Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Targetkan Penurunan Emisi 26% Pada Tahun 2020

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

(KompasianaBaru-Jakarta) Untuk menjaga kelestarian alam maka setiap negara perlu menetapkan satu hari dalam setahun sebagai hari Lingkungan Hidup Sedunia. Keanekaragaman hayati merupakan unsur pembentuk kelestarian lingkungan hidup yang berfungsi sebagai penopang utama kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia.

Himbauan untuk bersama-sama melestarikan lingkungan hidup perlu terus dikumandangkan karena menjadi tanggung jawab kita semua dan kebersamaan ini sangat penting sejalan dengan inisiatif Indonesia dalam upaya penurunan emisi sebesar 26% dari business as usual pada tahun 2020 dimana sekitar sepertiganya diharapkan dari kontribusi masyarakat luas.

Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2010 dengan thema "Many species, One Planet, One Future" atau "Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Bumi Kita."

Penghargaan Kalpataru 2010 itu terbagi ke dalam empat kategori, yakni Perintis Lingkungan yang dianugerahkan kepada 5 orang, Pengabdi Lingkungan 2 orang, Penyelamat Lingkungan 3 orang, dan Pembina Lingkungan 2 orang. Penghargaan Kalpataru diberikan kepada individu maupun kelompok masyarakat yang telah berjuang demi pelestarian lingkungan hidup.

Kategori Perintis Lingkungan dianugerahkan kepada Djohan Riduan Hasan, Mateus Bere Bau, Mahyiddin, Kholifah, dan Ujang Solikhin. Untuk kategori Pengabdi Lingkungan dianugerahkan kepada Yohanes Ebo dan Sumadi. Kategori Penyelamat Lingkungan kepada LSM Pilihi Dairi, KPSA Puspita Hijau, dan LSM Rekonvasi Bumi. Terakhir, kategori Pembina Lingkungan kepada Endang Sulistyowati dan Sudjiono Sastroatmodjo. Sejak 1980 hingga tahun ini, terdapat total 275 orang/kelompok penerima Kalpataru.

Penerima Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan:

(1) Djohan Riduan Hasan, (Kelurahan Girimaya, Kota Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung) yang mengelola lahan kritis pasca tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung. Kiprahnya berhasil merehabilitasi lahan kritis seluas 640 ha dan melakukan mixed farming model wanatani seluas 35 ha.

(2) Mateus Bere Bau, (Desa Kewar, Kec.Lamaknen, Kab.Belu, NTT) yang telah 35 tahun memotivasi masyarakat  menanam dan memelihara pohon pada lahan kering dan berbatu, di daerah yang berbatasan dengan Distrik Bobo Naro, Timor Leste. Usahanya dimulai dengan membangun 35 ha wanatani sebagai demplot, saat ini berhasil berkembang hingga 1600 ha hutan rakyat. Sebagai Raja Kewar, dia pun mengaktifkan hukum adat dan kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup.

(3) Mahyiddin, (Kelurahan Aneuk Laot, Kec. Sukakarya, Kota Sabang, NAD) yang melakukan pemulihan kerusakan hutan bakau melalui program Tsunami Underwater Clean Up di Selat Rubiah dan Iboih, Sabang. Juga melakukan pengawasan penggunaan bom ikan dan potassium (illegal fishing) serta melakukan transplantasi karang dan pembuatan 30 unit mooring buoys serta merehabilitasi hutan bakau dengan menanam sekitar 55.000 pohon bakau di Teluk Lhok Weng-Iboih, Ceuneuhot-Jaboi, dan Krueng Raya.

(4) Kholifah, (Desa Kedungringin, Kec. Beji, Kab. Pasuruan, Jawa Timur). Kholifah sejak tahun 1999 merintis pembuatan trichogramma, pupuk organik cair, pupuk organik padat, pengembangan tanaman hias, dan pengembangan jamur antagonis  dengan peralatan sederhana. Penerima Kalpataru ini berhasil memproduksi trichogramma sebanyak 20.000 pias/tahun, pupuk organik cair 5.000 Liter/tahun, dan pupuk organik sebanyak 6 ton/tahun.  Program ini dapat membantu meningkatkan produksi petani dan berhasil menurunkan penggunaan pupuk buatan dan pestisida kimia.

(5) Ujang Solikhin,  (Desa Kertasari, Kec. Ciamis, Kab. Ciamis, Jawa Barat)  Di sela-sela kesibukannya sebagai anggota TNI AD, Penerima kalpataru ini memanfaatkan sampah menjadi energi alternatif berupa briket arang organik sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Hasilnya ia dapat memproduksi arang briket sampah organik sebanyak 2 ton/hari. Dari kegiatan ekonomi kreatif yang digelutinya dia berhasil menanggulangi permasalahan sampah di Ciamis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline