[caption id="" align="alignnone" width="364" caption="sumber gambar : google.co.id"][/caption]
Lurikdalam bahasa Jawa kuno lorek memiliki arti lajur atau garis, belang dan dapat juga diartikan sebagai corak. Maka tak heran lagi jika di Pulau Jawa kain tenun bermotif tersebut dikenal dengan nama kain lurik. Kain lurik sendiri memiliki tiga sebutan nama sesuai dengan motif yang berbeda, seperti sebutan lajuran untuk motif garis – garis yang searah dengan panjang sehelai kain. Ada lagi sebutan pakan malang untuk motif garis – garis yang searah lebar kain, serta ada pula sebutan cacahan untuk motif kecil – kecil.
Namun sayang berkembangnya jaman yang begitu pesat membuat kain lurik tersebut menjadi barang langka.. Saat ini banyak kalangan anak muda yang tidak mengetahui akan keberadaan lurik. Minat para masyarakat akan kain lurik pun menurun seiring berjalannya waktu dan seiring pengaruh model budaya barat. Padahal kain lurik digunakan sebagai bahan utama pembuatan pakaian kraton daerah DIY dan surakarta (surjan) khususnya kaum lelaki. Alangkah disayangkan fenomena seperti itu. Berkat keuletan para pencinta kain lurik, kini kain lurik sudah mulai memperlihatkan eksistensinya kembali. Terbukti dengan adanya lurik disetiap pameran busana dipenjuru tanah air. Tetapi taukah anda tentang Sejarah kain lurik?? Inilah jawabannya..
Berbagai penemuan sejarah memperlihatkan bahwa kain tenun lurik telah ada di Jawa sejak zaman pra sejarah. Ini dapat dilihat dari berbagai prasasti yang masih tersisa, misalnya Prasasti peninggalan zaman Kerajaan Mataram (851 – 882 M) menunjuk adanya kain lurik pakan malang. Prasasti Raja Erlangga dari Jawa Timur tahun 1033 menyebutkan kain tuluh watu, salah satu nama kain lurik. Demikian juga pemakaian selendang pada arca terracotta asal Trowulan di Jawa Timur dari abad ke 15 M (museum Sonobudaya, Yogyakarta) juga memperlihatkan pemakaian lurik pada masa itu. Yang lebih memperkuat pendapat bahwa tenun telah dikenal lama di Pulau Jawa adalah pemakaian kain tenun pada arca-arca dan relief candi yang tersebar di Pulau Jawa.Tiga daerah utama penyebaran Lurik di Pulau Jawa adalah Yogya, Solo dan Tuban.
Pada awalnya Kain lurik dibuat dengan menggunakan alat tenun gendong. Kemudian yang alat tenun lurik yang lain bernama ATMB (Alat Tenun Bukan Mesin). Kini seiring dengan berkembangnya informasi teknologi, kain lurik sudah dibuat menggunakan alat tenun mesin. Namun didesa Krapyak wetan, kecamatan sewon kabupaten Bantul salah satu pengrajin kain lurik masih menjaga keaslian kain lurik dengan masih diproduksinya kain lurik menggunakan alat tenun bukan mesin. Perusahan satu-satunya yang masih ada didaerah bantul ini memiliki sekitar 60 pegawai untuk memproduksi kain lurik.
[caption id="" align="alignnone" width="268" caption="sumber gambar :google.co.id"]
[/caption]
Setiap harinya perusahaan yang bernama “KURNIA” ini tidak pernah sepi pelangan. Dengan usah keras untuk mengenalkan kainlurik kepada masyarakat luas kini Kurnia sudah memetik hasilnya. Banyak pembeli yang dating dari luar Daerah Jogja menyempatkan waktunya hanya untuk membeli kain lurik atau sekedar pelihat cara pembuatan kain lurik. Perusahaan yang patut di acungi jempol untuk keuletannya melestarikan warisan budaya ini buka dari pukul 09.00 Sampai 17.00. Semua pembeli diperbolehkan melihat-lihat cara pembuatan kain lurik. Selain itu inovasi dari kain lurik seperti kerajinan lurik berupa tas, pernak-pernik, souvenir dan lain-lain Juga bisa kita dapatkan disini.
Suatu kebangaan untuk Indonesia, Lurik kini sudah mulai diirik oleh para desainer-desainer kondan untuk dijadikan bahan garapan mereka. Banyak para pesohor dalam dan Luar negri yang berminat untuk lebih mendalami tentang kain lurik. Meskipun Demikian, peran pemerintah sangat penting dalam upaya pelestarian ini. Namun kita sebagai rakyat Indonesia yang baik tentunya juga harus ikut melestarikan kain lurik dan menjaga warisan budaya kita ini agar tidak diklem Negara lain. Karena jika Bukan kita, Siapa lagi yang akan Melestarikannya??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H