Lihat ke Halaman Asli

Masa Mudaku: Bagi Dia atau Dunia?

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Aku masih muda. Banyak orang berkata: jangan sia-siakan masa mudamu sebab masa muda adalah masa yang paling indah. Namun apakah maksud pernyataan itu? Dengan apakah aku harus mengisi hidupku sehingga masa muda ini dapat disebut indah? Banyak sekali kesenangan yang dunia tawarkan, namun ternyata semua itu menjadi larangan dari Tuhan. Lalu aku harus bagaimana? Hidupku memang milik Dia dan aku harus taat padaNya, tetapi aku kan tinggal di dunia masakkan aku tidak mengikuti dunia!”

Dulu, inilah perspektifku mengenai kehidupanku di dunia dan di mata Tuhan. Rupanya paradoksal tersebut merupakan bentuk sekularisme dalam pikiranku yang telah memisahkan Dia dengan dunia. Hal ini telah menyadarkanku bahwa aku masih belum memahami masalah ini dan perlu mengenalNya lebih lagi. Mengapa? Sebab selama ini aku seolah-olah memisahkan Tuhan dan dunia, maksudku aku tidak menyadari bahwa Dia dan dunia memiliki korelasi. Mungkin kau juga belum menyadarinya, teman-teman. Oleh karena itu, izinkan aku berbagi mengenai pemahamanku yang baru.

Setelah kucari-cari jawaban atas pertanyaan: “banyak sekali kesenangan yang dunia tawarkan, namun ternyata semua itu menjadi larangan dari Tuhan, lalu aku harus bagaimana?” akhirnya melalui proses perenungan yang cukup panjang, aku menemukan jawabannya.

***

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (baca: dunia)” Kejadian 1:1

Poin pertama sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pembahasan ini adalah kita harus mengerti mengenai hubungan/korelasi antara Dia dengan dunia. Sangat jelas tertera dalam nats di atas bahwa dunia adalah ciptaan Tuhan.Sekarang kutanya: adakah benda yang lebih berkuasa dibanding penciptanya? Bahkan robot secanggih apapun tidak akan pernah melampaui ilmuwan yang menciptakannya. In other words, dunia tidak lebih berkuasa dibanding Tuhan. Jadi, kesimpulan pertama: Tuhan adalah penguasa dunia dan dunia ini milik Dia.

“Beginilah firman Tuhan: ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, dimanakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka (yang menentang firmanNya) berkata: kami tidak mau menempuhnya!” (Yeremia 6:16)

Bila ada yang bertanya: Bukankah kalau dunia ini milik Dia berarti apa yang menjadi ajaranNya adalah ajaran dunia juga? Aku akan menjawab: seharusnya iya. Bukankah hubungan ‘mengajar-belajar’ antara Dia dan dunia ibarat orangtua dengan anaknya? Aku akan menjawab: seharusnya iya. Namun sangat disayangkan, dunia berlaku seperti seorang anak yang melawan perintah orangtuanya. Dunia tidak mau diajar Tuhan sebab dunia ingin menyamakan dengan Dia (baca Kejadian 3), menjadi pemilik dan penguasa dunia. Jadi, kesimpulan kedua: ajaran Tuhan dan ajaran dunia berbeda.

Selanjutnya perbedaan ini menimbulkan dilema bagi kita, anak muda, untuk memilih. Manakah yang mau kau ikuti: ajaran Dia atau ajaran dunia? Kalau kubahasakan jadinya begini: mau yang benar atau yang salah? Bila seorang guru mengajarkan hal yang salah maka muridnya belajar hal yang salah juga,bukan? Kalau kau masih menggunakan akal dan logikamu, pastilah Dia yang kau pilih untuk diikuti agar tidak tersesat. Bahkan Tuhan sendiri secara jelas menyatakan ini sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk mengikuti ajaran dunia.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” Roma 12:2

Apabila kau merasa lebih pintar atau yang paling pintar sehingga kau tetap memilih untuk mengikuti dunia ini coba uji lagi pemikiranmu, sebab Allah sendiri pernah berfirman bahwa rancanganNya bukanlah (seperti) rancangan manusia dan jalan manusia bukanlah (seperti) jalanNya. Jangan sampai kejatuhan mendahului ketinggi-hatianmu, teman. Lagipula sekali lagi kukatakan: kita adalah bagian dari dunia sedangkan dunia adalah ciptaanNya, benda apakah yang lebih berkuasa dibanding penciptanya? Adakah robot yang lebih pintar dari ilmuwan yang telah menciptakannya?

Aku yakin kau mau memilih yang terbaik agar kau tidak akan kehilangan kebahagiaan selama masa mudamu, tetapi berhati-hatilah! Anak muda zaman sekarang, seperti kau dan aku, cenderung menganggap apa yang instan, mudah diraih, dan menyenangkan hati sebagai sesuatu yang baik-lebih baik-terbaik. Celakanya, dunia (baca: iblis) mengetahui itu! Dunia menawarkan kebebasan dan kesenangan bagi setiap kita yang mau mengikut dia. Dunia terlihat tidak menambahkan beban dalam hidup kita. Namun, ternyata kebebasan yang dunia sediakan dirancang untuk menjatuhkan anak muda dalam dosa dan pencobaan. Sayangnya, manusia (baca: anak muda) seperti menutup mata dan telinga akan hal ini. Banyak di antara kita yang bebal dan berkeras hati untuk tetap mengejar kebahagiaan (semu) dari dunia.

Coba perhatikan: adakah kewajiban dan batasan bila kita mengikuti dia si ‘pemilik’ dunia? Kalau kau malas mengerjakan pr atau masuk kelas, silakan saja toh bisa menyontek atau titip absen. Kalau kau malas bekerja dan lebih suka mencuri, memintanya kepada orang lain (baca: mengemis), atau merampasnya dari sesamamu, silakan. Kalau kau merasa tersakiti lalu ingin melukai bahkan membunuh orang lain, silakan. Kalau kau mau menggunakan mulutmu untuk menghujat, menghakimi, memaki orang lain, silakan. Kalau kau mau merusak tubuhmu dengan rokok dan narkoba karna rasanya enak menurutmu, silakan. Kalau kau merasa seksi dan terlihat lebih cantik/tampan dengan tato dan bajumu yang kurang bahan, silakan. Kalau kau ingin meniduri lelaki/perempuan yang kau sukai, silakan!

Adakah yang iblis larang? Tidak. Adakah yang dibatasi dunia? Tidak. Menyenangkan bukan? Sekilas, ya. Coba sekarang kita telaah apa efek semua ‘kebebasan’ itu bagi hidup kita. Kesenangan dan kebahagiaankah? Sekali-kali tidak, teman-teman. Kalau kau tidak mengerjakan pr dan jarang masuk kelas, kau pasti tidak bertambah pintar bahkan bisa-bisa kau tidak lulus ke tingkat pendidikanmu yang selanjutnya. Akibatnya kau harus mengulang (tidak naik kelas), beban financial dan beban pikiran orangtuamu bertambah, kau pasti malu juga. Kalau kau tidak mau bekerja, kau pasti harus bersandar pada orang lain, terkucilkan dalam masyarakat dan tidak bisa menjadi saluran bagi sesama. Terlebih, kejahatan bisa kau lakukan kalau kau tidak punya penghasilan. Akibatnya? Kau berdosa, bisa masuk penjara, dan nama baikmu rusak. Kalau kau menganggap rokok dan narkoba menghilangkan kepenatanmu, tunggu beberapa waktu dan kau akan merasakan sakitnya menderita kanker atau penyakit lainnya. Parahnya, nyawamu bisa hilang seketika kalau overdosis. Kalau kau merasa kepercayaan dirimu meningkat bila kau mentato dan menindik tubuhmu, pikirkanlah lagi bahaya HIV/AIDS dari jarum yang akan menusuk kulitmu. Lagipula bukankah tubuhmu sudah diciptakanNya dengan begitu sempurna? Untuk apa kautambahi? Bukankah tubuhmu adalah bait Allah? Mengapa kau rusak?Kalau kau bangga dengan bentuk tubuhmu lalu kau mengumbarnya di muka umum, kau memamerkannya ke lawan jenismu, kau sengaja berpakaian tembus pandang atau kurang bahan.. sudah siapkah kau dilecehkan, diperkosa, dijadikan budak nafsu orang lain? Kalau kau senang seks bebas, dengan mudahnya birahi terhadap sesamamu dan tanpa merasa berdosa melepaskan kelajanganmu, bersiaplah dengan penyakit, aib, dan hukuman atas dosamu.

Manakah ‘kesenangan’ yang merupakan implikasi dari kebebasan yang ditawarkan dunia, teman-teman? Ayub yang sangat saleh saja menyesali kesalahan-kesalahan masa mudanya, masakkan kita mau jatuh ke dalam lubang yang sama?

“Sebab engkau menulis hal-hal yang pahit terhadap aku dan menghukum aku karena kesalahan pada masa mudaku;” (Ayub 13:26)

Kalau kita sungguh-sungguh tidak mau mengikuti dunia dan sudah menyadari bahwa kita harus mengikuti Dia maka kita harus menyerahkan masa muda kita sepenuhnya pada Tuhan agar masa muda kita diperbaharui dan dipakaiNya.

Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah” Mazmur 71:5

“Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” Mazmur 103:5

Aku sadar kalau selain kesombongan, kebebalan, dan kesenangan (semu) ada hal lain yang membuat anak muda lebih suka jadi follower dunia dibanding Dia, yaitu kemalasan untuk menjalani masa muda dengan penuh tanggung jawab.

“Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya” Ratapan 3:27

Maksud ‘seorang pria’ dalam ayat ini bukanlah para lelaki saja, namun seluruh manusia (baca: lelaki dan perempuan). Ya, Allah kita bukanlah allah yang menginginkan anakNya menjadi malas dan manja, namun sebaliknya Ia mau membentuk kita menjadi seorang pemuda yang selalu bekerja keras dan bertanggung jawab dalam menjalani hidup ini. Allah mau kita kuat dan hebat, tidak mudah putus asa dan penuh semangat. Memang banyak sekali tugas yang harus kita lakukan sebagi anak muda, belum lagi hambatan dan tantangan yang ada. Akan tetapi, semuanya itu yang akan membentuk kualitas kita. Hal tugas dan tanggung jawab tidak bisa menjadi alasan kita untuk menyerah dan memilih ikut dunia. Bukankah kita ada di dunia untuk menguasai dan menjadi pemimpin bagi dunia itu sendiri?

“Berfirmanlah Allah: Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di muka bumi” (Kejadian 1:26)

Inilah kebahagiaan yang Tuhan sediakan bagi kita: kebahagiaan sejati dan kekuasaan penuh atas dunia. Adakah yang kurang, teman-teman?

Sekarang, saatnya dalam kehidupan secara real kita memilih: serahkan masa mudamu bagi dunia atau bagi Dia, Sang Pencipta dunia-aku dan kau-anak muda.

Serahkanlah masa mudamu padaNya, teman-teman! Kejarlah kebahagiaanmu di dalam Dia bukan dunia!

Pujian, hormat, dan kemuliaan hanya bagi Tuhan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline