Lihat ke Halaman Asli

r. t. mangangue

Peduli terhadap permasalahan yang dialami masyarakat yang dicurangi, , dibully, dibodohi, dll.

Untuk Apa Ada Sekolah tetapi yang Mengajar Orangtua Sendiri?

Diperbarui: 6 Agustus 2020   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pertama kali berita tentang covid-19 mulai tersiar pada Desember 2019. Dimulai dari Wuhan, China. Sementara itu, kasus positif covid-19 pertama kali terjadi di Indonesia pada 2 maret 2020. Dua orang WNI tertular dari seorang berwarga negara Jepang. 

Namun, berita positif covid-19 Saya menangapinya biasa saja. Saya pikir, itu pasti sama saja dengan flu burung atau Mers. Beberapa tahun silam kedua jenis penyakit itu pernah menghebohkan dunia. Namun, akhirnya kan reda juga berita tentangnya. 

Apakah demikian juga dengan covid-19? Ternyata tidak. Malah yang membuat saya terkejut, tiba-tiba saja di Indonesia sudah ada yang positif covid-19. Jumlahnya pada awalnya memang tidak banyak. 

Tapi kok kian hari, kian bertambah. Besoknya lagi bertambah. Lalu besoknya begitu juga. Eh, kok bertambah, bertambah dan bertambah terus. Wah, gawat dong kalau begini.

Tiba-tiba saja, di kota asal saya, Manado, sudah ada yang positif covid-19. Meski jumlahnya bisa dihitung dengan jari, hal itu membuat saya sangat terkejut. Wah, hal itu tidak bisa dianggap enteng lagi. Kita harus bersiap-siap menghadapi covid-19.

Gugas Penanganan Covid-19

Akhirnya, dibentuklah Gugus Tugas (Gugas) penanganan covid-19. Setiap hari juru bicaranya, baik di pusat maupun di daerah, mempublikasikan perkembangan covid-19 sesuai wilayah kerjanya. 

Pada waktu itu, para juru bicara mengimbau masyarakat untuk rajin mencuci tangan dari air yang mengalir dengan sabun, menjaga jarak. Penggunaan masker belum diwajibkan. Jangankan diwajibkan, diimbau juga belum. Meskipun demikian, orang yang memakai masker sudah banyak.

Tiba-tiba lagi saya dikejutkan dengan adanya  "lockdown" di sejumlah negara. Hal itu dilakukan karena orang-orang yang positif covid-19 telah mencapai angka puluhan ribu. Jadi, hal itu wajar dilakukan. Tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. 

Tak lama kemudian hal yang sama dilakukan juga di Tanah Air. Namanya bukan "lockdown" melainkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Untuk pertama kalinya, PSBB dilaksanakan di kota Jakarta. Penduduk Jakarta diminta untuk  "stay at home" alias tinggal di rumah.  Boleh keluar rumah untuk urusan yang sangat penting. 

Ternyata,  jumlah orang yang positif covid-19 kian bertambah, bertambah, dan bertambah terus. Saat hendak menyampaikan update berita perkembangan covid-19 di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (5/4/2020), jubir nasional Gugas pennganan covid-19, Achmad Yurianto, tampil di depan publik dengan mengenakan masker berwarna oranye. Padahal pada hari-hari sebelumnya ia dan nara sumber lainnya tidak mengenakan masker saat berbicara di mimbar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline