Lihat ke Halaman Asli

Mojok Dahulu di Pojok Gus Dur

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pojok Gur Dus Diresmikan

JAKARTA-Walaupun Mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur telah wafad pada tanggal 30 Desember 2009 di RSCM Jakarta tetapi ide-ide dan ajaran beliau masih dijalankan oleh para pengikutnya. Pojok Gus Dur adalah nama yang diharapkan menunjukan posisi berdiri Gus Dur sepanjang hidupnya. Ia tak selalu tegak berdiri paling depan, tidak pula selalu mengambil jalan tengah atau mendorong dari belakang.

Pojok Gus Dur

Gus Dur adalah sosok yang setia mengarungi seluruh dimensi ruang dan waktu dari pojok yang satu ke pojok yang lain, sama rata. Sejak sebelum gedung baru PBNU diresmikan oleh Gus Dur sebagai Presiden RI pada 5 November 1999/26 Rajab 1420 H, Ia telah lama berkantor disini. Diruangan inilah kini dialihfungsikan sebagai pusat informasi dan dokumentasi mengenai Gus Dur. Tersedia koleksi audio video serta beberapa buku-buku tentang Gus Dur sebagai koleksi perpustakaan di pojok Gus Dur ini. Peresmian Pojok Gus Dur di gedung PBNU lantai dasar di Jakarta, Minggu 8 Agustus 2011, ini juga untuk memperingati hari ulang tahun Gus Dur yang jatuh pada tanggal 4 Agustus 1940. "Demokrasi itu bukan hanya tak haram tapi wajib dalam Islam. Menegakan demokrasi itu salah satu prinsip Islam, yakni syuro"; "Gitu Saja kok Repot"; "Demokrasi harus berlandaskan kedaulatan hukum dan persamaan setiap warga negara tanpa membedakan latar belakang ras, suku agama dan asal muasal, dimuka undang-undang" merupakan kata-kata Gus Dur yang terkenal. "Soeharto was a New Order president, Habibie was In Order and I am No Order" ujar Gus Dur. "Presiden Soekarno gila perempuan, Presiden Soeharto gila harta, Presiden Habibie gila-gilaan, Presiden Abdurrahman Wahid bikin banyak orang jadi gila," ujar Gus Dur. Ruangan kerja pribadi Gus Dur sudah lama tidak terbuka dan selalu terkunci, banyak kalangan dari daerah yang datang ke Jakarta dan singgah ke kantor PBNU kecewa karena tidak bisa memasuki ruangan Gus Dur, mereka cukup puas dengan mencium pintu ruangan Gus Dur. Atas dasar itulah salah satu pemikiran untuk membuka kembali ruangan pribadi Gus Dur, melihat dan membaca serta mendengar koleksi audio visualnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline