(KompasianaBaru-Jakarta) Mantan Wakil Presiden Jusuf kalla sudah selesai menjalani tugas politiknya sebagai Wakil Presiden Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2009 setelah pada pemilu Presiden tahun 2009 beliau berpasangan dengan Wiranto, pasangan JK-WIN kalah suara daripada pasangan SBY-Boediono serta pasangan Megawati-Prabowo dan sekarang Jusuf Kalla (JK) aktif sebagai ketua umum PMI pusat (Palang Merah Indonesia).
Tetapi pernahkah anda berfikir bahwa nama panjang beliau adalah Muhammad Jusuf kalla (MJK) dan mengapa harus disingkat menjadi JK Jusuf Kalla (JK)?
Begini ceritanya, pada saat kampanye pemilihan presiden (pilres) tahun 2004, Jusuf kalla berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, atau yang lebih terkenal dengan sebutan SBY-JK. Dimana-mana slogan itu berkumandang baik di spanduk-spanduk, baliho-baliho, iklan-iklan di surat khabar, majalah, media cetak, media elektronik, radio dan televisi.
Pada awal-awal kampanye bila kita perhatikan tertulis singkatan SBY-MJK, pada pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (CAPRES dan CAWAPRES) kemudian berubah menjadi SBY-JK, usut punya usut ternyata singkatan tersebut dikritik oleh tim kampanye beliau yang lebih terkenal dengan sebutan Lembang 9.
Tim sukses ini menyarankan agar singkatan dari nama Muhammad Jusuf Kalla (MJK) dirubah menjadi Jusuf kalla (JK) saja, agar pada saat kampanye pilpres nantinya tidak diplesetkan oleh para lawan-lawan politiknya menjadi MCK (Mandi Cuci Kakus). Atas usulan ini MJK langsung setuju bahwa nama beliau harus dipersingkat singkatannya dari MJK menjadi JK saja.
Demikian kata Jusuf Kalla dengan terbuka di depan para hadiran para undangan serta media cetak dan media elektronika, saat Diskusi Publik "Menyongsong 3 Tahun Jalannya Pemerintahan SBY-JK," di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis siang jam 13:30 WIB, pada tanggal 1 Oktober 2007.
Makanya setelah itu kita lihat iklan-iklan kampanye beliau berubah total menjadi pasangan SBY-JK. Tetapi teman-teman dekat beliau sering memanggil dengan sebutan Daeng UCU atau Bang UCU oleh fungsionaris Partai Golkar begitu juga oleh alumni HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) atau KAHMI.
Bagi saya pribadi, saya mengenal Jusuf kalla dari dekat ialah saat beliau menjadi Menkokesra zamannya kabinet Presiden Megawati Soekarnoputri, pada saat lebaran Idul Fitri tahun 2003, saat itu saya kenalan dengan JK di mesjid Istiqlal setelah shalat Idul Fitri, saya sempat memberi beliau kartu nama, setelah itu kami masing-masing sibuk dengan urusan kami masing-masing.
Perjumpaan kedua adalah saat beliau kampanye Pemilihan Presiden (pilpres) tahun 2004, beliau berkunjung ke Serang-Banten pada pertengahan bulan Juni 2004, seharusnya sesuai jadwal yang datang adalah Capres (Calon presiden) yaitu SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dari teman-teman saya yang ada di Serang diajak pergi ke kantor Partai Demokrat, "SBY mau datang," di lapangan, alun-alun kota Serang massa telah menunggu kedatangan SBY.
Dari kantor Partai Demokrat, saya ketahui bahwa yang datang adalah JK bukan SBY, setelah berbicara dengan ketua Partai Demokrat, saya ketahui JK akan makan siang terlebih dahulu di daerah Ciceri di depan Stadion sepak bola kota Serang. Dengan menumpang mobil teman, kami berlima (sebelumnya tidak saling mengenal satu dengan lainnya) segera meluncur kerumah makan tersebut, rombongan JK baru datang, mereka masuk, kemudian kami masuk, teman-teman saya semuanya memakai baju kaos gambar SBY-JK, cuman saya saja yang malas memakai baju kaos gambar SBY-JK tersebut, hanya memakai kemeja coklat lengan panjang dan menyematkan saja pin gambar SBY-JK di dada kanan atas.
Didalam rumah makan tersebut JK kemudian shalat dhuhur dahulu, imamnya yang pakai sorban, beberapa tahun kemudian saya kenal dia bernama Ali Muchtar Ngabalin, saya menyusul keatas, sedangkan teman-teman saya menunggu di ruangan bawah, selesai JK shalat, saya persiapkan sebuah kartu nama untuk saya serahkan kepada JK, sekalian saya mau shalat dhuhur juga.