Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Kompetisi, tapi…

Diperbarui: 8 Juni 2016   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Globalisasi telah menjadikan dunia tanpa batas. Transaksi ekonomi, pertukaran informasi bahkan komunikasi antar penghuni bumi pun sekarang dilakukan hanya oleh jari. Kemajuan teknologi menjadikan semuanya mudah, cepat dan murah. Banyak orang bilang, semua ada di genggaman Anda.

Semakin mudahnya segala sesuatu diperoleh, menjadikan proses bukan lagi sebagai bagian penting dalam mencapai sebuah output. Yang penting cepat dan akurat. Karena semuanya harus berlangsung dengan cepat, maka persaingan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Tanpa disadari hal ini melahirkan generasi-generasi instant dengan tingkat persaingan yang tinggi.

Tidak ada masalah dengan persaingan. Bahkan sebagian besar orang berpendapat bahwa hal tersebut merupakan kondisi objektif yang harus dihadapi dalam era globalisasi. Adam Smith dan pengikutnya justru berpendapat bahwa pasar persaingan sempurnalah yang akan memberikan utilitas paling maksimal, baik bagi produsen maupun konsumen. Meski hal ini dikritisi oleh Keynesian, karena bagi mereka akan selalu ada kondisi yang menyebabkan market failure (kegagalan pasar) sehingga dibutuhkan intervensi pemerintah.

Lebih jauh lagi, sebagian kelompok masyarakat percaya bahwa persaingan merupakan kodrat hidup manusia. Mereka menggunakan proses kejadian manusia sebagai basis argumentasi. Hanya sperma yang paling unggul dan tercepatlah yang dapat membuahi sel telur. Ini dimaknai bahwa dari sejak awal persaingan itu sudah terjadi, dari sekian banyak sperma yang dihasilkan hanya ada satu yang mampu bertahan dan menjadi pemenangnya.

Namun, ada satu hal yang dilupakan oleh kelompok ini. Bahwa dalam proses perkembangbiakan, tanpa ada sel telur yang bersedia dibuahi oleh (meski) sperma paling hebat sekalipun maka kehidupan baru tidak akan mungkin terjadi. Jadi, memenangkan sebuah persaingan bukanlah tujuan akhir.

Menjuarai sebuah kompetisi tidak akan memberi arti apa-apa karena hanya menghasilkan menang dan kalah. Dibutuhkan sebuah kerjasama yang baik agar kompetisi menghasilkan manfaat besar bagi kemanusiaan. Tanpa kerjasama, kompetisi hanya melahirkan pemenang, bukan kehidupan. Memenangkan kompetisi menghasilkan kebanggaan personal, namun belum memberi manfaat secara sosial. Kompetisi itu penting, tapi kerjasama menyempurnakannya menjadi berguna dalam jangka panjang. Dan itulah kodrat manusia di muka bumi ini, yaitu sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline