KEBERHASILAN PATROLI KERJASAMA ANTARA INDONESIA-SINGAPURA-MALAYSIA DALAM DIPLOMASI MARITIM DI SELAT MALAKA
Diplomasi Maritim
Pengembangan kajian diplomasi meliputi pembahasan diplomasi maritim untuk mengatasi ancaman keamanan maritim. Diplomasi maritim mengacu pada berbagai kegiatan dalam domain maritim dan berfokus pada angkatan laut suatu negara.
Diplomasi maritim bisa mengurangi kemungkinan konflik, menghalangi pergerakan musuh,bahkan dapat menghilangkan ancaman, atau menyelesaikan perbedaan pendapat. Hal ini sesuai dengan pandangan Cristian Le Miere bahwa diplomasi maritim mencakup berbagai kegiatan yang menavigasi tindakan diplomasi maritim teratur, latihan bersama di laut, humanitarian aid, penyebaran persuasif dan koersif. (Miere, 2014).
Definisi ini juga didukung oleh komentar Kevin Rowland yang menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan politik dunia pasca berakhirnya Perang Dingin dan evaluasi kembali kegunaan kekuasaan.
Oleh karena itu, dengan bertambahnya jumlah pemangku kepentingan di laut, penggunaan diplomasi angkatan laut akan semakin diperluas. Hal ini terlihat dalam dimensi baru seperti kerjasama keamanan, bantuan kemanusiaan, dan penanggulangan bencana, yang merupakan bentuk diplomasi angkatan laut postmodern. (Rowland, 2012)
Le Miere memperjelas pemahaman dengan mengelompokkan bentuk diplomasi maritim, yaitu diplomasi kerja sama, diplomasi persuasif, dan diplomasi koersif. (Mierre) Diplomasi teratur ini membawa misi antar negara seperti kunjungan ke berbagai pelabuhan , latihan militer bersama atau operasi keamanan maritim, bantuan penanggulangan bencana dan bantuan domestic manusia.
Diplomasi kerjasama dapat menjadi upaya untuk menjaga soft power dengan menggunakan aset hard power. Bentuk diplomasi ini juga dirancang untuk membangun aliansi, mendapatkan dukungan dari sekutu melalui peningkatan kapasitas, pelatihan, dan harmonisasi metode, serta membangun kepercayaan antar negara untuk mengakui kekuatan angkatan laut lainnya. (Miere C. L.)
Diplomasi persuasif bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kekuatan maritim dan mengangkat status suatu bangsa di panggung internasional. Ini tidak dimaksudkan untuk menyerang musuh potensial karena bertujuan untuk memikat lawan ke dalam kehadiran militer yang efektif.
Diplomasi angkatan laut persuasif ini sangat mirip dengan apa yang dikenal di masa lalu sebagai 'flag show', di mana kapal angkatan laut hanya digunakan untuk mempengaruhi kebijakan negara lain. (Miere L. ) .
Diplomasi angkatan laut koersif adalah bentuk nyata aktor negara atau non-negara yang menunjukkan ancaman atau penggunaan kekuatan angkatan laut terbatas yang dirancang untuk memaksa musuh mundur atau menghalangi tujuan politik.