“Luis, dikau akan datang ke reuni itu?”
“Ya, karena sangat ingin ketemu kalian!”
“Oke, sampai jumpa minggu depan. Bye!”
Berakhirnya percakapan itu membuat Luis mengenang masa-masa SMA yang menurutnya sedikit muram. Dia hampir ingat bahwa masa itu kurang dia lewati dengan bahagia. Narkoba membuat dirinya tidak menikmati dengan indah masa itu. Urusan cinta pun tak pernah dia rasakan.
Luis berjalan menuju pintu belakang karena dia harus meneruskan pekerjaan berkebunnya. Setelah pensiun dia sibuk berkebun dan menemani cucunya. Istrinya membawakan secangkir air putih. Mereka duduk di beranda yang dirindangi pohon cherry. Cucunya sangat suka cherry padahal Luis sungguh lelah harus membersihkan daun-daun yang tak pernah selesai jatuh.
“Kamu akan datang ke reuni itu mas?” tanya istrinya sambil memandang wajah suaminya yang dihiasi garis-garis keriput.
“Ya, Mario mendesakku untuk datang dan aku ingin merasakan suasana SMA yang sempat tidak kurasakan. Kamu tak perlu ikut karena acaranya akan seharian di sana. Kakimu tak kuat lama berdiri apalagi berjalan. Villa Mario yang di puncak tak bisa dimasuki mobil jadi harus berjalan sekitar 500 meter”
Mereka terdiam dan memandang anggrek-anggrek yang mulai berbunga.
Acara reuni pun tiba. Luis mengendarai mobil Innova menuju puncak. Kecepatan hanya 60km/jam sudah sangat cukup buatnya dengan diiringi lagu-lagu legendaris Koes Plus. Tiba-tiba teleponnya berbunyi. Tertulis Mario. Dia mengehentikan mobilnya di jalur pemberhentian.