"Tersangka"
Itulah yang sudah tersemat di jati diri bapak sekarang ini, saya melihatnya sudah dari beberapa hari lalu saat kerumunan warga yang menolak permintaan maaf bapak dan tetap ingin menjadikan bapak sebagai pelaku kejahatan, melebihi pelaku kejahatan seksual sekalipun. Mohon maaf sebelumnya pak kalau saya menulis permintaan untuk bapak mengundurkan diri dari pencalonan Gubernur DKI di tahun 2017 nanti. Mohon maaf juga kepada teman-teman karena saya tidak ikut aksi damai karena harus bekerja untuk beli beras dan juga diapers anak saya.
Yth, Bapak Basuki Thajaja Purnama,
Izinkan saya untuk meminta bapak tetap semangat meski nanti bapak akan di proses sangat panjang dengan berbagai macam pemberitaan dan juga ucapan-ucapan yang mendorong bapak untuk tetap dipenjara.
Saya sekedar meminta pak, sudahlah mundur saja dari pencalonan Gubernur DKI pak, tidak ada untungnya buat bapak dan juga keluarga pak, kasihan untuk ibu Veronica Tan dan juga Nathania, Nicholas dan Daud menerima bapaknya sebagai tersangka. Terlebih Daud dan Nicholas yang akan menerima ledekan-ledekan dari teman-teman sekolahnya karena bapaknya jadi musuh terbesar NKRI ini. Mungkin memang bapak sudah terlanjur dibenci saat berani-beraninya maju sebagai wakil gubernur dari agama yang agama mereka tidak sukai dan dari keturunan Tionghoa pula, jadi bagi yang katanya membela agama saya, bapak itu adalah musuh besar.
Mundur sajalah pak, mungkin apa yang coba bapak perjuangkan mengenai reformasi birokrasi dan mempertanggungjawabkan sebagai abdi masyarakat tidak dianggap karena bapak itu berbeda dari agama saya, dan nenek moyang bapak berasal dari bukan NKRI ini meski besar di tanah Belitong sana.
Ide-ide bapak dan gagasan bapak untuk melelang jabatan sebagai salah satu proses untuk pemerintahan lebih baik tidak akan dianggap karena bapak bicara terlalu kasar, tidak menghargai perasaan para pembenci-benci bapak, maklumi mereka pak karena bangsa ini sudah diharuskan mempunyai tata krama yang santun meski didalam kesantunan ada kemunafikan yang merajalela.
Sudah cukup pak, jangan ngotot untuk tetap menjadi calon Gubernur DKI, karena bagi mereka meskipun bapak mereformasi birokrasi sedemikian rupa dan menjadikan Jakarta lebih berbeda dibandingkan masa pemerintahan sebelumnya, bagi mereka tetap salah karena bapak bukan dari keyakinan yang sama dengan orang-orang yang datang ketika tanggal 4 November kemarin.
Seandainya bapak tidak berbeda dengan mereka pasti bapak akan tetap dicari-cari kesalahannya karena bapak merubah paradigma saya dan juga sebagian orang untuk melihat bahwa menjadi pegawai negeri macam bapak dan yang lainnya itu harus berani memperjuangkan dana masyarakat yang sudah dibayar melalui pajak.
Bagi mereka tidak butuh sosok bapak, karena yang bisanya cuma marah-marah dan memaki-maki pekerjaan yang tidak dilaksanakan dengan SOP yang sesuai. Mereka butuh orang yang mendukung gagasan untuk membeli UPS seharga rumah mewah, atau melipat gandakan harga sapi dan juga kitab suci demi membeli beberapa gram sabu dan juga napza lainnya.
Maaf pak, bapak juga sih ngomongnya asal aja, coba kalau kejadian di Kepulauan Seribu sana bapak tidak berkomen apa-apa pasti bapak tetap akan dicari-cari pak kesalahannya oleh mereka, karena bagi mereka bapak itu gak pantas menjadi pemimpin karena berbeda keyakinan oleh mereka. Mereka lebih suka seorang pemimpin yang tidak melarang takbiran dijalan dengan membawa petasan dan juga kembang api.