Kalimat yang saya tuliskan sebagai judul di atas terngiang-ngiang di telinga saya selepas saya menonton film terbaru yang dibintangi oleh Jackie Chan yang berjudul “Dragon Blade”. Saya coba mencari artinya, dan hingga kini belum ada pencarian dari arti kalimat tersebut yang memuaskan rasa ingin tahu saya. Tapi, mungkin dengan menceritakan kembali isi film ini bisa membantu sedikit menenangkan pikiran yang risau.
[caption caption="Sumber gambar: collider.com"][/caption]
Alkisah, serombongan peneliti menemukan fakta bahwa ada interaksi antara pasukan Romawi dengan kekaisaran China beratus tahun yang lalu. Mungkin tepatnya beribu tahun yang lalu kali ya? Secara setting film ini mengambil lini masa sekian puluh tahun sebelum Masehi. Jadi, kalau mau dihitung jumlah tahunnya berarti sekitar 2100 tahun yang lalu. Fakta yang mereka temukan diperkuat dengan ditemukannya situs sebuah kota yang bernama Regum. Bagaimana ada sebuah kota yang diberi nama Romawi namun terletak di Jalur Sutera yang merupakan wilayah kekuasaan China? Nah, cerita pun bergulir ke masa lampau.
Adalah Huo An, seorang kapten pasukan khusus yang bertugas mengemban misi perdamaian di Jalur Sutera (Silk Road). Ngomong-ngomong, jalur sutera itu beneran ada dalam sejarah. Saya agak lupa-lupa ingat, tapi perannya sangat penting khususnya di bidang perdagangan. Di jalur perdagangan terpadat di dunia saat itulah, akulturasi budaya antar bangsa mulai terjadi. Banyak bangsa tidak hanya bertukar barang namun juga seni dan ilmu pengetahuan.
Pasukan Huo An kemudian ditangkap karena terbukti melakukan penyelundupan koin emas sejumlah sekian peti. Karena ini film, maka sudah pasti itu fitnah. Tidak ada Huo An minta saham di situ. Hanya Huo An minta bebas saja. Alias bebas berkreasi dan kembali bertemu dengan sang jenderal yang pernah menyelamatkan dirinya di kota Gerbang Angsa (Goose gate). Tentu saja sang jenderal sudah tidak ada. Yang ada hanya baju zirahnya saja. Dipajang di pusat kota Gerbang Angsa yang sudah setengah hancur tidak tahu hancurnya karena apa.
Cerita kemudian beralih ke sepasukan tentara Romawi yang dipimpin oleh Lucius (John Cussack). Mereka adalah sepasukan tentara desersi yang melarikan diri dari kejaran Tiberius (Adrien Brody). Tiberius sangat ingin menjadi salah satu penguasa (counsel atau kanselir mungkin persamaannya) dengan menyingkirkan counsel sebelumnya yaitu ayahnya sendiri. Ayahnya sudah tahu niat jahat Tiberius sehingga ayahnya telah menunjuk adik Tiberius yang bernama Publius menjadi bakal penggantinya kelak. Untuk mencegah satu dan lain hal terjadi, maka ayahnya Tiberius sudah membuat perjanjian damai dengan ratu kerajaan Parthians (mungkin Persia kali ya bahasa Indonesianya?).
Intinya, si Tiberius ini penjahat dan Lucius orang baiknya. Huo An? Ya jelaslah Huo An pasti membantu orang baiknya. Mereka berdua bertemu dalam duel di depan gerbang kota dan ketika badai pasir akan menyerang, Huo An pun menawarkan bantuan bagi Lucius dan pasukannya yang membawa serta juga Publius adik Tiberius yang masih kecil yang dalam kondisi sakit. Pertemanan dua sejoli eh dua kapten pasukan ini pun berlanjut ketika mendadak ada pesan penting dari pimpinan wilayah yang mengepalai Gerbang Angsa bahwa pembangunan kota harus selesai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Maka Huo An pun memberi usul agar menggunakan tentara Romawi dibawah pimpinan Lucius untuk membantu. Jadilah kota itu dibangun kembali dengan mengandalkan pasukan Lucius dan ilmu pengetahuan ala Romawi.
Cerita mulai rumit ketika pasukan Tiberius tiba. Ternyata itu semua sudah direncanakan dari awal oleh Tiberius. Tiberius sengaja membiarkan Lucius lari supaya ada alasan mengejarnya dan pada akhirnya menguasai Jalur Sutera. Lucius pun tertangkap dalam sebuah perangkap yang rupanya telah dirancang oleh Yin Po, mantan anak buah Huo An. Yin Po yang diperankan oleh salah satu personel Super Junior ini (tapi kok jadi penjahat ya..) ternyata berambisi untuk menjadi penguasa Jalur Sutera dengan jabatan sebagai Prefecture Chief, entah apa artinya saya juga tidak tahu.
Pada akhirnya Tiberius membunuh semuanya. Membunuh Yin Po, membunuh Sun adiknya Cold Moon, pimpinan bangsa Hun yang tergila-gila pada Huo An sampai mengaku-ngaku sebagai istrinya, dan membunuh beberapa pimpinan dari sekian bangsa yang ada di jalur sutera. Juga membunuh Publius adiknya bersama pengasuhnya dengan memaksa mereka terjun ke jurang. Hanya Lucius yang tidak dibunuhnya karena Lucius dibunuh oleh Huo An dengan alasan untuk mengakhiri penderitaannya. Adegan Huo An memanah Lucius ini mengingatkan saya pada salah satu adegan di mini seri Game of Throne, membunuh teman untuk mengakhiri penderitaannya. Aneh ya?
Film ini nyaris berakhir dengan kedatangan pasukan Pathians dalam jumlah besar yang dipimpin oleh ratu mereka. Tiberius akhirnya ketahuan, dan sebenarnya cerita sudah akan berakhir ketika Huo An malah memutuskan untuk menantang Tiberius. Awalnya Tiberius menolak karena yang bisa menantang tentara Romawi harus orang Romawi juga. Ternyata Huo An sudah resmi jadi orang Romawi, sebelumnya Huo An telah diberi penghargaan oleh Publius untuk menjadi First Commander dengan bukti sebilah pedang kecil yang penuh dengan ukiran. Lucius sendiri juga sudah menyerahkan pasukan yang dipimpinnya ke dalam tangan Huo An. Mereka pun berduel.
Sebenarnya duelnya tidak menarik karena Huo An sudah terluka duluan ketika berusaha kabur dari tawanan tentara Tiberius. Namun akhirnya Huo An bisa mengalahkan Tiberius walau sebenarnya tanpa disengaja. Sebenarnya bisa saja Tiberius membunuh Huo An karena belati yang menusuk Huo An di pangkal paha sudah dicabut oleh Tiberius, namun dia malah menusukkannya pada dirinya sendiri seraya berkata, “a real hero remains accountable till the end!”. Jadilah si Tiberius itu mati sambil terus mengucapkan kalimat itu walau mulutnya sudah penuh bersimbah darah. Kalimat yang hingga akhir artikel ini dituliskan belum juga saya mengerti.