Lihat ke Halaman Asli

Rachmat Hidayat

TERVERIFIKASI

Budayawan Betawi

Alasan Mengapa Sertijab Itu Cukup Penting

Diperbarui: 17 Oktober 2017   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: harnas.co

Bagi anda yang pernah diopname di rumah sakit, tentu akan menyaksikan momen saat pergantian (aplusan) perawat. Tatkala tiba waktu aplusan, perawat lama akan mendampingi perawat baru berkeliling menengok para pasien. Perawat yang lepas tugas akan menjelaskan kondisi dan perkembangan terakhir pasien sebelum diserahterimakan kepada perawat yang menggantikannya. Begitupun dalam aplusan tugas lainnya. Satpam di suatu perusahaan akan menyerahkan buku besar (stambook) yang berisi laporan atas kondisi 'kamtib' yang ada di perusahaan. Gunanya tentu agar petugas yang baru tahu kondisi real terakhir yang ia akan hadapi saat bertugas kedepan. Inilah yang dinamakan serah terima tugas.

Nah, bila pada level bawah (perawat di rumah sakit, dan satpam di perkantoran) ada kebiasaan serah terima tugas, tentu pada level pemerintahan (sipil maupun militer) lebih canggih lagi. Bila terjadi pergantian pejabat, maka di pemerintahan dikenal dengan istilah "Sertijab" atau serah terima jabatan. Maksudnya tentu agar pejabat baru mengetahui medan tugas serta apa yang mesti dikerjakan olehnya. Sertijab ini juga semacam perpisahan pejabat lama dan perkenalan pejabat baru kepada para staf kantornya. Sertijab ini bisa juga dimaknai sebagai kesinambungan kerja, dimana, jangan sampai terjadi, yang akan dikerjakan oleh pejabat baru, justru telah digarap oleh pejabat lama, misalnya. Tentu, yang paling utama dari acara serah terima jabatan ini adalah ada pengoperan atau pengalihan tanggung jawab dan wewenang dari pejabat lama ke pejabat baru.

Namun sayangnya kebiasaan baik itu tampaknya belum berlaku secara menyeluruh di tempatku bekerja. Kalau boleh dikatakan belum membudaya dan belum membiasa. Hanya pada jabatan di level-level tertentu saja yang men-tradisikan acara serah terima jabatan (sertijab). Biasanya, setelah si pejabat baru di lantik di Balaikota, maka pejabat lama yang digantikannya pun terkena rotasi, (entah itu mutasi, promosi atau demosi). Pejabat lama pindah ke selatan, pejabat baru masuk di utara. Nah, kedua pejabat ini tidak janjian untuk bertemu di kantor untuk menserahterimakan tugas, tanggung jawab, dan jabatannya. Keduanya langsung berkantor di kantor barunya masing-masing.

Begitulah, si pejabat baru, keesokan harinya masuk kantor baru. Ia melapor kepada Kepala Kantor/Dinas. Oleh Pejabat atau staf yang membidangi masalah kepegawaian, ia diantar ke ruang kerjanya, dan mulailah ia bekerja. Ya, kalau ia sudah paham pekerjaannya lantaran telah lama menguasai bidang itu, tentu tak jadi masalah. Namun, bila ia orang baru, tentu ia akan 'bengong' dan meraba-raba tugas dan pekerjaan apa yang harus ia lakukan. Nah, menyiasati hal itu mulailah ia bertanya-tanya kepada staf (senior)-nya yang lebih paham masalah di bidang itu. Dan, jadilah si staf senior ini 'mengajarkan' bos-nya.  

Begitulah yang terjadi. Tampaknya kita harus membudayakan dan membiasakan trasisi sertijab ini. Tradisi ini harus diwajibkan, dan menjadi satu kesatuan dalam proses pelantikan jabatan. Contoh yang bagus dapat kita lihat dalam dunia militer. Biasanya, setelah pejabat baru dilantik, tak berapa lama akan digelar sertijab, dimana pejabat lama menyerahkan panji kehormatan kepada atasannya untuk kemudian menyerahkannya kepada pejabat baru. Begitulah tradisi dan atau kebiasaan baik yang berlaku di militer.

---

Inilah yang tidak terjadi kemarin, usai Anies Rasyid Baswedan dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta. Setelah prosesi pelantikan di istana, seharusnya Djarot Syaiful Hidayat, selaku gubernur lama (2017) menyambut gubernur baru di Balaikota untuk melaksanakan serah terima jabatan dengan Anies. Di samping itu, akan terlihat elok bila Djarot mengantarkan dan memperkenalkan Anies kepada para staf dan pejabat dinas yang ada di Pemprov DKI Jakarta, yang akan membantunya nanti. Mungkin moment dimana Djarot memperkenalkan Anies kepada lingkungan kerja di Balaikota akan menjadi headline yang menyejukkan dan tertulis di media dengan judul; "Djarot Menggandeng Tangan Anies, Memperkenalkan Balaikota". Dan, kira-kira begini obrolan keduanya saat di Balaikota:

"Pak Anies, ini loh pak Andri Yansyah yang ngurusin transportasi di Jakarta. Pokoknya, kalau ada apa-apa dengan kemacetan Jakarta, jewer aja pak Andri," ujar Djarot memperkenalkan Andri Yansyah Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

"Oh, iya, makasih Pak Djarot, sudah dikenalkan sama Pak Andri,' jawab Anies dengan senyum mengembang.

Dalam sertijab itu tentu ada penyampaian pesan dan harapan dari pejabat lama sebagai refleksi atas kerja, pengabdian, dan karya yang telah dihasilkan pada 5 tahun yang lalu. Tentu saya berkeyakinan bahwa dalam momen sertijab itu pejabat lama (PL) akan berkata (entah tersirat atau tersurat) kepada pejabat baru (PB):

PL: "Pak, ini loh hasil pekerjaan yang telah kami selesaikan selam kami menjabat. Dan ini yang belum selesai, kalau bisa mohon perkenan ini diselesaikan, sayang lho, sudah nanggung, hampir 80 persen selesai."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline