"Media yang satu menggunakan kata keragaman tetapi media yang lain menggunakan kata keberagaman. Mana yang benar?"
(Tanggapan atas Tulisan Prof. Bambang Kaswanti Purwo)
Membaca tulisan Prof. Bambang Kaswanti Purwo (BKP) di rubrik "Bahasa" Kompas 20/8/2019, saya tertarik untuk menanggapinya. Tulisan dengan judul "Keanekaragaman" itu membahas penggunaan kata yang belakangan ini banyak digunakan, yaitu keragaman dan keberagaman.
Media yang satu menggunakan kata keragaman tetapi media yang lain menggunakan kata keberagaman. Mana yang benar?
Setelah menguraikannya secara panjang lebar, BKP menyimpulkan (setelah memberikan argumentasi dan contoh-contohnya) bahwa kata yang benar adalah keanekaragaman.
Baca juga : Keragaman Skotlandia Sebagai Negara Indah di Britania Raya
Saya sependapat dengan BKP. Namun, kita juga perlu melihat mengapa orang lebih suka menggunakan kata keragaman atau keberagaman. Dari dua kata itu dapat disimpulkan bahwa hal yang utama adalah kata dasar ragam. Dari kata dasar itu (ragam), dia menjadi keragaman atau keberagaman atau bisa juga keanekaragaman. Pokoknya ada kata dasar ragam.
Meskipun demikian, kita tentu tidak boleh lupa dengan aturan berbahasa yang ada. Karena kita tidak boleh seenaknya memakai kata ini atau kata itu disesuikan dengan keinginan kita. Yang penting kata itu benar, tepat dan efektif, sehingga kata itu dapat digunakan.
Saya justru mengamati bahwa penggunaan kata keragaman atau keberagaman baru muncul akhir-akhir ini. Saya justru masih ingat, dulu bukan kata itu yang kita gunakan, melainkan kata majemuk dengan nominanya kemajemukan.
Dalam KBBI majemuk berarti terdiri dari beberapa bagian yang merupakan kesatuan. Contoh kalimatnya adalah "Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk." Sedangkan kemajemukan berarti keanekaragaman.