Negara tentunya memiliki otoritas dan kewenangan atas haknya dalam mengatur ekonomi dan politiknya sendiri. Pastinya perlu kebijakan-kebijakan yang menguntungkan untuk membuat suatu negara mengalami kemajuan pada bidang tertentu, seperti halnya ekonomi. Sebagai aspek utama untuk pembangunan negara, ekonomi sangat erat kaitannya dengan kekayaan, keuntungan dan kesejahteraan. Namun, suatu negara sangat memerlukan politik sebagai upaya dan cara dalam mempertahankan kedudukan atau bahkan menaikkan pencapaian dan kekuasaan demi mendapatkan keuntungan. Oleh karenanya, tidak heran apabila ekonomi dan politik ini sangat erat kaitannya dengan sikap Rusia saat ini yang sedang memegang kendali atas harga minyak dunia.
Pertanyaannya adalah, mengapa kebijakan dan kendali Rusia untuk menghentikan ekspor minyak ini begitu mengancam? jawabannya adalah, Eropa begitu menggantungkan kebutuhan energinya kepada Rusia sebagai negara yang memiliki pasokan dan kualitas energi yang berbeda dengan yang lainnya. Selain itu, Rusia mengekspor tiga perempat gasnya kepada Eropa dan Turki dengan sebagian lainnya disalurkan kepada negara-negara barat. Tentunya, sebagai negara pengekspor gas alam terbesar di dunia, pengekspor minyak mentah kedua di dunia, dan pengekspor batu bara terbesar ketiga, maka dalam naik atau turunnya harga energi alam di dunia ini sangat ditentukan oleh kebijakan dan sikap Rusia. Sikap Rusia ini juga menunjukkan bahwasannya kedudukan mereka di mata dunia masih begitu penting dan berpengaruh, sehingga gertakan dari negara-negara barat jelas saja semakin menantang bagi Rusia.
Semenjak Rusia menginvasi ke Ukraina semenjak tanggal 24 Februari 2022, banyak pengaruh yang berubah terhadap energi, geopolitik, hingga ekonomi. Perang tersebut membawa banyak krisis dan dampak buruk pada sebagian negara-negara di dunia. Contoh saja, menurut situs Economics Observatory selama hampir dua minggu pertama perang, patokan minyak di Eropa yakni harga Brent, telah meningkat sebanyak lebih dari 25%. Eropa sendiri sangat bergantung terhadap Rusia dalam perihal energi. Namun, Eropa juga perlu untuk menghentikan impor energi dari Rusia demi melangsungkan sanksi akibat intervensi Rusia kepada Ukraina.
Rencananya Rusia akan kembali melakukan pemberhentian ekspor minyak yang dimulai pada tanggal 1 Maret 2024 hingga 6 bulan mendatang. Tujuan dan maksud Rusia dalam melakukan langkah ini demi menjaga stabilitas harga yang ada akibat permintaan dari konsumen yang terlalu banyak. Pernyataan dan sikap yang Rusia ambil ini dilakukan oleh juru bicara Wakil Perdana Menteri Alexander Novak sebagai seseorang utusan dari Vladimir Putin untuk memegang sektor energi Rusia. Tentunya dari keputusan Rusia ini, ada banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya ialah warga dan petani di Rusia yang mengeluh mengenai ketidakstabilan harga minyak di dalam negeri. Tapi ternyata, tak tik Rusia ini juga dilakukan demi mempengaruhi Ukraina dalam upaya mengganggu penyaluran pasokan pangan serta kebutuhan logistik mereka agar mengurangi performa para pasukan Ukraina.
Pada saat keadaan yang berada di tengah kekhawatiran pasar akibat harga energi global yang tidak stabil, serangan pesawat tak berawak dari Ukraina berhasil menyasar kilang minyak Rusia. Akibatnya timbul kenaikkan harga minyak yang tidak bisa terelakkan. Hal ini pastinya akan mempengaruhi bagaimana pasar minyak dunia bergerak. Pesimisme pasar atas kondisi ini mengakibatkan ekonomi terancam, serta konsumen dan permintaan minyak yang membludak kedepannya. Terlebih lagi serangan pesawat yang terjadi membuat produksi minyak kedepannya akan terganggu dan tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Namun, sebenarnya sikap eropa yang memblokade akses aliran minyak Rusia untuk dikirim ke negara-negara berkembanglah yang membuat harga minyak dunia semakin melambung. Ancaman Eropa kepada Rusia akibat intervensinya kepada Ukraina seakan-akan tidak mempengaruhi Rusia untuk mengendalikan pasar minyak dunia. Ujung-ujungnya, Amerika tetap bekerjasama dengan negara-negara yang berkoalisi dengan Rusia untuk membeli minyak dengan ketentuan dan batasan yang telah ditetapkan. Rusia juga mengambil sikap untuk memberikan diskon kepada negara-negara yang berkoalisi dengan mereka demi melanggengkan kerjasama dan meraih keuntungan dari penjualan minyak. Informasi ini didapatkan pada laman situs Departemen Keuangan AS, dengan penjelasan bahwasannya Kremlin dianggap melakukan pengiriman minyak secara gelap untuk menghindari sanksi di area Eropa. Serta Kremlin atau pemerintah Rusia melakukan penjualan gelap tersebut menggunakan armada dan kapal-kapal yang bukan semestinya, sehingga hal ini memanipulasi perdagangan minyak dunia dan memudahkan Rusia untuk mengelabui Eropa dengan menghindari sanksi yang berlaku. Namun pihak Eropa yang berhasil mengetahui tak tik Rusia ini, mereka segera memberikan teguran berupa kenaikan sanksi dan denda yang harus ditanggung Rusia apabila masih melakukan penjualan minyak dengan cara tersebut.
Eropa mengendalikan Rusia lewat kerjasamanya dengan Amerika. Rusia sendiri memiliki kelemahan, yakni mereka perlu kapal tanker dan distribusi minyak yang jelas demi menjual minyak-minyak tersebut kepada negara lain. Namun, Eropa dan Amerika mengambil sikap untuk menghalangi niat Rusia tersebut dengan cara bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan kapal dan menyepakati untuk meminta kepada Rusia bahwasannya perusahaan kapal tersebut akan setuju untuk mengangkut minyak Rusia apabila harga minyaknya sesuai dengan kesepakatan mereka. Harga minyak yang dipatok tentu saja telah ditetapkan oleh Eropa dan Amerika dengan target dibawah harga yang sesungguhnya dan batasan harga tersebut diharapkan mampu melemahkan Rusia dalam perekonomian mereka. Sikap Eropa dan Amerika ini terlihat licik karena sebelumnya mereka sendiri menginginkan blokade minyak kepada Rusia, namun seiring berjalannya waktu mereka juga yang membeli minyak tersebut dengan cara mengurangi harga sendiri. Pada sikap ini, Eropa dan Amerika terlihat sangat oportunis dan egois karena tindakan mereka semata-mata ingin terlihat membela Ukarina namun di kacamata lain ternyata mereka juga mengambil kesempatan dari batasan harga minyak yang mereka tetapkan sendiri.
Perang, ekonomi, strategi dan krisis sangat menghantui dunia saat ini. Rusia sebagai salah satu pengendali dan pemilik energi terbesar di dunia memiliki kekuatan untuk mengendalikan harga pasar minyak dan harga-harga lainnya. Minyak dan energi menjadi sumber pendapatan tertinggi untuk Rusia, sehingga dalam sistem penjualannya sangat-sangat mempengaruhi keberlangsungan Rusia sendiri dalam mempertahankan posisi mereka sebagai pengendali harga minyak dunia. Upaya dari eropa dan Amerika untuk memberikan sanksi serta pembatasan pembelian minyak kepada Rusia sempat tidak memberikan dampak apapun bagi Rusia. Namun, dengan tindakan Eropa dan Amerika yang bekerjasama untuk mengambil kontrol minyak kembali dan menurunkan harga minyak Rusia telah menjadikan suatu strategi baru dalam dunia jual beli minyak global. Seharusnya perlu ada sikap dan kontrol yang Rusia lakukan sebagaimana negara yang besar dan memiliki negara-negara koalisi yang potential. China dan Asia tenggara akan menjadi pasar yang baik bagi Rusia untuk menjual produk minyaknya dan mengendalikan harga minyak dunia kembali. Oleh karenanya, perlu ada secercah harapan untuk menstabilkan kembali harga minyak dunia demi keberlangsungan hidup banyak masyarakat dan menjamin adanya perubahan keadaan dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H