Sepanjang 193 tahun berdiri, Purbalingga masih tetap menjadi kota kabupaten yang selalu dirindukan. Tidak sedikit yang mencari ilmu sampai di negeri orang atau bahkan puluhan tahun merantau bekerja di luar kota kembali pulang ke Purbalingga. Kota kecil yang sarat makna baik dari sisi budaya maupun sejarah heroik seorang Jenderal Sudirman.
Tanggal 18 Deseember 2023 adalah merupakan Hari Jadi yang ke 193 tahun untuk Kabupaten Purbalingga. Usia yang tentu bagi seorang manusia sudah renta dan tidak berdaya. Namun bagi Kabupaten Purbalingga justru menjadi usia yang semakin mendorong spirit untuk kemajuannya.
Berangkat dari perpindahan ibukota Purbalingga dari desa Karanglewas saat itu pada jaman kerajaan Mataram ke sebuah desa bernama Purbalingga yang sekarang dikenal sebagai alun - alun Purbalingga, maka menjadi tonggak sejarah berdirinya Kabupaten Purbalingga.
Kota kecil yang penting sebagai jalur penghubung antara jalur utara dengan jalur selatan Jawa tentu menjadikan Purbalingga menarik untuk dikembangkan. Dan terbukti pada era 80-an muncul industri-industri bulu mata yang tidak dapat dipandang sebelah mata karena sebagai penyumbang PAD yang cukup besar bagi Kabupaten Purbalingga. Letak strategis yang apabila terus dikembangkan pasti akan semakin menambah kemajuan Purbalingga.
Adalah Triyono Budi Sasongko bupati pertama era reformasi yang berhasil membuka mata para investor untuk menanamkan modalnya di kota kecil Purbalingga. Termasuk para putra daerah yang sudah berhasil sebagai pengusaha di luar kota diajak untuk berinvestasi di Purbalingga. Sehingga banyak sekali muncul industri - industri menengah dan besar di Purbalingga. Termasuk pengelolaan industri Pariwisata yang cukup membanggakan yaitu wisata air Owabong.
Dan sekarang seiring mulai tumbuhnya industri pariwisata maka mulai bermunculan industri perhotelan yang banyak di Purbalingga. Hotel - hotel sebagai sarana pendukung pariwisata mulai dikembangkan dan ternyata cukup berhasil menggaet wisatawan ke Purbalingga.
Tidak ada yang menyangka, Purbalingga yang dahulu terkenal dengan kota pensiunan karena sepi dan geliat aktivitas ekonomi yang terbatas, sekarang menjadi salah satu kota di Jawa Tengah yang menjadi destinasi wisata terbaik. Ada wisata air Owabong yang terus berkembang dengan wahana permainan air yang baru, Purbayasa dengan akuarium raksasanya, Sanggaluri Park yang menawarkan sensasi hewan reptil dan serangga, serta tempat wisata yang banyak bertebaran di dataran tinggi Serang yang menawarkan wisata modern maupun tradisional.
Sekarang ini dengan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah menjadikan Purbalingga menjadi kota yang tidak cepat tertidur lelap, tetap ada geliat sampai larut malam. Walaupun belum bisa dikatakan tidak pernah tidur seperti kota Solo dan Jogja namun setidaknya denyut nadi perekonomian agak panjang nafasnya.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana agar keramaian geliat ekonomi bisa merata tidak hanya pada tempat - tempat tertentu saja. Perlu menghidupkan beberapa kawasan agar mampu menjadi sentra ekonomi yang ramai. Seperti Jl. Pucung Rumbak perlu dihidupkan lagi dengan cara menghidupkan lagi jembatan sungai klawing yang lama. Sehingga warga di sepanjang Jl,Pucung Rumbak bisa menghidupkan lagi aktivitas perekonomiannya.
Beberapa tempat memang sudah berhasil dibuka sebagai pusat keramaian sehingga tidak berpusat hanya di alun - alun saja tetapi di beberapa tempat yang lain. Keramaian yang terpecah tentu akan meratakan pendapatan masyarakat sehingga kemajuan perekonomian akan dapat dirasakan oleh semua masyarakat.
Program perbaikan jalan juga perlu terus untuk dilanjutkan. Termasuk bagaimana menghidupkan Bandara yang sudah terlanjur dibangun di sisi selatan Purbalingga. Perlu dibuatkan rute yang gemuk dimana banyak masyarakat Purbalingga yang merantau di suatu daerah contohnya Kalimantan. Jakarta, Surabaya, dan Sumatera. Terutama tarif penerbangan yang kompetitif tentu akan menarik masyarakat untuk menggunakan moda penerbangan sehingga Bandara JB Sudirman dapat kembali hidup.