Tak terasa bulan agustus sudah berada di penghujung hari. Dan itu tandanya, kurang lebih 3 bulan lagi sudah akan berganti tahun. apa rencana kalian yang belum juga terlaksana sampai saat ini? Dapat beasiswa? kuliah S2 di luar negeri? Menulis buku? Atau mau menikah?
Dalam artikel yang saya mau tulis kali ini, saya bukan mau berbagi mengenai gimana caranya supaya dapet beasiswa ke luar negeri dan juga gimana caranya biar dapet jodoh agar segera menikah. Bukan itu kok, hehehe.Saya mau berbagi sedikit sesuai apa yang pernah saya baca, dengar, dan alami sendiri tentang menulis buku.
Sebelum naskah buku saya selesai, 6 bulan yang lalu, saya sempat mengikuti kursus singkat menulis selama 30 hari. Dari sana, saya banyak sekali mendapat kenalan-kenalan penulis. Lintas genre dan lintas generasi, bahkan lintas negara, karena ada yang berdomisili di Malaysia, Mesir, dan Belanda Tak hanya penulis buku nonfiksi, namun juga buku fiksi. Teman-teman saya yang penulis tersebut, hebat-hebat banget. Hebatnya kenapa? Ada yang sudah menulis lebih dari 20 buku, ada juga yang sudah menulis lebih dari 10 buku. Dan profesi mereka pun bukan hanya sekadar menjadi seorang penulis buku, ada yang menjadi dokter, penyiar radio, guru, mahasiswa, wartawan.
"Keren abis! Di tengah kesibukan profesi yang mereka geluti, tapi mereka masih sempat untuk menulis buku. Luar biasa!" begitu batin saya dalam hati ketika mendengar cerita-cerita mereka.
Dan, saya pun banyak bertanya pada senior-senior saya yang sudah banyak menerbitkan buku tersebut. Karena tentu bagi penulis buku pemula seperti saya, terkadang saya masih suka tidak percaya diri dalam menuangkan sebuah tulisan agar tulisan saya tersebut bisa sampai ke pembaca.
Saya jadi teringat perkataan dari salah seorang penulis best seller Indoensia, Mas Ahmad Fuadi. "Setiap kehidupan seseorang pasti punya sisi menarik untuk dituliskan. Mulailah untuk menulis, setidaknya satu buku sebelum kita meninggal nanti." Dan saya juga teringat perkataan dari salah seorang penulis best seller Indonesia, Mas Brili Agung "Menulislah karena tulisan kita nanti akan menjadi amal jariyah dan ladang pahala, apabila kita sudah tidak lagi berada di dunia"
Jadi bisa dibilang betapa pentingnya menulis. Apalagi menulis buku. Setidaknya ada 5 hal berikut yang harus kamu indahkan apabila kamu benar-benar ingin menjadi penulis buku. Apa saja? saya sudah merangkumnya berdasarkan apa yang telah saya baca, amati, dan dengar, karena terkadang, 5 hal ini yang suka menghantui kita, ketika kita sudah mempunyai keinginan yang menggebu-gebu untuk menulis buku. Simak ulasannya berikut ini:
- Mau Jadi Penulis tapi Tidak Suka Baca
Ya memang, menulis dan membaca itu adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Kalau gak pernah baca, tidak akan bisa menulis. Tapi sebenarnya gak perlu dari suka baca dulu kalau mau jadi penulis. Tulislah dan keluarkanlah semua apa yang ada di kepalamu. Jadi jangan termindset, kalau gak suka baca buku selamanya tidak akan bisa menjadi penulis. Itu salah besar. karena setelah keranjingan nulis, pasti akan keranjingan baca buku juga.
- Tidak Ada Ide Buat Nulis
Nah yang kayak gini nih, biasanya saya selalu ditanya sama teman saya. "Lo dapet ide darimana sih buat nulis? Kok kayaknya kalo gue susah banget gitu dapetin ide." Sebenarnya, ide itu selalu ada kok kapanpun dan di manapun. Coba tanya pada diri sendiri saja, "Apa kegelisahan yang ada pada diri kita akhir-akhir ini?" atau "Apa yang membuatmu susah tidur belakangan ini?' nah, itu bisa menjadi ide buat menulis.
- Bingung Mulai Menulis dari Mana
Kadang kita ini bingung ketika mau memulai untuk menulis darimana. Problem yang dialami penulis pemula kayak saya sih biasanya, bingung mau nulis yang mana dulu. Teman saya yang sudah menuliskan lebih dari 20 buku itu berkata pada saya. "Jika bingung mau memulai menulis darimana, cob abalai dengan rumus 3M. yaitu: Mulai dari yang kepikiran, Mulai dari yang termudah, dan Mulai dari sekarang.
- Bingung Nanti Mau Nerbitin Buku di Mana
Ini salah satu problem yang menghambat seseorang untuk menulis buku. Karena mereka sudah berkecil hati duluan, kalau-kalau naskah yang mereka tulis itu ditolak oleh penerbit ternama di Indoenesia. Hay, bray! Santai saja masalah itu sih! Yang penting, karyamu jadi dulu. Penerbit major yang terdaftar di IKAPI itu lebih dari 3000 penerbit. Belum lagi sekarang ada yang namanya self publishing.