Unicorn merupakan makhluk mitologi yang digambarkan sebagai kuda dengan satu tanduk panjang di kepalanya. Namun, tahukah kalian bahwa makhluk khayalan tersebut ternyata bisa ditemukan di bawah laut? Hanya saja rupanya berbeda.
Paus Narwhal (Monodon monoceros), yang hanya dapat ditemukan di kedalaman Samudera Arktik, Kutub Utara, sering kali dikaitkan dengan unicorn karena memiliki tanduk panjang di kepalanya.
Secara terminologi, nama ilmiah "Monodon monoceros" berarti "satu gigi, satu tanduk". Sementara narwhal berasal dari bahasa Norse kuno yang terdiri dari kata "Nar" yang berarti mayat dan "hval" yang berarti paus.
Paus mayat tersebut merujuk pada warna tubuhnya gelap dan memiliki bintik-bintik terang menyerupai mayat orang tenggelam. Saat ini, paus narwhal memiliki status IUCN "least concern" dengan estimasi total populasi sebanyak 123.000 individu dewasa di laut.
Narwhal mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang lonjong dan tanduk panjang di depan tubuhnya. Narwhal jantan dapat menumbuhkan satu tanduk hingga seukuran panjang tubuhnya. Namun, dalam kasus tertentu narwhal dapat memiliki dua tanduk sekaligus.
Tanduk pada umumnya merupakan tulang berlapis keratin yang tumbuh dikepala. Pada narwhal ternyata bagian tanduknya merupakan gigi rahang atas yang tumbuh memanjang seperti gading membentuk spiral dan mengerucut diujungnya. Gading narwhal yang patah tidak dapat ditumbuhkan kembali, hanya saja pada bagian ujungnya akan dilapisi oleh dentin/tulang yang keras untuk menutupi gading yang patah.
Fungsi gading narwhal masih banyak menjadi perdebatan mengingat sulitnya mengamati narwhal yang hidup di laut dingin dan dalam hingga dapat mencapai 1.500 m. Sebelumnya, gading narwhal diperkirakan berfungsi untuk berburu dan menangkap mangsa. Namun pernyataan tersebut terbantahkan karena narwhal hanya memakan ikan, cumi-cumi, dan udang. Secara logika untuk menombak makanannya tentu akan sangat sulit karena pergerakan mangsanya yang lincah, bila berhasilpun bayangkan bagaimana meraih makanannya yang berada di ujung gadingnya?
Menurut Martin Nweeia, seorang dokter gigi dan ahli biologi laut dari National Geographic yang melakukan penelitian tentang gading narwhal tahun 2014, gading narwhal merupakan sensor untuk merasakan perubahan tekanan, suhu, gerakan, tingkat kadar garam, dan kualitas air. Gading narwhal memiliki struktur yang lunak di bagian luar dan keras di bagian dalam, hal tersebut yang menjadi dasar bahwa terdapat saraf-saraf yang dapat merasakan perubahan lingkungan di sekitar narwhal.
Gading pada narwhal umumnya dimiliki oleh jantan, sehingga kemungkinan besar gading yang memanjang tersebut berperan dalam mendeteksi betina. "Mungkin bentina yang sedang estrus/birahi menyebabkan perubahan air sehingga mereka dapat merasakannya" ungkap Nweeia. Saat musim kawin, narwhal jantan memiliki kebiasaan menyilangkan gadingnya dengan jantan lainnya sambil mengeluarkan suara seperti siulan. Menurutnya, kemungkinan besar hal tersebut merupakan cara narwhal "menggosok giginya" agar tetap bersih.