Lihat ke Halaman Asli

Rafi Mutaqin

Hanya berbagi Informasi

Masa Kecilku Bahagiaku

Diperbarui: 3 Oktober 2019   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepat jam 7 pagi di hari Minggu, aku terbangun dari tidur lelapku. Terdengar suara ayam berkokok di depan rumahku dengan diiringi suara teman - teman yang memanggilku. Setelah aku mendengar seruan teman - temanku, akupun keluar rumah dan menyuruh teman - temanku untuk masuk rumah terlebih dahulu.

    Akupun mandi terlebih dahulu karena teman - temanku sudah siap untuk bersepeda keliling komplek yang sudah di rencanakan kemarin. Setelah mandi akupun bergegas untuk berpakaian karena teman - temanku sudah tidak sabar untuk bersepeda. Ini pertama kalinya aku dan teman - temanku bersepeda bersama mengelilingi komplek rumahku.

    Aku dan teman - temanku bergegas keluar rumah dan menghampiri sepeda masing - masing. Berbagai macam sepeda yang dipakai oleh kami, mulai dari sepeda BMX, sepeda gunung, dan sepeda yang berukuran kecil dan sering dipakai oleh anak anak kecil. Karena semua sudah siap kamipun berangkat dari rumahku yang katanya akan mengelilingi komplek.

    Aku berada di posisi paling belakang, mengikuti arah jalan teman - temanku. Kami pun bersorak gembira di jalan sampai orang - orang melirik kami dengan tatapan aneh. Di posisi itu kami rasa kami adalah orang yang paling bahagia. Melihat pedagang es krim yang berhenti di pinggir jalan, kamipun menghampiri dan membelinya sambil beristirahat sejenak.

    Dengan rasa penuh gembira di saat istirahat itu kami pun tertawa - tawa dengan kebahagiaan yang kami rasakan. Setelah beristirahat kamipun melanjutkan bersepeda mengelilingi komplek. Oh iya, disaat itu aku berumur masih 5 tahun. Kebetulan kami semua satu angkatan dan satu kelas di TK Kenanga.

    Saat di jalanan sewaktu bersepeda kami balap - balapan dengan cepat. Saat itu ada kejadian suka dan duka. Lucunya teman - temanku semuanya tabrakan beruntun kecuali aku. Dan posisi jatuhnya pun ada yang membuat kami tertawa terbahak - bahak walaupun merasa kasihan. Dan dukanya dari kejadian tabrakan beruntun mereka hanya 1 orang yang terluka.

    Saat melihat temanku yang satu itu terluka ia pun kami bantu. Bukannya kesakitan tapi ia malah tertawa - tawa karena kejadian itu memang lucu sekali. Kami pun bergegas ke warung membeli air putih dan plaster. Kamipun membantu membersihkan luka teman kami tersebut dengan kondisi masih tertawa - tawa.

    Setelah itu kamipun bergegas pulang kerumah dengan suasana hati gembira. Entah teman - teman kecilku masih ingat kejadian itu atau tidak, aku tidak akan pernah lupa dengan kejadian menyenangkan itu. Dan kamipun sekarang jarang bertemu atau bermain karena mereka mempunyai kesibukan Sekolah masing - masing.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline