Lihat ke Halaman Asli

Rachmah Dewi

TERVERIFIKASI

DEW | Jakarta | Books Author | Certified Content Writer and Copywriter

Salam Rindu yang Nggak Ada Obatnya dari Para Mahasiswa yang Ingin Kembali Belajar Tatap Muka

Diperbarui: 3 Januari 2021   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Kompas.com

Hallo Kompasianers!

Sebelum mulai menulis, aku mau ngucapin selamat tahun baru 2021 ya buat kita semua. Terima kasih 2020 yang begitu banyak mengajarkan arti kebersamaan, kesabaran, kesungguhan, kegigihan, serta keihklasan di mana hampir sepanjang tahun 2020 kemarin kita dihadapkan pada situasi pandemi Covid-19 yang tentunya gak mudah untuk dilewati bagi sebagian besar orang. Semoga di tahun 2021 ini, segala yang baik selalu menghampiri kehidupan kita semua ya! Aamiin..

Oh ya sebelumya juga ingin minta maaf nih ke admin Kompasiana, karena aku termasuk Kompasianer yang jarang banget nulis di sini hehehe, punten yak, min. Tapi di tahun 2021 emang bertekad pada diri sendiri untuk lebih rajin nulis lagi di Kompasiana, salah satunya aku ikutan event "Maraton Nulis Awal Tahun" selama 14 hari di Kompasiana.

Oke lesgo! Kita langsung masuk ke tema yang diberikan oleh Mimin Kompasiana di hari pertama ini. Btw, btw temanya adalah "Persiapan Kembali Belajar!"

Yup, walaupun aku bukan lagi seorang pelajar ataupun  seorang mahasiswa, tapi kini aku bekerja di sebuah institusi pendidikan (kampus) tepatnya di sebuah perguruan tinggi swasta. Walaupun bukan sebagai dosen melainkan sebagai staff content writer, tapi aku kini banyak bergaul dengan adik-adik oenyoe mahasiswa dan bapak/ibu dosen dalam keseharian pekerjaanku.

Jujur saja, bekerja di lingkungan kampus memang sudah 2 tahun lebih aku jalani, walaupun aku seringkali dapat tawaran atau lebih tepatnya sindiran "Kapan mau lanjut S2?" ya karena aku sering bergaul dengan Bapak/Ibu dosen yang jenjang pendidikannya sebagian besar sudah menyelesaikan studinya di program Pascasarjana baik jenjang S2 dan S3. Sementara aku, dari awal masuk kerja di sana masih betah saja dengan gelar S1.

Tapi, bukan itu inti ceritanya hehehe, yang ku mau ceritakan di sini adalah aku seriiingg sekali mendapat banyak curhatan hati (Curhat) dari para mahasiswa di kampus tempat aku bekerja serta curhatan dari Bapak/Ibu dosennya. Sebagian mahasiswa yang curhat ke aku selalu bertanya "Mbak Dew, kapan sih kita kembali belajar tatap muka langsung di kampus mbak?" Jujur, aku pun tak tahu jawabannya karena aku juga tidak mau jawab sekenannya dengan asbun alias asal bunyi. Selalu aku bilang "Sabar dulu yah, nanti aku tanyakan ke Ibu Ketua dan Ibu Kepala Program Studinya kapan kita semua boleh belajar tatap muka lagi di kampus"

Mereka---para mahasiswa juga banyak yang curhat ke aku bahwa mereka sudah tidak sabar untuk kembali belajar ke kampus. Bosan, suntuk, dan jenuh. Ketiga kata itulah yang salalu mereka ungkapkan ketika mereka telah lama mengikuti pembelajaran jarak jauh atau kuliah online. "Ya ampun mbak, laptop aku sampe rusak 3x, kepala aku cenat-cenut, hp aku panas, minus mata aku bertambah, dan tugas yang bejibun membuat aku stres mbak kuliah online tuh. Kangen ketemu langsung sama temen-temen mbak, kangen jajan di kantin sambil ketawa-ketiwi" Kata seorang mahasiswa di kampus tempat aku bekerja. Lucu mendengar cara bercerita mereka sekaligus aku merasa kasihan karena ketika aku menjadi mahasiswa dulu, aku tak pernah sekalipun merasakan kuliah online seperti mereka.

Tak hanya aku mendengar curhatan dari para mahasiswa, Civitas Akademika yang kali ini adalah seorang dosen juga ada yang curhat kepadaku, "Mbak, jujur aja sih, saya rindu deh ngajarin anak-anak secara langsung, rindu lihat ketawa mereka, rindu lihat muka panik mereka kalau mereka telat, rindu kebersamaan ketika tatap muka di kelas, tapi ya apa daya ya.. pandemi mengubah segalanya. Kita hanya bisa mengambil hikmahnya." Tutur seorang dosen yang curhat kepadaku. 

Lalu, aku pun menjawab, "Iya sih Pak, aku juga rindu ketemu mahasiswa kalau lewat mondar-mandir ke arah mejaku dan bertanya, "Mbak, Kelasnya bapak A di pindah ke ruang mana sih?" Atau ada yang nanya, "Mbak punya pulpen ga? Saya pinjem dong." Tuturku sambil tersenyum menimpali curhatan bapak dosen tersebut

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline