Lihat ke Halaman Asli

From Rusia with Love

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

(KompasianaBaru-Jakarta) Apa yang ada dalam benak Anda bila mendengar kata-kata Rusia? Negara Komunis, tirai besi, beruang merah, pecahan Uni Soviet, vodka. Memahami Rusia sungguh tidaklah pernah selesai, banyak sejarah panjang yang pernah terjadi pada negara tersebut, pada abad modern dimulainya perang Dunia I dan perang Dunia II serta Perang Dingin antara Uni Soviet versus Amerika Serikat hingga kehancuran negara komunis tersebut menjadi beberapa negara lain.

Bagaimanakah seorang anak bangsa Indonesia yang tinggal nun jauh pada negeri orang yang sekarang disebut Rusia, melihat dan memandang negeri ini dan dituliskan dalam suatu buku yang berjudul, "Vodka,Cinta dan Bunga," karya Aji Surya salah seorang diplomat KBRI di Rusia atau dapat juga dikatakan From Rusia With Love; Buku ini dibedah oleh penulisnya di Wisma Antara ,KBRN Antara, lantai 19, Ruang Rapat Utama, Jakarta, Rabu, 10 Februari 2010.

Menurut penulisnya, buku ini bukanlah kitab suci yang menjadi satu-satunya pengantar untuk memahami warna-warni Rusia masa kini, tetapi tidak lebih dari sebuah alternatif bagaimana kita melihat dan menikmati Rusia dengan cara lain, jadi semacam penggalan perjalanan Rusia baru dengan segala dinamikanya baik buruk, hitam putih dengan segala alasannya dan disajikan dalam bentuk sangat sederhana yakni melalui lorong pengalaman pribadi yang sangat subyektif.

Ada hal menarik dari seorang pengarang muslim, karena bisa masuk meliput kepada kehidupan kaum muslim yang ada di Rusia yang belum pernah ditulis oleh para jurnalis Barat, saat ini dari 140 juta penduduk Rusia ada 24 juta yang muslim serta sudah 12.000 yang naik haji, kedepan direncanakan dibuat training center Haji dari Indonesia dan akan dibuka cabang Bank Muamalat di Rusia.

Kalaupun harus menarik benang merah dari buku ini adalah bahwa kita perlu melihat Rusia sebagai bangsa yang memiliki harga dirinya. Apapun situasinya Rusia adalah darah dan jiwa mereka yang harus dibanggakan oleh rakyatnya serta tentu saja tidak terlepas dari kekurangannya.

Kita diharapkan bisa belajar sedikit banyak dari Rusia, komunisme boleh runtuh di Rusia tapi mereka segera bangkit dan berbenah untuk menata bangsa dan negara. Rusia boleh berganti sistem pemerintahan namun mereka terus menjaga harga dirinya. Itulah yang selalu dan selalu terjadi sejak zaman pra Tsar hingga saat ini.

Setiap bangsa yang ada dimuka bumi ini hendaknya harus selalu punya komitmen dan harga diri bukan baagsa yang tanpa jati diri alias tanpa jenis kelamin, bukan pula bangsa yang tdak berani mendongakkan kepalanya kepada bangsa yang lebih besar.

Hikmahnya, sudah saatnya kita tidak boleh patuh dengan bangsa asing, kita tidak boleh tunduk pada siapapun di luar bangsa kita sendiri. Apapun keadaannya kita harus mengangkat tinggi-tinggi nasionalisme Indonesia tanpa kompromi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline