BERBURU IKAN LAUT DI CITUIS
Oleh : Hendra Wijaya
Jum'at, 1 Juni 2018
Beli ikan di abang tukang sayur yang lewat depan rumah mungkin itu biasa kita lakukan. Atau yang agak jauh misalnya kita pergi ke pasar untuk membeli berbagai jenis ikan sekaligus belanja berbagai barang kebutuhan yang kita perlukan. Nah.. hari ini, sambil ngabuburit di bulan puasa aku akan membeli ikan langsung di pusat distribusi utama ikan laut di daerah Tangerang-Banten. Ini aku lakukan semata hanya ingin mendapatkan ikan laut yang segar dengan harga yang relatif murah dan sambil jalan-jalan lah, melihat laut sembari merasakan atmosfir suasana Pelelangan ikan.
Tempat pelelangan yang aku maksud adalah Pelelangan ikan Cituis yang tempatnya berada di Kp.Cituis Desa Surya Bahari Kecamatan Paku Haji Kabupaten Tangerang. Cukup jauh memang dari tempatku,butuh waktu kurang lebih empat puluh menit menuju kesana dengan menggunakan kendaraan bermotor dengan kecepatan 60 km/jam. Namun jarak yang jauh, terbayar dengan kita mendapatkan berbagai jenis ikan laut segar dan harganya relatif lebih murah di banding dengan harga ikan yang di jual di pasar atau tukang sayur yang suka lewat depan rumah kita.
Untuk sampai ke tempat Pelelangan ikan itu kami melalui rute jalan raya Daon-cadas, belok kiri arah Mauk, di pasar Sepatan ambil arah kanan menuju Paku Haji dan setelah kurang lebih empat puluh menit kami sampai di Tempat Pelelangan Ikan Cituis, Paku Haji. Berbeda dengan beberapa puluh tahun yang lalu, jalan menuju ke pelelangan sudah tidak lagi ancur dan becek tapi sudah 'mulus' beraspal. Tempat Pelelangan pun sudah tertata lebih rapih. Yang sama dari dulu sampai sekarang adalah Bau amis ikan yang sangat menyengat. Letaknya memang tidak persis di pinggir jalan raya utama Paku Haji, karenanya bagi yang belum pernah ke Pelelangan Cituis banyak yang nyasar. Maka bertanyalah !.
Kurang lebih pukul sembilan pagi, aku parkirkan kendaraanku di tempat parkir yang cukup tertata, di depan persis tempat pelelangan. Suasananya tidak terlalu ramai. Menurut petugasnya semakin siang semakin sepi. Nelayan datang pagi, pembeli yang merupakan pedagang ikan eceran sudah antri. Terdengar dari speaker suara juru lelang menawarkan berbagai jenis ikan. " nah..cumi,cumi..50 ribu, 53, 55,58,60,65,70,76,78...nah..! udang lobster...100 ribu..105, 107, 110, 130, 135,...nah...!...." begitu seterusnya sampai ikan yang dilelang terjual semua. Kuperhatikan, tempat pelelangan Cituis di lengkapi bebera fasilitas pendukung. Dermaga yang terhubung ke laut, bangunan utama Proses Lelang, tiga bangunan penjualan ikan,mushola dan kantor lelang.
Aku segera menuju arah suara si juru lelang yang berada di bangunan Pelelangan utama. Kulihat si juru lelang di kerubungi oleh banyak orang di sekelilingnya sambil berdiri. Di depan mereka, tergeletak berbagai jenis ikan segar yang ditawarkan untk di lelang. Cumi, Bandeng, blakutak, udang, kakap,bawal, kembung, dan banyak ikan aneh yang aku sendiri ga tau namanya. Rupanya yang mengelilingi mereka adalah para peserta lelang yang sudah terdaftar. Juru lelang akan menunjuk peserta lelang yang membeli dengan harga lelang paling tinggi. Kalau juru lelang sudah bilang "nah..!" sambil menunjuk peserta lelang,maka itu artinya barang sudah terjual. Karena aku bukan peserta lelang, aku tidak bisa ikut dalam lelang. Jika aku mau atau tertarik dengan ikan yang di lelang, maka aku harus beli sama peserta lelang yang sudah sah dapat ikan dari proses lelang tadi. Jika peserta lelang mendapat ikan dari proses lelang seharga 70 ribu rupiah, biasanya dia jual 80-90 ribu rupiah. Pembeli seperti aku harus bergerak cepat jika ingin ikan yang diinginkan, karena beberapa pembeli seperti aku sudah antri.
Di tempat proses pelelangan ikan, ikan yang di lelang tidak di timbang. Jumlah dan jenis ikan yang ada tergeletak disitulah yang dilelang. Contohnya ikan cumi berukuran sedang, besar, kecil (bercampur) tergelat satu kelompok. Juru lelang melelang. Akhirnya deal di beli oleh peserta lelang dengan harga 80 ribu rupiah. Setelah tawar menawar, aku beli ikan cumi tadi ke peserta lelang yang tadi mendapatkan ikan cumi dari proses lelang itu dengan harga 90 ribu. Aku mengira, ikan cumi segar itu beratnya kurang lebih dua kilo. Di pasar harga satu kilo cumi bisa mencapai 65 hingga 80 ribu rupiah. Disinilah Pembeli harus menghitung, menkira kira apakah dengan harga yang kita beli menguntungkan atau tidak. Selain cumi, udang lobster berukuran sedang ku beli dengan harga 120 ribu rupiah (berat kurang lebih 2 kg), belakutak 45 ribu rupiah (berat kuranglebih 1 kg), kembung 50 ribu rupaih(berat 2 kg), Bandeng, 30 ribu rupiah. Umumnya ikan yang di jual di proses lelang hanya dalam jumlah sedikit-sedit. Sekilo,dua kilo, tiga kilo. Tapi umumnya semua ikan dalam kondisi segar. Karena hasil tangkapan nelayan 'kecil' tadi malam dan dijual paginya.
Berbeda dengan di tempat proses pelelangan,di bagian belakang bangunan itu ada dua bangunan tempat para penjual berbagai jenis ikan laut yang di jajakan di dalam tong-tong besar yang sudah di beri es. Ikan yang dijual distitu umumnya adalah ikan hasil tangkapan kapal-kapal penangkap ikan berukuran lebih besar dari para nelayan 'kecil'. Biasanya kapal-kapal itu berhari-hari melaut menangkap ikan. Karenaya ikan tangkapannya dalam jumlah banyak (besar) dan sudah di es kan agar awet/tidak busuk. Ikan-ikan inilah yang dibeli umumnya oleh para pedagang pengecer untuk di jual kembali konsumen langsung di pasar atau di jual keliling kompleks/kampung. Pembeli seperti ku juga bisa beli disitu. Harganya tentu lebih murah dari harga di pasar atau di abang tukang ikan keliling. Dan di tempat ini ikan yang kita beli ditimbang sesuai dengan permintaan kita.
Setelah aku rasa cukup, sebelum pulang aku berkeliling lokasi pelelangan. Melihat dermaga, melihat kapal-kapal nelayan penagkap ikan berukuran kecil dan besar yang bersandar. Panas semakin menyengat. Bau anyir ikan melesak hidung didorong angin laut . Tak lupa ku bayar retribusi parkir sebelum kendaraanku keluar dari lokasi pelelangan, hanya Rp.2000,- saja.