Lihat ke Halaman Asli

Pramuka dan Kritik Terhadap Pendidikan Modern

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak zaman Baden-Powell mendirikan gerakan kepanduan hingga saat ini, ada beberapa hal yang tetap dipertahankan dalam pembinaan peserta didiknya, yakni nilai-nilai kepanduan. yang dimaksud dengan nilai kepanduan adalah Nilai, Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Kode Kehormatan Pramuka, seperti yang tercantum dalam AD/ART Gerakan Pramuka. nilai-nilai seperti rajin, terampil, gembira, senantiasa Praja Muda Karana (anak muda yang suka berkarya), sopan, tak kenal rasa sombong, bersahaja, setia, suka menolong; diajarkan kepada peserta didik oleh pembinanya. selain itu, Sistem Among milik Ki Hajar Dewantara menjadi sistem dalam pembentukan karakter. Pembina harus bisa menjadi contoh di depan, pemberi semangat di tengah, dan pemberi dorongan di belakang peserta didik. nilai-nilai tersebut tidak diajarkan dalam kelas, melainkan dilaksanakan dan dihayati. materi kepramukaan yang diajarkan boleh berubah, tapi nilai-nilai yang sudah disebutkan tak boleh berubah.

beberapa hal di atas, seringkali dilupakan dalam pendidikan formal, dalam hal ini sekolah. seringkali sekolah hanya sekedar materi yang dipadatkan, jam belajar yang ditambah, tanpa membicarakan pembinaan nilai dan karakter. sekolah sebagai tempat menimba ilmu, menjadi tempat menambah pengetahuan. sekedar pengetahuan. ilmu, bagi saya adalah (tercantum di dalamnya juga) semangat dalam menambah pengetahuan. metode pendidikan formal juga nampak membosankan, kaku dan stagnan. padahal, pendidikan haruslah dinamis dan menarik.

nilai dan karakter kepramukaan ini silahkan dibaca dan dilaksanakan oleh teman-teman pendidik. bagi saya, nilai dan karakter ini harus dimiliki oleh tiap-tiap tenaga pendidik, baik pendidik dalam pendidikan formal, maupun non-formal. kritikan ini tidak hanya kepada pendidikan formal saja, tapi juga pada pemilik nilai dan karakter itu sendiri: Gerakan Pramuka. pendidikan kepramukaan saat ini seringkali melenceng dari hal-hal tadi. menyerupai pendidikan formal, materi menjadi satu-satunya yang dipikirkan, karakter kepramukaan telah terlupa. atau, materi yang diajarkan itu-itu melulu, dan terkadang tidak berdaya guna bagi peserta didik. saya sendiri seringkali melihat bahwa pendidikan kepramukaan tidak berhasil menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter kepramukaan. tidak banyak yang bisa diserap oleh peserta didik. kemampuan praktis dan aplikatif kepramukaan tidak sempat diajarkan oleh pembina.

selain itu, masifnya jumlah peserta didik (karena masuknya Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib dalam Kurikulum 2013) dan minimnya kuantitas pembina, menyebabkan masalah ini membesar. pelatihan pembina seakan 'asal jadi, asal selesai', tanpa memperhitungkan aspek kualitas. pembina dadakan tersebut sekedar diajari bagaimana mengajari materi kepramukaan, bukan membina karakter kepramukaan. pelatihan pembina yang 'asal jadi, asal selesai' menyebabkan pembinaan peserta didik 'asal jadi, asal selesai' pula. setelah itu, peserta didik juga akan menjadi pribadi berkarakter 'asal jadi, asal selesai', yang kemudian (jika menjadi pembina) akan membina 'asal jadi, asal selesai'. ini akan terus menerus terjadi, menjadi siklus yang tak akan terputus.

nilai-nilai kepramukaan yang di atas haruslah menjadi perhatian penting bagi pelatih pembina dan para pembina dalam proses pembinaan peserta didik. semoga kritik ini bisa membangun karakter kepramukaan saya dan pembina/pendidik lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline