Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Hidayat

TERVERIFIKASI

Budayawan Betawi

Menikmati Sensasi Lebaran di Kuburan

Diperbarui: 11 Juni 2019   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Selain lebaran anak yatim, orang Betawi juga mengenal yang namanya "Lebaran Kubur." Lebaran apa pula itu? Memangnya kuburan bisa lebaran? Ya, saya maklum, istilah lebaran kubur ini mungkin rada asing dan hanya dikenal dikalangan terbatas. Bila Anda atau kerabat Anda, tidak punya hubungan kekerabatan dengan etnis Betawi, maka istilah ini mungkin terdengar aneh.

Menjadi kebiasaan bagi sebagian besar muslim etnis Betawi  --paling tidak setahun dua kali- untuk ziarah kubur, mengunjungi para kerabatnya yang telah meninggal dunia. Ziarah pertama, pada bulan rowah, atau menjelang datangnya bulan puasa (Ramadhan). Dan kedua, di bulan Syawal (lebaran). Biasanya kuburan ramai pada hari kedua setelah lebaran, dan kami menyebutnya Lebaran Kubur. Ya, jika di hari pertama lebaran kami disibukkan dengan silaturahmi ke kerabat terdekat (nyak/babe, ncang/ncing) yang masih hidup, maka dihari kedua kami ziarah atau lebaran ke kerabat yang sudah wafat.

Oh ya, biasanya kami ziarah kubur waktunya di pagi hari, tak lama setelah shubuh berlalu, begitu matahari mulai rada terangan. Maklum, Betawi gak kuat panas-panasan. Kan kalian tahu sendiri, di kuburan jarang pepohon untuk neduh dari sengatan matahari. Disamping itu, pertimbangannya, sekelar ziarah kubur sekira jam 8-an, mereka bisa melanjutkan acara lebarannya dengan ngedatengin saudara-saudara lainnya yang rumahnya rada jauhan.

Lantaran kebanyakan anak Betawi ilmu agamanya mumpuni, maka di kuburan, mereka tak hanya tabur bunga dan baca fatihah saja, namun mereka ngedoain ahli kubur dengan doa paket lengkap. Saya katakan paket lengkap karena gak hanya baca rabbigfirli saja, namun diawali dengan baca Surah Yasin (full) kemudian kulhu 3X; Kul auzu birabbil falak dan annas sekali, lalu ayat pertama dan terakhir dari surat al-Baqorah; La ilaahaillah; Sholawatan, dan ditutup dengan doa yang panjangnya sekitar satu halaman quarto, heheh.. Ya total untuk acara lebaran kubur ini, kami, orang betawi menghabiskan waktu satu hingga dua jam di kuburan. Oh ya, paket doa komplit itu biasanya dibacakan di kuburan utama (Nyak/Babe). Nah, untuk kuburan ke dua, ketiga, keempat, (kuburan ncang/ncing) cukup baca al-fatihah dan doa arwah saja, heheh..

Enaknya momen lebaran kubur ini adalah, bagi mereka yang di hari pertama lebaran belum sempat bertemu atau berlebaran dengan kerabatnya, jangan khawatir. Datang aja ke kuburan pas hari kedua. In Sya Allah bakalan ketemu dengan saudara lainnya yang juga ziarah kubur di kuburan yang sama. Maklum, bagi orang Betawi, letak liang makam kerabatnya berdekat-dekatan. Walhasil, lebaran kubur di hari kedua dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi bermaaf-maafan di kuburan. Jadilah areal pemakanan ramai dengan prosesi salam-salaman dan basa basi dengan ujaran seperti ini:
"ehh loe dah ke rumah Ncang Naseh blom? bareng ya..!
atau
"Gak mudik loe, Mat? " (karena yang nanya tahu, bini nya orang jawa)

Begitulah prosesi "lebaran kubur", bagi kami, orang Betawi. Bagaimana dengan lebaran kubur versi Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline