Lihat ke Halaman Asli

Rabiatul Adawiah

Nakes di pkm

Bone-Bone, Desa Bebas Asap Rokok!

Diperbarui: 1 Juni 2016   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Desa Bone-bone merupakan salah satu desa yang terletak diKecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Desa tersebut adalah desa yang lokasinya masih sangat terpencil, terletak jauh dari pusat keramaian dan jalur menuju kesana pun masih lumayan sulit. Jalan setapak yang cukup sempit berada diantara pegunungan, tebing,  jurang yang terjal adalah satu-satunya jalan alternatif untuk sampai ke desa tersebut. Siapa sangka desa yang jauh dari pusat keramaian itu, memiliki keindahan alam yang begitu menakjubkan. Udaranya begitu segar, pepohonan yang rimbun, suara kicauan burung dan suhu yang begitu wow…dinginnya, membawa kita pada suasana yang tenang dan bahkan mungkin tidak kita dapatkan area perkotaan yang penuh dengan hiruk pikuk dan polusi aktivitas manusia.

Ada satu hal yang menjadi daya tarik desa Bone-bone yang saat ini sudah mulai dikenal sampai ke Negara luar, yaitu semua masyarakat yang berada di desa tersebut tidak satupun ada yang merokok. baik anak kecil, remaja sampai orang tua. Awalnya desa bone-bone sebagai desa bebas asap rokok yaitu berasal dari kisah salah satu penduduk desa bone-bone yang menjadi TKW dan jatuh sakit hingga beberapa waktu. berikutnya ia di diagnosa menderita penyakit paru-paru yang dicurigai karena disebabkan oleh kebiasaan merokoknya. kemudian TKW tersebut mengatakan bahwa dia tidak pernah merokok namun dia memiliki riwayat keluarga perokok yang menyebabkan ia terkena penyakit paru. 

Kejadian itupun di dengar oleh kepala desa Bone-bone, dia berfikir bagaimana dengan masayarakat Bone-bone yang memiliki kebiasaan merokok yang sangat tinggi. Orang yang tidak merokok pun terkena penyakit, apalagi masyarakat Bone-bone yang setiap harinya tidak lepas dari rokok?!.... Jika hal tersebut dibiarkan maka akan membahayakan kesehatan masyarakat Bone-bone. Kepala Desa pun mencoba untuk merubah perilaku merokok masyarakatnya agar tidak lagi merokok.

Untuk mengubah perilaku merokok pada anak-anak, bapak Kepala Desa sering bercerita pada anak-anak yang ada di desanya bahwa jika kita merokok, kita akan jatuh sakit kemudian akan disuntik oleh dokter. Melihat jarum suntik saja anak-anak sudah takut, apalagi disuntik. Hal tersebutlah yang selalu di ceritakan beliau untuk merubah perilaku masyarakatnya terutama anak-anak. Karena melalui anak-anak merupakan salah satu cara untuk merubah perilaku. Mendengar cerita tersebut, anak-anak pun mulai meninggalkan kebiasaan merokoknya. Selain itu, pada saat berceramah dimesjid sering pula bapak kades tak henti-hentinya mengingatkan kepada masyarkatnya mengenai bahaya merokok. Salah satu isi kalimatnya pada saat berceramah yaitu "merokok dapat mengurangi penghasilan yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari". Pada awalnya masih ada sebagian masyarakat yang tidak menghiraukan hal tersebut, namun lambat laun mereka dapat mengerti bahwa merokok itu sangat merugikan, baik dari segi kesehatan maupun segi ekonomi, di tambah lagi penghasilan yang didapat hanya berasal dari hasil berkebun yang hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saat ini semua masyarakat Desa Bone-bone sudah terhindar dari kebiasaan merokok dan tak satupun masyarakatnya merokok, bahkan orang-orang yang berkunjung ke desa tersebut  tidak diperbolehkan untuk merokok. Jika ada tamu yang berkunjung ke desa tersebut merokok maka hal yang pertama dilakukan oleh penduduk setempat adalah menegurnya, dan jika dengan teguran tamu tersebut tetap masih merokok, maka ia akan diusir dari desa tersebut. Menakjubkan!...(seandainya tempat saya seperti begitu…wahh).

Nahh….Desa Bone-bone ini dapat dijadikan contoh bagi Desa lainnya, bahkan di perkotaan juga, sehingga dapat membawa kita kearah yang lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.  jadi ingat  kata-kata mutiara di tempat kuliah saya..”Prevent is better than a cure”!.

Salam Sehat Masyarakat.....




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline