Lihat ke Halaman Asli

Kaum Mapan vs Kaum Marjinal

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alkisah pada sebuah perumahan mewah yang baru saja dihuni warganya....Menyadari bahwa developer alpa menyediakan fasilitas rumah ibadah, Pak Borju berinisiatif mengundang perwakilan warga rapat pembangunan rumah ibadah dimaksud.

Pada malam yang disepakati, berkumpulah mereka di rumah Pak Borju. Pertemuan yang awalnya penuh senyum dan ramah-tamah mulai berubah alot dengan diskusi hebat. Masing-masing warga beradu argumentasi sesuai dengan latar belakang pendidikan dan profesi mereka yang tinggi.

Pakar hukum mempertanyakan apakah sudah ada dokumen legal yang dibutuhkan, ahli keuangan mulai menghitung cost yangharus ditanggung & benefit yang akan diperoleh setiap warga, sang arsitek memperbincangkan desain yang cocok dengan lingkungan perumahan, pengamat politik terkenal berpendapat ini menjadi kewajiban pemerintah dan kecamuk justifikasi peserta rapat berakhir dengan deadlock. Sehingga diputuskan rapat dilanjutkan bulan depan dengan agenda pemantapan rencana pembangunan rumah ibadah.

******

Di belakang perumahan mewah tersebut, terhampar sebuah perkampungan padat dan riuh. Menyadari bahwa jumlah orang yang tinggal semakin ramai, Pak Simpelmen, sebagai salah satu juragan kontrakan, mewakafkan sebidang lahan warisan keluarganya untuk pembangunan rumah ibadah. Untuk itu dia mengundang para tetangga sekitar bermusyawarah. Warga yang kuli bangunan menawarkan tenaganya setiap hari Sabtu dan Minggu. Pedagang nasi uduk berjanji menyediakan 10 porsi secara gratis, tidak mau kalah penjual ketoprak juga menawarkan jumlah yang sama. Mbak penjual jamu pun tidak ingin kehilangan kesempatan mendapat pahala, dia akan membuatkan temulawak untuk mereka yang bekerja. Akhirnya disepakati besok pengerjaan rumah ibadah dimulai dan dikerjakan secara bergantian oleh para warga.

*****

Sebulan kemudian…..

Warga perumahan mewah kembali rapat dan menghasilkan keputusan bahwa rumah ibadah akan segera dibangun setelah desain tehnis konstruksi selesai dan disepakati bulan depan merupakan rapat lanjutan untuk pengesahan desain tehnis tersebut.

Sementara, di perkampungan terlihat tawa ceria para warga bergotong- royong dan bentuk rumah ibadah sudah mulai terlihat.

*****

Tiga bulan berselang….

Disepakati terbentuknya sebuah tim panitia pembangunan rumah ibadah. Tim ini sedang menunggu konfirmasi dari Pak Walikota untuk hadir dalam peletakan batu pertama proyek rumah ibadah yang direncanakan akan dilakukan dua minggu ke depan.

Sedangkan di perkampungan, warganya terlihat sibuk. Ibu-ibu memasak dan mempersiapkan konsumsi lainnya sementara para bapak mempersiapkan rumah ibadah yang akan digunakan sebagai tempat syukuran dan ibadah bersama pertama kalinya.

*****

Kisah di atas memberikan beberapa pesan moral tentang kondisi negeri saat ini. Apa pesan moralnya? Silahkan diisi sendiri ya…

1….

2….

3….

dst…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline