Sowan Situs Keraton Surosowan
(Mbolang Heritage Banten Lama)
Oleh : Hendra Wijaya*
Libur sekolah akhir tahun tiba, dikenal dengan libur Nataru (Natal dan tahun baru). Banyak masyarakat yang telah merencanakan mengisi liburan Nataru. Ada yang merencanakan pulang kampung -- bersilaturahmi dengan keluarga besar, wisata ke tempat-tempat eksotis bertema dataran tinggi (pegunungan), pantai, wisata religi, wisata edukasi, wisata rekreaksi, dll, baik domistik maupun luar negeri. Namun banyak juga masyarakat yang memilih tetap bersama keluarga di rumah dan lingkungannya, karena berbagai alasan: Cuaca ekstrim, kondisi alam yang sedang kurang bersahabat dan kondisi 'isi dompet' yang kurang bersahabat. Kebersamaan denga keluarga tercinta menjadi inti dari 'tetap bahagia' walau tak kemana mana.
Awalnya, sesuai rencana, liburan Nataru ini akan kami awali dengan berlibur bersama , bersilaturahmi, berkumpul dengan keluarga besar dari istri di Pondok Pesantren Darul Hasan 2 di daerah Bangkonol-Pandeglang-Banten. Namun apa daya, sambil menyelam minum air, kami putuskan, sambil menuju Pandeglang, kami akan mampir dulu di Mesjid Agung Banten Lama sambil berziarah ke makam para Sultan Banten, sowan ke Situs Keraton Surosowan, dan lanjut ke Musium Purbakala Banten yang berada dalam satu kompleks itu, itung-itung wisata edukatif-rekreatif kan ?!
Nah, yang akan di ceritakan dalam tulisan ini sementara Sowan di Situs Keraton Surosowan dulu ya, cerita kunjungan lainnya, InsyaAllah, menyusul.
Cuss..
Walau banyak yang bilang kami curi start libur akhir tahun, Pada Selasa, 20 Desember 2022, pukul 10.00 WIB, setelah dinyatakan siap semua, tak ada yang ketinggalan, kendaraan yang keluarga kami tumpangi bergerak ke luar garasi rumah. Menurut info Google Maps Jarak dari tempat tinggal kami (Kecamatan Pasarkemis-Tangerang-Banten) ke Situs Keraton Sorosowan sekitar 65 km. Jika rute lewat tol, ditempuh 1 jam 27 menit, jika rute tidak melewati tol sekitar 1 jam 42 menit. Kami memutuskan berangkat dengan melalui rute tidak melewati tol karena alasan: ingin mencoba rute tidak melewati tol, yang menurut beberapa informan lebih asyk karena jalan relative bagus, cukup lebar, tidak terlalu ramai, tidak ada jalan ekstrim dan pemandangan sepanjang jalan cukup asri. Bagi kami ini cocok untuk tema ' mbolang'/ jalan-jalan santai bersama keluarga. Jl Raya Rajeg --Mauk --Kronjo-Tanara-Tirtayasa-Pontang- serang-kasemen, adalah rute jalan raya yang kami lewati dengan santai. Kecepat kendaraan 40-60 km/jam jadi pilihan. Dalam perjalanan kadang kami berhenti, sekedar membeli cemilan, buah segar (anggur dan jeruk) untuk kami cemili disepanjang perjalanan sambil ngobrol apa saja. Sampai di lokasi kurang lebih pukul 12.00. Kami parkir kendaraan di sekitar pasar dekat Masjid Agung Banten Lama yang bersebelahan dengan Keraton Surosowan. tak lama terdengar kumandang Adzan Dzuhur dari dalam Mesjid Agung Banten Lama dengan Menara Putihnya yang ikonik itu, sejenak kami bergabung dengan jamaah Masjid Agung Banten yang rata rata para peziarah dari berbagai daerah untuk menunaikan shalat Dzhur.
Situs Keraton Surosowan
Usai Sholat Dzhur berjamaah di Mesjid Agung Banten, kami bergerak keluar area mesjid menuju Situs Keraton Surosowan di sebelah utara mesjid yang tak jauh. Karena bukan di hari weekend, peziarah tak terlalui ramai-padat, dengan leluasa, sambil menikmati suasana di lingkungan Mesjid Agung Banten yang sudah cukup tertata, rapih dan bersih setelah di tata oleh pemerintah daerah Provinsi Banten akhir-akhir ini. Selang lima menit kami sudah berhadapan dengan kompleks Situs Keraton Surosowan. Nampak jelas dari luar, Situs Keraton Surosowan hanya tersisa berupa dinding penahan serupa benteng-benteng khas Kolonial Belanda berbentuk persegi panjang. Setelah di selidiki dari berbagai sumber literasi, Keraton ini, terakhir memang di bangun oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendrik Laurenzns Cardeel yang diminta bantuan oleh Sultan Haji untuk membangun kembali keratonnya pasca kehancuran keraton ( 1680) usai perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa yang saat itu memerintah dan menentang VOC dengan Sultan Haji yang didukung oleh VOC Belanda. Sultan Haji menjadi Sultan Banten. Atas jasanya membangun kembali Keraton Surosowan tersebut, Laurenzns Cardeel yang kemudian masuk islam diberi gelar Pangeran Wiraguna oleh Sultan Haji .