Manusia adalah makhluk yang luar biasa sebab ia mampu menjadi homo socius dan homo economicus di saat yang bersamaan.
***
Menurutku, persahabatan itu seperti mozaik. Tak perlu sama bentuk dan warnanya, asal ditempel dengan rapi saja maka akan terbentuk pola baru yang unik dan cantik. Dalam persahabatan juga seperti itu, tak perlu sama tipe dan kesenangan masing-masing orang di dalamnya, justru tiap perbedaan yang ada akan memancarkan keindahan persahabatan itu sendiri.
Sahabat adalah seseorang yang mengerti dirimu dan menerimamu apa adanya. Sahabat adalah seseorang yang mau berkorban untukmu dan mau memberikan apa yang terbaik yang ada padanya. Bersama sahabat kita bisa berbagi tanpa takut rahasia kita terbongkar karena sahabat tidak pernah menusuk dari belakang.
Mencari seorang sahabat bagaikan mencari permata di sebuah lumbung jerami yang besar. Sulit ditemukan, tapi begitu berharga ketika ditemukan. Seorang sahabat lebih erat hubungannya dengan kita daripada keluarga bahkan saudara kandung sekalipun. Ada orang yang mempunyai banyak teman tetapi tidak mempunyai sahabat sama sekali. Betapa bersyukurnya aku ketika kutemukan diriku ternyata tidak sendirian menjalani kehidupan ini. Lihatlah, aku masih memiliki keluarga, pacar, banyak teman juga kenalan, dan… sahabat!
"Lalu apa istimewanya memiliki sahabat, bukankah sahabat sama dengan teman?"
Oh, tentu tidak. Mudah bagi kita untuk berkenalan lalu menjalin pertemanan. Akan tetapi sebuah persahabatan membutuhkan proses pembentukan yang lebih panjang dibanding pertemanan-tidak terdefinisikan lamanya. Apa yang dibentuk dalam proses ini? Karakter kita: aku dan sahabat-sahabatku. Mengapa karakter kita harus dibentuk? Sebab tujuan akhir sebuah persahabatan adalah berbagi kasih setia satu dengan lainnya.
Keadaan yang kita alami di dalam hidup ini mudah saja menggerus kesetiaan kita terhadap sahabat kita atau sebaliknya. Namun bila kita mengasihi dan menghargai sahabat kita, hubungan yang sudah terjalin akan terus berlangsung selama-lamanya. Gejolak dan masalah yang ada takkan mampu menciderai keutuhan persahabatan sejati.
Berbicara mengenai sebuah hubungan yang disebut persahabatan, seberapa pentingkah sahabat bagi hidupmu? Sangat penting, tidak penting, atau tidak tahu? Seberapa besarkah pengaruh mereka dalam keseharianmu? Banyak, tidak ada, atau tidak memedulikannya?Sebenarnya, berapakah harga sahabatmu?
***
Aku memiliki beberapa sahabat. Ada sahabat di kampus, ada juga sahabat sejak SMA. Karakter mereka bermacam-macam. Ada yang senang berkomentar, ada yang pendiam, ada yang usil, ada yang pemalu, ada yang pede tingkat tinggi, pokoknya beragamlah! Persahabatan kami ini diawali dengan perkenalan dan pertemanan biasa. Akan tetapi setelah kami melalui hari-hari kami (baik suka maupun duka) bersama-sama maka hubungan kami pun bergerak maju: semakin intim. Keintiman ini adalah hasil dari proses pembentukan yang panjang. Proses dimana masing-masing kami harus mempelajari diri sendiri dulu lalu sesama kami.
Hal-hal menyimpang-sikap dan sifat yang tidak ideal dalam suatu persahabatan-(bagi saya maupun sahabat saya) pasti sering menghiasi hubungan kami, bahkan mungkin hingga saat ini. Egoisme, salah satu bentuk penyimpangan tersebut, mungkin sering merangsang ‘naluri ekonomi’ kita sebagai manusia untuk‘menetapkan harga (price tag)’ bagi sahabat kita. Ada berbagai macam parameter yang bisa kita gunakan untuk menentukan harga sahabat kita. Bisa kita nilai dari frekuensi kehadiran mereka dalam kehidupan kita, bisa juga tingkat pengorbanan mereka bagi kita, atau berbagai macam hal lainnya. Itu semua terserah kita. Ya, monopoli kekuasaan untuk menentukan harga ada di tangan kita. Dalam ilmu ekonomi, keadaan seperti ini disebut price maker.
Berangkat dari kenyataan bahwa kedudukan tiap insan dalam suatu persahabatan adalah price maker, seberapa mampukah (bijak) kita menentukan harga sahabat kita sendiri? Bila dikuantitatifkan, antara 1-10 dengan ketentuan 1 adalah nilai terendah dan 10 adalah nilai teringgi, manakah angka yang akan kita berikan bagi sahabat kita?
***