Lihat ke Halaman Asli

When in Rome

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_114295" align="alignleft" width="242" caption="sumber:http://www.celebritywonder.com/mp/2010_When_in_Rome"][/caption] Minggu ini pelem yang baru muncul lagi adalah When in Rome yang baru aja tayang kamis kemarin, selain Lovely Bones dan Fire Of Conscience, maka pilihan jatuh ke When in Rome secara udah dari minggu2 yang lalu gw nontonnya pelem yang berdurasi berat dan mesti bikin nyesek dada, maka pelem bernuansa romantis komedi ini adalah pilihan yang tepat. Di direct oleh Mark Steven Johnson, pelem ini cuma mengambil sedikit latar belakang kota Roma disaat Beth (Kristen Bell) harus menghadari pernikahan adiknya, disaat itulah ia menemukan sosok Nick (Josh Duhamel) sebagai teman dari mempelai pria. Dalam keadaan yang cukup kekeluargaan di situlah Beth mulai percaya dengan yang namanya keajaiban tentang cinta dan mulai untuk dekat dengan Nick hingga akhirnya setelah menemukan kepercayaan dirinya ia harus memendam rasanya dan mulai melakukan hal bodoh dibawah air terjun dewi Amor di Roma, yang scene selanjutnya Beth mulai memaki itu dewi yang selalu membuatnya terpesona dengan cinta hingga jatuh kembali. Kebodohan si Beth berlanjut dengan memungut 5 koin yang berada didalam kolam tersebut dimana menurut kepercayaan orang Italia bahwa koin2 tersebut adalah sebuah pengharapan orang yang kandas dalam hal cinta hingga yang mengambil koin2 tersebut akan dipertemukan dengan seseorang yang melempat koin tersebut dan juth cinta melalui mantra sang air mancur tersebut. Secara bersamaan maka muncul tokoh2 dari pelempar koin2 tersebut dan mulai memperebutkan hati si Beth, mulai dari pengusaha sosis kecil ( Danny DeVito ), seorang penyihir kurus jalan ( Jon Heder ), seorang pelukis kekanak-kanakan ( Will Arnett ), dan model laki-laki narsis ( Dax Shepard ). Dan Beth harus mati-matian menghindar dari beberapa pria yang memburunya sampai ke kota New york. Kalau mau jujur, formula yang ditawarkan Mark Steven Johnson, sang sutradara sekaligus penulis naskah film ini, sebenarnya bisa dibilang gak terlalu baru. Tak banyak hal baru yang ditawarkan Mark kali ini. Dari potongan riview yang gw ceritakan, kisah di atas adalah lelucon yang akan berada di seputar kekonyolan saat Beth dikejar-kejar oleh empat pria ini. Di lain sisi, film komedi romantis ini memang adalah untuk menghibur dan untuk fungsi yang satu ini, "When in Rome" sebenarnya sudah cukup berhasil. Artinya, gw dan pasangan sampai dibuat terbahak-bahak melihat kekonyolan para pemain yang sangat menghibur dan gak perlu terlalu banyak mengkerutkan dahi karena alur kisah memang dibuat sangat simple. Tinggal duduk manis dan menertawakan kekonyolan yang terjadi di antara para karakter dalam film ini. Oh ia dan sebagai bonusnya, gw juga mendapatkan sepenggal kisah romantis yang menjadi sisi lain dari film ini. Bahwa Cinta itu walaupun hal sepele tetapi tidak semudah dan serumit yang selalu didendangkan. Berani mengatakan dan berani mengambil suatu resiko tanpa harus takut sakit hati dan mencobanya kembali adalah hal penting yang ada dipelem ini. So, walaupun cuma 3 Bintang pelem ini cukup mengibur kok...kalo yang mau menghabiskan uang diweekend ini sok atuh ditunggu reviewnya,,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline