Lihat ke Halaman Asli

Kritik Itu Membangun untuk Perubahan

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda pernah dengar kritikan? Anda pasti pernah di kritik. Setiap orang selalu di kritik, tidak peduli siapa saja dari presiden hingga rakyat jelata sering di kritik oleh orang lain. Sebagai contoh, presiden Soekarno mengkritik jenderal Soeharto sebagai orang yang sangat keras kepala, presiden Soeharto di kritik selalu memperkaya anak-anaknya dan para kroninya, melakukan KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme).

Presiden B.J.Habibie di kritik sebagai orang yang tuli karena tidak pernah mendengar kata-kata orang lain. Presiden Abdurrachman Wahid alias Gus Dur di kritik sebagai orang yang sering tidur, Gus Dur si tukang tidur, cuman hebatnya Gus Dur saat bangun dari tidurnya bisa langsung menjawab apa saja yang di tanya orang, katanya sih punya banyak jin. Dari hasil pengamatan penulis malah tidurnya ngorok lagi. Gus Dur juga pernah mengkritik Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri seperti kuda nil, hobinya Megawati adalah berendam di bak mandi.

Presiden Megawati Soekarnoputri di kritik sebagai orang yang bisu, jarang ngomong/bicara, pelit kata-kata, Megawati menganggap diam itu emas, tetapi tidak selamanya diam itu emas, buktinya Megawati dua kali kalah dalam pemilihan Presiden (pilpres) pada tahun 2004 dan tahun 2009. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di kritik sebagai Super Mario, orang yang selalu mengambil keputusan dan kebijakan sendiri melampaui wewenang kekuasaan Presiden SBY, malah sempat heboh dengan sebutan kekuasaan Matahari Kembar, " JK The Real President."

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kritik sebagai orang yang lelet, lambat, peragu dalam mengambil setiap keputusan, kasus Bank Century senilai Rp 6.762 Trilyun berlarut-larut, apalagi kasus cicak vs buaya, KPK vs Polisi yang sempat heboh beberapa waktu yang lalu, antar lembaga negara kok ribut, payah deh.

Dalam kasus ini bandit Anggodo Widjojo seperti jin ifrit saja, dia kelihatan seperti lebih kapolri daripada kapolri BHD sendiri, padahal saudara dia Anggoro Widjojo telah kabur ke Singapura. Memang Singapura merupakan negara tetangga yang sangat kurang ajar, menampung semua koruptor pelarian asal indonesia, pencucian uang,dll, betul-betul pagar yang makan tanaman.

Dalam ASEAN sendiri, Singapura itu ibarat kerikil dalam sepatu, harus di beri pelajaran biar jera, penduduk DKI Jakarta yang 10 juta jiwa saja ini kalau buang bom urine ke Singapura pasti tenggelam pulau dan negara tersebut, hilang dari peta dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline