadi kebiasaanya, ia pun membagi-bagikan uang di sana. Mulai anak kecil hingga orang dewasa. Cerita dari Sayuti, Kepala Desa Olak Rambahan, yang masih punya pertalian darah dengan Datuk Ishak, ayah Datuk Ishak memilih menetap di Malaysia semasa penjajahan Belanda. Cerita Sayuti, kepindahan ayahnya Ishak ke Malaysia tak terlepas dari masuknya penjajah Belanda ke Jambi. Hal itu membuat Sultan Thaha, pahlawan sekaligus raja kesultanan Jambi ketika itu, mengutus perdana menterinya berangkat ke Turki. “Datuk Abdul Aziz diutus ke Turki untuk meminta bantuan empat punggawa membantu kerajaan Jambi melawan dan mengusir penjajah. Ada tanda yang melekat pada utusan itu, dan menunjukkan ia memang seorang yang diutus oleh Raja, yakni sebuah kalung kerajaan bernama Kalung Bintang Kejora.” (tribunjambi) Sepulang dari Turki, Abdul Aziz memilih menetap di Malaysia. Nah, soal kalung bintang kerjora itulah yang membuat saya tertarik. Dulu, saya pernah menuliskan benda bersejarah yang kini menjadi koleksi Museum Negeri Jambi tersebut. Kalung itu tak lain hadiah dari Khalifah Ustmani untuk Sultan Thaha. Medali dengan bentuk seperti matahari terbit itu bersegi tujuh. Di tengah medali, terdapat bundaran warna merah, bertuliskan huruf Arab. Salah satunya adalah angka yang menunjukkan tahun, yaitu 1298 H. Diduga, itu merupakan tahun disaat medali itu diserahkan. Pada bagian medali yang berbentuk matahari terbit, terdapat tujuh buah bintang dan bulan sabit kecil. Sementara bintang dan bulan sabit (seperti di atas kubah masjid) yang berukuran besar, menjadi penyatu antara medali dengan rantai. Di rantai itu terdapat enam buah keping bundaran. Pada kepingan itu juga terlihat tulisan Arab. Menurut Ujang Hariadi, Kepala Museum Negeri Jambi ketika itu, medali itu diberikan kesultanan di Turki kepada utusan Sultan Thaha yang meminta bantuan ke Turki. “Waktu itu penjajah Belanda kian agresif menyerang Jambi. Maka Sultan Thaha waktu itu meminta bantuan ke Turki,” ungkap Ujang. Permintaan bantuan ke Turki ini tentu saja memiliki alasan. Menurut Ujang, secara histori raja-raja Jambi yaitu Datuk Paduka Berhala memiliki pertalian darah dengan keturunan Turki. “Selain itu, karena di masa itu Turki dianggap sebagai pusat Islam yang sudah maju,” paparnya. Ujang melanjutkan ceritanya, di antara utusan tersebut sepulangnya dari Turki, tidak seluruhnya sampai ke Jambi. ”Di antara mereka ada yang tidak sampai, karena khawatir tertangkap Belanda. Lalu mereka menetap di Batu Patah, Johor Bahru, Malaysia,” terangnya. Dan, lengkaplah potongan puzzle sejarah itu. Saya yakin, pernyataan Ujang soal utusan Jambi yang menetap di Malaysia itu, salah satunya adalah Abdul Aziz, ayah dari Datuk Ishak yang menjadi aktivis UMNO. Sumber: tribunjambi Soal Sultan Thaha ada di kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H