Lihat ke Halaman Asli

Rachel Fitria

Research Leader

Quarter Life Crisis

Diperbarui: 21 September 2017   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://pijarpsikologi.org

Beberapa hari terakhir ini saya sedang giat membaca tentang Quarter Life Crisis. Awalnya sih karena ngerasa galau aja, hidup saya mau ke arah mana dan mau digimanain. Klise sih, tapi cukup menyita pikiran. 

Sebenarnya ini juga karena sudah sering banget ditanyain kapan nikah, padahal calonnya aja belum ada haha... Pengen ngumpul sama temen-temen lama pun susah, secara kebanyakan sudah pada berkeluarga. Yah, I do miss my old days a lot maybe haha... yang bisa nongkrong dan ketemu temen-temen kapanpun dan tanggung jawab yang nggak seribet sekarang.

Tempat saya tinggal sekarang pun sepiiii, ada sih orangnya, cuma kalau uda pada pulang kerja semuanya pada capek, yah ada juga sih yang malah pergi olahraga malem-malem. 

Saya? Nonton TV untuk sekedar mengusir kebosanan. Iya, saya tinggal di Mess punya perusahaan, yang kiri-kanannya rumah ini belum ada penghuninya, jadi sepinya minta ampun. Makanya saya bahagia kalo uda di tempat kerja, walaupun tugas banyak tapi masih bisa chit and chat ama karyawan yang lain, apalagi kalo uda saat makan siang di pantry. Bagi saya pantry itu surga di tempat kerja itu, bisa cekikikan sepuasnya haha...

Kalau weekend tiba, jangan harap saya akan berdiam diri di rumah, saya tipe orang yang pantang "kurang piknik". Untung tempat tinggal yang sekarang gak jauh-jauh amat dari rumah temen lama yang dulu ketika masih mahasiswa, saya sering menginap di rumahnya. 

Jadilah kalo weekend, saya bertandang ke rumah temen saya itu, selain itu saya juga bisa ikutan pelayanan mengajar anak-anak di sana. Kalo uda ngobrol, kami bisa lupa waktu, yah bukannya it is a blessing to have someone that you can talk to without any worries. We can share everything, our dreams, struggles, even random things until we forgot how time flies.Lalu saya kadang merasa bahwa saya bukan apa-apa di tempat kerja haha... saya merasa harus bener-bener bekerja keras buat adaptasi, selain lingkungan, budaya dan bahasa. Iyah, bahasa! Karena Manager kita orang asing yang gak bisa bahasa Indonesia. 

Kadang nih, saya sering banget merasa "kecil", sampe berkali-kali saya bilang ke diri sendiri kalau Tuhan pasti punya rencana kenapa saya ada di sini sekarang, dan ini akan baik bagi saya nanti akhirnya. I did it everytime I feel down, 'till by the time I feel much better.

Emang sih, mendekatkan diri ama Tuhan menjadi pilihan terbaik saat ini sembari sabar dan tidak membandingkan hidup kita dengan orang lain. Tuhan pasti punya the best plan for your life, so trust it!

#SharingisCaring

#Godisgood

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline