Lihat ke Halaman Asli

What is Exactly Indonesia Fighting for?

Diperbarui: 21 Desember 2016   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dear Indonesian people, before going to my point, let me explain reason why i would write this article. I write those upcoming words is only wanted to all indonesian people knowing about “How am i thinking towards this irreplaceable country :D “ what is actually Indonesia fighting for? How the way indonesian people thinking, and what is exactly Indonesia looking for? Here is. Dengan rasa bangga dan cinta saya kepada Indonesia, saya menuangkan semuanya disini. Bagaimana opini saya tentang Hal-hal yang menurut saya harus diperbaiki. Tentang beberapa hal yang menurut saya anak-anak muda/remaja sekarang  harus memandang itu suatu hal yang berdampak buruk, bukannya menganggap remeh.

Di beberapa wilayah indonesia, banyak sekali ditemui perusahaan-perusahaan besar, Mall, Hotel, dan Pabrik yang sepintas kita lihat dari luar mereka sukses atau meraup keuntungan besar. Kita tahu karena kita salah satu dari banyak nya konsumen mereka. Kemudian setelah kita mengetahui siapa pemilik Mall atau perusahaan besar tersebut ternyata mereka manusia-manusia dari etnis tionghoa alias chinesse. Well, apa yang kita rasakan melihat ini?

Lihatlah gedung-gedung yang bertuliskan PT, CV dan sejenisnya, kemudian kita cari tau siapa pemiliknya. They’re all chinesse. Lihat itu pemilik channel tv, media cetak. Perkantoran di kota-kota besar, lihat juga toko-toko listrik, onderdil motor, bengkel-bengkel di sebelah rumah kita. Cluster atau perumahan yang berhektar-hektar luasnya. Mereka semua apa? Chinese. Tidak ada yang pribumi. Jarang sekali pribumi yang menjadi pemilik atau bos besar seperti itu. Coba perhatikan kembali, pasar tradisional dan jalanan sekitarnya. Bapak-bapak tua mengangkut rempah-rempah atau dagangan yang lain, dinaikkan ke truk. Atau menata dagangan-dagangan  di dalam toko, kemudian kembali lagi membantu mengangkut barang yang dibeli konsumen. Kemudian lihatlah siapa yang hanya duduk mengawasi karyawannya di tempat kasir. Berkulit putih dan bermata sipit.

Tapi yang manakah saudara sebangsa kita? Itu lo, yang mengangkut barang. Adil tidak kalau sudah seperti ini? Katanya sejak 1945, Indonesia menerapkan ideologi pancasila. Pasti tau dong sila ke 5 yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Tapi sekarang? Orang-orang pribumi dijadikan “babu/pembantu”, dan chinese bertingkah layaknya Raja. Raja yang memerintah bukan di kerajaannya sendiri. Padahal sebenarnya kerajaan itu milik si babu tadi. Jujur saja, saya belum pernah melihat pengemis, pemulung sampah, atau pengamen keturunan chinese. Seperti ini mau dibilang adil.

Saat ini banyak orang-orang lulusan S1, S2 tapi mereka kesulitan menemukan pekerjaan. Perusahaan-perusahaan kebanyakan merekrut orang-orang asing daripada produk dalam negeri. Apa sih yang sebenarnya mereka cari? Mereka takut untuk mempercayai kualitas sdm Indonesia? Kalau begitu, jangan salahkan sdm Indonesia yang kabur ke luar negeri meniti hidup di negeri orang, ya karena tidak ada yang menghargai para TKI, TKW tersebut. Harusnya mereka husnu’dzon terlebih dulu, tidak seperti ini. 

Sementara itu, banyak terjadi PHK untuk orang-orang pribumi. Another tragic things is banyak calon pengusaha muda yang merencanakan merintis hidupnya dengan berwirausaha sendiri. Tetapi apa yang mereka dapat? Bank tidak ada yang mau membiayai atau memberi kredit/pembiayaan kepada orang-orang yang berniat membuat usaha itu. Bank Konvensional, dan Bank Syariah semua sama saja. Tidak ada samasekali rasa kepercayaan kepada orang-orang ini. Berbeda dengan nasabah chinese. Golongan mereka malah ditawarkan untuk membuka rekening kredit.

Pihak bank berpendapat bahwa usaha yang dirintis oleh orang-orang Indonesia jarang meraih keuntungan. Saya suka bingung dengan pemikiran Bank yang seperti itu. Lagi-lagi mereka su’udzon.

Dengan kondisi yang seperti ini, aparat pemerintah malah membuat keadaan semakin runyam. Seakan-akan mereka menganggap chinesse itu bagaikan Raja yang harus dihormati. pemerintah sama sekali tidak membantu orang-orang pribumi. Anda tau apa yang dia lakukan?

Oke, saya beri tau. Pemerintah melakukan perjanjian kerjasama di bidang ekonomi dengan Republik China. Apa yang diperoleh negeri ini? Kucuran dana alias hutang ratusan triliun yang diniatkan untuk pembangunan listrik se-Indonesia. Hutang tersebut membebankan indonesia “bunga” nya lo. Lalu, Isi perjanjian itu mensyaratkan tenaga kerja dari pembangunan tersebut harus berasal dari tenaga kerja china. tidak menutup kemungkinan akan ada imigran gelap china yang sembarangan masuk. Dan, segala material bahan dan peralatannya harus produk milik china. Belum lagi soal pembangunan reklamasi yang direncanakan akan dibangun apartemen-apartemen yang kelak akan dikuasai oleh asing, khususnya chinese, karena pembangunan reklamasi di teluk tersebut sudah diiklankan di Beijing, RRC.

Kalau sudah begini, apa lagi yang mau diharapkan? Beberapa ahli ekonom sudah meneliti kerugian ini, but they (apparatus of the government) dont realize, again. Sebenarnya berpikir ke arah yang mana? Apa mereka melupakan pancasila? Sebenarnya apa yang mereka khawatirkan di negeri ini?

Jika berbicara mengenai kualitas sdm Indonesia, saya yakin pribumi memiliki potensi yang sama dengan chinese. Buktinya banyak juga lulusan insinyur ahli penerbangan, science atau kelautan. Dan sebagian besar pribumi memiliki 1 hal yang tidak dimiliki oleh chinese, Yaitu ketakwaan kepada Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline