Lihat ke Halaman Asli

Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan

Diperbarui: 5 Juni 2017   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN

Oleh : Hendra Wijaya

“Adapun, hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila  orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “ salam,” (QS Alfurqon :63)

Terus terang, tulisan ini ku persembahkan kepada  para pelaku tindakan penyebar ujaran kebencian (hate speech), penebar berita Hoax, pelaku  persekusi, baik di dunia  maya maupun di  dunia nyata.

Begitu telanjang - terbuka, berbagai  ujaran kebencian, berita hoaxs,  yang bisa kita baca dan dengar di berbagai media, khususnya di media sosial (medsos) di dunia maya. Ujaran kebencian yang dibalut oleh sentimen agama dan politik nampak lebih dominan saat  ini.  Ujaran kebencian  itu baik yang di desain oleh organisasi (terorganisir) maupun yang dilakukan oleh masyarakat secara pribadi, biasanya ditujukan untuk membunuh karakter seseorang,  kelompok (organisasi) tertentu dan tak jarang ujungnya adalah sarat dengan kepentingan politik. Dalam Politik, cara itu kadang tidak penting, yang penting adalah meraih kekuasaan. Doktrin mereka adalah “Cara sekotor  apapun dapat dilakukan asal  kekuasaan dapat diraih.”  Penyebaran berita bohong, fitnah, penebaran kebencian, persekusi, adalah instrumen yang mungkin sering di gunakan dalam berpolitik, jelas untuk meraih kekuasaan. Sayangnya, banyak masyarakat tidak menyadari, karenanya terseret, hanyut, oleh propaganda berita bohong, fitnah, penuh ujaran kebencian yang  didesain sedemikian rupa seolah itu mengandung heroisme religius yang benar oleh individu tertentu atau sekelompok orang (organisasi) tertentu, yang padahal  ujungnya kepentingan politik mereka. Masyarakat awam seperti cepat terhypnotis, segera menshare berita, tanpa menganalysis kebenaran berita.   Masyarakat awam yang “hanyut” inilah korban. Mereka dibenturkan. Sementara para ‘sutradara’, bersiap berebut kuasa. Kalah menang mereka tetap tertawa,menganggap itu hanyalah sebuah film drama saja.

Perilaku melawan kejahatan dengan kejahatan, melawan ujaran kebencian dengan ujaran kebencian lagi, melawan fitnah dengan fitnah lagi, tidak dianjurkan dalam agama yang kami anut.  Dalam Kitab suci kami,  Al-Qur’anul Kariim,   menegaskan dalam beberapa ayatnya dalam beberapa suratnya antara lain:

“Adapun, hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila  orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “ salam,” (QS Alfurqon : 25:63)

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling  darinya dan berkata, “ bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal  kamu,  semoga selamatlah kamu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh.”  QS  Al-Qasas: 55)

 “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan (cara) yang lebih baik, kami lebih mengetahui apa yang mereka sifat kan. (QS  AI-Muminun :96)

“Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan  sebagian rezeki  yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak segala  kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat kesudahan (yang baik).(QS Al-Ar-ra’d: 22)

 “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. (QS Fussilat: 34)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline