Lihat ke Halaman Asli

Pola Asuh Orang Tua Pada Masa Kanak-Kanak Awal

Diperbarui: 1 Desember 2016   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah selama ini kita mengamati, jika anak-anak diberikan suatu permasalah yang sama, mereka akan memberikan respon yang berbeda-beda dalam menanggapi permasalahan tersebut. Dalam hal ini, yang menjadi faktor dari perbedaan respon tersebut adalah tingkat tempramen yang didmiliki seorang anak. Namun, tempramen tidak menjadi faktor utama. Karena berdasarkan penelitian, pola asuh yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam menghadapi suatu permasalahan.

Jika kita melihat pada bumraind yang  melakukan penelitian terhadap 103 anak prasekolah dari 85 keluarga.  Dari penelitian tersebut dihasilkan tiga hubungan yang kuat antara pola asuh dengan perilaku anak. Dan pola asuh tersebut adalah sebagai berikut :

1. Orang Tua yang Otoritarian

 Dalam hal ini orang tua bertindak tegas terhadap anaknya jika si anak melakukan kesalahan dan berusaha membuat anak untuk mematuhi set standar prilaku. Karena orang tua menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa  banya tanya. Mereka lebih mengambil jarak dan kurang hangat dibandingkan orang tua lainnya. Akibatnya, anak akan menjadi tidak puas, menarik diri dan tidak percaya terhadap orang tua. 

2. Orang Tua yang Permisif

Dalam hal ini orang tua menghargai ekspresi diri dan pengaturan diri. Mereka hanya membuat sedikit permintaan dan membiarkan anak memonitor aktivitas mereka sendiri. Ketika membuat aturan, mereka menjelaskan alasannya kepada si anak. Mereka berkonsultai kepada anak mengenai keputusan kebijakan dan jarang menghukum. Mereka hangat, tidak mengontrol dan tidak menuntut. Akibatnya, anak prasekolah mereka cenderung belum matang, tidak suak bereksplorasi dan paling tidak memilikikontrol diri.

3. Orang Tua yang Otoritatif

Dalam hal ini orang tua menghargai individualitas anak akan tetapi juga menekankan batas-batas sosial. Mereka percaya kemampuan mereka akan dalam  memandu anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat, dan kepribadian anak. Mereka menyayangi dan menerima, tetapi juga meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar, dan berkenan untuk menerapkan hukuman yang berbatas dan adil jika dibutuhkan dalam konteks hubungan yang hangat dan mendukung. 

Mereka menjelaskan alasan dibalik pendapat mereka dan mendorong komunikasi verbal timbal balik.  Akibatnya, anak mereka akan merasa aman karena mengetahui bahwa mereka dicintai oleh orang tuanya, tetapi juga diarahkan dengan tegas. Anak juga akan mengandalkan dirinya sendiri dalam menghadapi kehidupannya, mengonrol diri dan lebih asertif, suka bereksplorasi dan merasa pas.

Jika dalam penelitian bumraind membagi pola asih menjadi tiga macam. Pada tahun 1983 Eleanor Maccoby dan Jhon Martin menambahkan pola asuh tersebut menjadi empat yakni pola asuh mengabaikanatau tidak terlibat. Pada pola asuh ini, orang tua mengabaikan pengasuhan terhadap anak karena adanya beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya, orang tua terlalu fokus terhadap pekerjaannya, orang tua mengalami stres atau deperesi. Pada pola  pengasuhan yang sseperti ini, akan menimbulkan gangguan perilaku pada masa kanak-kanak dan remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline