Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Willy

Penikmat fiksi

Kopdar #BebasBerbagi: Walau Minim Gimmick, Ilmunya Tetap Asyik!

Diperbarui: 26 September 2015   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Para Narasumber sedang berbagi pengalaman entrepreneur mereka. Sumber: Pengelola Kompasiana."][/caption]

Berkali-kali berniat untuk ikut Kopdar dengan teman-teman Kompasianer di Jakarta akhirnya kesampaian juga saat ada pengumuman akan dilangsungkannya Kopdar Bebas Berbagi yang diselenggarakan oleh FWD Life. Mungkin saya termasuk salah satu Kompasianer yang pengorbanannya cukup besar untuk datang ke acara ini (lebay ya..). Sebagai orang Surabaya tentu perjalanan ke Jakarta adalah perjalanan yang cukup jauh dan memakan biaya juga. Dengan pengorbanan tersebut kira-kira nanti dapat apa ya? Hmmm…

Ketika datang di Kopi Tiam Tan yang berlokasi di kompleks SCBD, ternyata peserta acara sudah ramai. Terus terang saya agak heran juga karena awalnya saya pikir acara ini cukup eksklusif dengan dilakukan pembatasan hanya untuk 25 Kompasianer (yang kemudian jadi 31 kalau saya tidak salah). Pertanyaan saya terjawab ketika acara sudah dibuka oleh MC. Ternyata Kompasianer dianggap sebagai salah satu komunitas dan berstatus sebagai undangan. Yang anehnya lagi, ketika lomba live tweet tidak ada mention ke @kompasiana melainkan ke @kompascom. Tidak masalah sih sebetulnya, kan sama-sama bernaung di grup Kompas. Hanya sayangnya, hal ini menambah sederetan ketidak-tahuan panitia akan apa itu Kompasianer, terlebih lagi, apa itu Kompasiana. Sederetan ketidak tahuan? Yah, itu hanya satu dari sekian. Tapi yang sekian itu tak usah kita bahas kali ini. Saya berencana membuat artikel khusus nanti yang berisi masukan-masukan untuk panitia yang berasal dari sponsor kalau mau mengadakan even kopdar. Kapan ditulisnya? Nanti lah kalau sempat dan kalau niat he..3x.

Setelah senyum kanan-kiri dan menyapa beberapa orang yang saya duga adalah Kompasianer yang berasal dari Jakarta, saya pun duduk dan mulai menyimak acara demi acara. Pembawa acaranya cukup bagus, berusaha membawakan acara dengan baik. Acara pun dimulai dengan memperkenalkan beberapa orang undangan yang kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari 5 orang finalis lomba entrepreneur yang diselenggarakan oleh FWD Life. Ketika perkenalan para finalis itu, saya terkagum-kagum, mereka masih muda namun sudah mempunyai ide usaha yang cemerlang. Ada satu kalimat yang menarik yang disampaikan oleh Coach Dedy Dahlan dari Pasionpreneur Academy sebelum presentasi para finalis itu dimulai. Katanya, passion plus investor adalah kunci sukses sebuah bisnis. Jadi investor itu tidak melulu yang utama. Yang penting ada passion dulu. Apa sih passion itu? Menurut Coach Dedy Dahlan lagi, passion itu adalah dorongan dari dalam yang nggak bisa ditolak. Jadi temukan passionmu dan gunakan itu untuk menarik investor, maka jadi deh usaha yang top sekelas Brodo Foot Wear misalnya, yang kebetulan pemiliknya Yukka Harlada juga diundang sebagai nara sumber.

Finalis pertama mempresentasikan tentang PLUA, sebuah aplikasi untuk menemukan peluang usaha. Jujur, menurut saya dia ini yang seharusnya menjadi Juara Satu dan bukan Juara Dua. Tapi okelah, namanya juga juri yang menentukan, ya terima saja hasilnya, seperti banyak lomba di Kompasiana kan juga begitu toh? Jurinya kita tidak tahu, dan ketika hasilnya diumumkan lewat dari 2 minggu kita tetap terima-terima saja kan? (curcol nih he..3x).

Finalis yang presentasinya cukup lama adalah Rumah MC. Terus terang saya tidak menangkap ada hal baru atau inovasi di sini. Presentasinya cukup lama dibanding 2 presentan sebelumnya. Saya pikir setiap presentasi harusnya diberikan waktu yang sama, tapi tampaknya MC membiarkan presentasi ini berlangsung lama. Jangan-jangan MC-nya termasuk salah satu yang bernaung di Rumah MC ini? Bisa jadi… Bisa jadi…

Presentasi cukup menarik lainnya adalah ide pemanfaatan kulit kayu. Produknya khas dan jelas. Pemasarannya pas dan pangsa pasarnya masih luas. Ini yang menurut saya layak jadi Juara Dua. Sayangnya, contoh produknya tidak dibawa beberapa dan dipajang. Kalau ada, mungkin saya akan “memaksa” membelinya.

Wirausaha sekaligus berniat sosial ditunjukkan oleh presentasi yang mengangkat tentang harkat hidup petani kopi di Lampung. Hanya sayang, merek yang digunakan mirip dengan nama merek café terkenal yang menyediakan produk olahan kopi yang sudah mendunia. Kalau sang presentan memilih nama lokal apalagi menggunakan bahasa Lampung misalnya, saya yakin produknya akan lebih menarik. Walau begitu, niat sosialnya harus diacungi jempol. Masih muda tapi sudah mau memikirkan kehidupan orang lain. Sebenarnya layak untuk jadi Juara Tiga. Ini menurut saya lho!

Sesi tanya jawab dengan juri berlangsung agak hambar dan terburu-buru. Coba kalau bisa disediakan waktu yang cukup, tentu tak akan ada pertanyaan bodoh seperti bagaimana jika usaha mereka (para presentan) diberikan modal 10 juta USD. Wah, lihat dulu dong skala usahanya Om, omsetnya berapa, target marketnya siapa, dan peluang ekspansi usahanya bagaimana.

Untung ada Jakarta Pad Project (mudah-mudahan penulisan namanya benar) yang sangat menghibur dengan penampilan mereka bermusik tanpa alat musik konvensional. Alat musik yang mereka gunakan adalah Ipad. Kualitas musik dan vokalnya sangat oke. Setelah cukup terhibur oleh buaian lagu yang menghentak-hentak, ada sesi sharing Passionpreneur Academy oleh Passion Coach Dedy Dahlan yang cukup menarik dan juga sharing dari para nara sumber undangan. Ada beberapa catatan penting yang menurut saya layak untuk dibagikan kepada pembaca yang budiman. Apa saja itu? Nih simak:

  1. Passionate people itu hanya butuh satu hal saja yaitu: Nyali. Tanpa nyali sebuah usaha tak akan mulai-mulai.
  2. Rasa takut untuk berwirausaha harus dilawan dengan mencoba supaya nyali berwirausaha itu timbul.
  3. Fokus dengan apa yang kita suka, dan kembangkan peluangnya.
  4. Pisahkan uang untuk usaha dengan keuangan pribadi.
  5. Nyali dan modal sama pentingnya.

Sebenarnya masih banyak catatan penting lainnya. Tapi saya yang lupa mencatatnya. Yang jelas, ada beberapa hal yang menurut saya baik diterapkan jika ingin memulai sebuah usaha yang berasal dari passion kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline