Lihat ke Halaman Asli

Rachel Fitria

Research Leader

Catatan Refleksi tentang Pengembangan Pemberdayaan TPS 3R di Kabupaten Hulu Sungai Selatan "Pengelolaan Sampah dan Masyarakat Berkelanjutan"

Diperbarui: 31 Januari 2023   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemberdayaan

Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata. Pemberdayaan dilakukan karena masyarakat diharapkan secara mandiri dan berkelanjutan dapat mengelola lembaga, sumber daya dan potensi lokal. Dalam Konteks TPS 3R, masyarakat diharapkan dapat mengelola sampahnya dengan baik dan benar, tersistem sesuai prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dalam proses pengembangan pemberdayaan yang berkelanjutan dibutuhkan keterlibatan seluruh stakeholder terkait. Ketercapaian pemberdayaan sulit dilakukan dalam waktu singkat, keseluruhan proses membutuhkan waktu terutama dalam hal mengubah perilaku masyarakat, dan untuk pencepatan proses maka keterlibatan stakeholder, terutama stakeholder lokal sangat penting dan krusial.

Mind Mapping pemberdayaan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS)

Strategi yang diterapkan untuk pengelolaan sampah di Kabupaten HSS, dalam konteks TPS 3R dapat digambarkan secara general seperti berikut,

Pelibatan stakeholder pendukung dan keterlibatan masif DISPERA KPLH Kabupaten HSS menjadi titik fundamental dalam upaya pengelolaan sampah berkelanjutan di Kabupaten HSS. Konsep Pendekatan Pemberdayaan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah pelibatan stakeholder yang dipetakan dapat memberi dukungan terhadap keberlanjutan TPS 3R. Hingga tulisan ini dibuat, Forum Keberlanjutan Pengelolaan sampah Daerah belum terbentuk, hanya sampai ditahap Pra Forum, karena keterbatasan waktu (Pendampingan fasilitator TPS 3R TA. 2022 hanya 6 bulan), sehingga diharapkan dapat diwujudkan oleh stakeholder daerah.

Seperti yang diketahui bersama bahwa "There is no sustainable change at all, without a lot of participation". Keberlanjutan membutuhkan keterlibatan semua pihak. Semakin banyak yang terlibat, maka kita sedang membentuk sebuah ekosistem keberlanjutan. Perlu menjadi catatan bahwa Bupati Hulu Sungai Selatan dan jajarannya sebagai leader daerah cukup memberikan perhatian terhadap lingkungan, hal ini dapat dilihat dari dukungan untuk Wakil Bupati HSS dan jajaran DISPERA KPLH HSS belajar tentang pengelolaan sampah ke luar daerah dan dibentuknya kebijakan-kebijakan daerah untuk pengelolaan sampah secara terarah.

Untuk kemasyarakatannya sendiri digunakan metode AI, atau Appreciative Inquiry. Metode AI ini berfokus pada penemuan potensi. Masyarakat lokal dinilai paling mengenali potensi daerahnya, sehingga tugas sebagai fasilitator adalah memantik masyarakat untuk fokus pada pengembangan potensi yang dimiliki terlebih dahulu. Metode AI dipilih karena masyarakat diarahkan fokus menemukan dan memetakan potensi. Secara mental, ini lebih positif dan membahagiakan, menemukan potensi itu memberikan semangat. Sehingga memetakan potensi dan harapan, lalu design  pengembangan dan cara mencapainya. Metode AI dinilai akurat di beberapa sisi, karena dengan potensi yang ada, dikembangkan, sehingga diharapkan hasilnya akan sesuai dengan kebutuhan setempat, karena karakteristik manusia dan sumber daya lainnya itu khas, unik sesuai daerahnya.

Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk proses membentuk ekosistem keberlanjutan

Stakeholder Mapping

Ini dilakukan untuk dapat melihat gambaran representatif dari semua pihak yang kemungkinan dapat berefek dan bagaimana keterhubungannya.

Stakeholder Engagement

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline