“Perjalanan ke Desa penempatan dan Keluarga Baru”
Gambar 1. Sunrise di Pantai depan Hotel Central, Ranai
Tanggal 22 Desember 2015, pagi-pagi sekali pukul 05.00 WIB saya segera bergegas ke bibir pantai di seberang hotel untuk menikmati momen matahari terbit. Ya, saya sangat menyukai momen matahari terbit. Saya berdiri di bibir pantai sambil menanti terbitnya mentari di ufuk timur. Ini momen sunrise pertama saya di Natuna, jadi saya harus mengabadikannya.
Setelah puas menikmati momen matahari terbit dan sarapan, akan diadakan pertemuan para Pengajar Muda XI dan Officer Indonesia Mengajar dengan perwakilan Bupati a.k.a Sekda dan Kepala Dinas Pendidikan serta para Kepala Sekolah SD yang sekolahnya akan ditempati oleh para Pengajar Muda XI, yang dilangsungkan pukul 10.45 WIB. Kami Pengajar Muda XI akan ditempatkan di desa yang berbeda-beda. Saya sendiri ditempatkan di Desa Gunung Putri, Pengajar Muda yang lain, Anindita di Desa Kelarik, Hanifati di Desa Pengadah, Dewi Maghfi di Desa Pian Tengah, Fenty di Teluk Buton, Dwika di Setumuk, Pulau Tiga, lalu Ines di Kerdau Pulau Subi, Ashari di Pulau Panjang, Subi, Tami di Batu Berian Pulau Serasan, dan Esti di Air Nusa, Pulau Serasan.
Gambar 2. Pengajar Muda XI bersama Sekda, Kadis Pendidikan, dan para Kepala Sekolah.
Pertemuan kami di kantor Bupati berlangsung lancar, dengan acara perkenalan para pengajar muda XI dan Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Setelah acara pertemuan selesai, kami para pengajar muda langsung berkoordinasi dengan Kepala Sekolah masing-masing untuk menyusun teknis pemberangkatan ke desa penempatan, tentu host fam kami sudah disiapkan oleh para Kepala Sekolah ini. Saya pun berdiskudi dengan pak Muharits, Kepala Sekolah SDN 011 Trans II, sekolah tempat saya akan mengabdi, untuk teknis keberangkatan saya ke desa Gunung Putri. Kami bersepakat hari itu juga saya berangkat dengan menggunakan mobil angkutan Ranai-Batubi. Saya pun kembali ke hotel dan mengemasi barang-barang dan bersiap berangkat.
Pukul 14.00 WIB, saya dijemput di depan hotel untuk segera berangkat ke Desa Gunung Putri. Sepanjang perjalanan, saya banyak “ngobrol” dengan pak supir dan penumpang tentang keadaan desa. Di tengah perjalanan saya menjumpai monyet yang menyeberang jalan dengan santainya. Menurut warga di sini, pemandangan tadi adalah hal lumrah yang terjadi, bahkan babi hutan pun sering melintas. Jalan menuju desa baru saja di aspal dua bulan lalu, namun ada beberapa bagian jalan yang masih tanah merah, belum diaspal, jembatannya pun sudah mulai rusak dan harus berhati-hati bila ingin melintasinya. Setelah sekitar 1,5 jam, kami mulai memasuki kawasan desa penempatan saya dan saya diturunkan di depan rumah host fam saya. Keluarga baru saya ini dulunya merupakan warga transmigrasi, mereka berasal dari Cilacap dan sudah tinggal di desa ini selama lebih dari 20 tahun, jadi bahasa yang mereka gunakan kadang jawa, kadang melayu. Saya disambut hangat di rumah baru saya ini, saya ditunjukkan kamar tempat saya akan tinggal dan disuguhi minuman dingin, maklum Natuna merupakan daerah beriklim panas walau musim hujan sekalipun. Dalam keluarga ini, saya akan memiliki 2 adik, adik pertama seorang perempuan sedang dalam jenjang kuliah semester 5 di Sekolah Tinggi Agama Islam Ranai dan yang bungsu, adik lelaki, sedang dalam jenjang SMA. Bapak dan Ibu memiliki toko kelontong di sebelah rumah. Rumah baru saya terletak di lokasi yang strategis, dekat dengan sekolah, kantor Desa, lapangan bola dan voli, perpustakaan daerah, dan dekat dengan menara BTS Telkomsel. Namun ketika saya sampai di desa, listrik sedang padam, jadi tidak ada sinyal sama sekali, saya pun tidak dapat menghubungi sesama pengajar muda XI untuk mengabarkan bahwa saya telah tiba di desa, maklum kami berjanji untuk selalu memberi kabar apabila telah sampai di desa masing-masing. Tower sinyal di desa ini terintegrasi dengan PLN, jadi bila listrik PLN mati, sinyal pun ikutan mati. Dan walau rumah saya dengan dengan tower, sinyal di sini hanya dapat digunakan untuk sms dan telpon, untuk sinyal internet sangat sulit, kadang ada kadang tidak, dan bila ada pun, sangat lambat. Saya sama sekali tidak dapat membuka email maupun google.
Oh ya, ibu merupakan kader posyandu, jadi setiap tanggal 10 di rumah ada senam bagi ibu hamil dan pijat bayi. Ibu juga aktif di PKK dan Bapak aktif di kegiatan mesjid. Saat saya tiba di rumah tanggal 22 Desember 2015, di rumah ini baru saja selesai dilaksanakan acara memperingati Hari Ibu, ah saya ketinggalan momen lomba memasak para ibu-ibu antar 3 desa. Desa saya, Desa Gunung Putri merupakan daerah SP 2. Jarak Desa kami dengan Desa Batubi Jaya (SP 1) sekitar 1,2 Km dan dengan Desa Sedarat Baru (SP 3) juga sekitar 1,2 Km. Kedua desa tadi merupakan desa terdekat dari desa penempatan saya.
Oh ya, Desa Gunung Putri juga merupakan desa penghasil sayuran terbesar di Natuna lho. Nah, kalo di rumah saya di sini, kalau kami ingin makan sayur, tinggal petik di kebun depan rumah.
Besok, tanggal 23 Desember 2015, saya akan kembali ke Ranai, diminta ibu menjemput anak tertua di kostnya sambil saya berbelanja sedikit perabotan untuk di kamar. Pukul 09.30 WIB, tanggal 23 Desember 2015, saya tiba di Ranai menggunakan mobil angkutan Batubi-Ranai, saya turun di sebuah toko perabotan dan dijemput oleh adik saya, Tiya namanya. Saya di ajak mengitari beberapa toko perabotan dan ke kostnya. Di kost Tiya, saya bertemu dengan teman sekamar tiya yang juga mahasiswa di STAI Ranai dan warga Gunung Putri juga, namanya Rindu. Kebetulan di kost itu juga ada adiknya Rindu, Windi, yang sedang berlibur ke Ranai. Jadi saat Tiya dan Rindu kuliah, saya diajak berkeliling Ranai oleh Windi. Saya diajak berkunjung ke Pasar Ranai, pinggir pantai Kencana, dan Pelabuhan Penagih.
Gambar 5. Pelabuhan Penagih, Natuna.