Lihat ke Halaman Asli

Semua Gara-gara Air Asia

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1409403575534204582

"..........pasangkan tali keledar dan matikan telefon bimbit..........", kira-kira begitu bunyi perintah 'aneh' yang saya dengar dalam kabin penerbangan Air Asia tujuan Bandara Adisumarmo, Solo. Pagi itu, saya dan istri sedang dalam perjalanan pulang dari Kuala Lumpur setelah hampir lima hari mengunjungi negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Sebuah pengalaman baru bagi saya bisa berpergian ke luar negeri, walaupun hanya negara tetangga dekat. Selama ini saya hanya bisa mengetahui tentang Singapura dan Malaysia melalui media massa maupun dari cerita teman-teman yang pernah pergi ke sana. Pengalaman bepergian ke luar negeri telah mengubah cara pandang hidup saya. Bepergian ke luar negeri yang semula saya anggap sebagai sesuatu yang mahal ternyata bisa juga dilakukan dengan cara hemat. Semua ini gara-gara..........Air Asia.

Suatu ketika saya membuka-buka laman internet mencari tiket untuk pulang kampung. Ketika membuka laman Air Asia, ada tawaran promo penerbangan ke Kuala Lumpur dengan tarif tiketyang sangat terjangkau bagi saya. Tanpa berpikir lebih panjang lagi saya pesan tiket itu. Saya kebingungan sendiri pada akhirnya, mengapa membeli tiket itu padahal tidak memiliki rencana berpergian ke luar negeri. Setelah berkonsultasi dengan istri akhirnya diputuskan kami akan pergi ke luar negeri.

Kurang dari satu minggu menjelang keberangkatan, tiba-tiba saya mendapat tugas mendadak dari kantor. Terpaksa saya mengubah rencana perjalanan kami menunggu selesainya urusan kantor. Tiket keberangkatan terpaksa dibatalkan, begitupun pemesanan hotel juga terpaksa dibatalkan.

Setelah menempuh kira-kira 1,5 jam penerbangan dari Jakarta, siang itu saya dan istri tiba di bandara Changi, Singapura. Kami akhirnya jadi berangkat, tetapi dengan rute yang berubah. Kami berangkat menuju Singapura dengan menggunakan maskapai lain. Kami segera menuju ke tempat pemeriksaan imigrasi. "Kamu datang sini!", seorang petugas imigrasi meminta kami menyerahkan dokumen perjalanan untuk diperiksa. Setelah memeriksa dokumen istri, giliran dokumen saya diperiksa. Tiba-tiba petugas itu memanggil rekannya sambil menyerahkan dokumen perjalanan saya kepadanya. "Ikut saya!", rekannya itu menyuruh saya mengikutinya. Kami berjalan menuju sebuah ruangan di kantor imigrasi. Istri saya yang telah berhasil melewati pemeriksaan imigrasi menatap saya dengan cemas.

"Duduk sini!", perintahnya dan sayapun menurutinya. Tidak ada apapun di ruangan itu kecuali deretan kursi disusun mengelilingi ruangan dan sebuah pamflet di dinding. Dua orang wanita muda tampak sedang bercanda dengan seorang petugas imigrasi. Tiba-tiba muncul seorang pria dengan tangan diborgol ke belakang diikuti oleh seorang petugas imigrasi berjalan lewat di depan saya menuju ke luar ruangan. Wanita dan petugas tadipun turut keluar. Tinggal saya sendirian di dalam ruangan itu.

Cukup lama saya duduk ketika tiba-tiba seorang petugas masuk dan memanggil nama saya. Saya menjawab, "Yes!". "Ini paspor kamu. Kamu keluar sini!", kata petugas itu sambil jari tangannya menunjuk sebuah lorong pendek. Saya berjalan menyusuri lorong itu. Ketika sampai di ujung saya buka pintunya dan saya telah berada di luar area pemeriksaan imigrasi. Saya berhasil masuk Singapura.....,lewat pintu belakang.

[caption id="attachment_356373" align="aligncenter" width="300" caption="@Changi"][/caption]

Saya menghampiri istri saya yang sedang duduk di salah satu bangku dengan wajah cemas. Kecemasan istri saya berangsur-angsur reda setelah saya ceritakan semua yang terjadi. Perasaan yang semula bercampur-aduk menjadi lega dan bahagia. Kami segera menuju shelter MRT yang berada di bawah tanah bandara Changi untuk menuju ke hotel. Hari menjelang petang ketika kami tiba di hotel di kawasan China Town.

[caption id="attachment_356372" align="aligncenter" width="300" caption="Tiba di China Town"]

1409403447423330948

[/caption]

Saya dan istri keluar hotel ketika matahari mulai meninggi keesokan harinya. Seharian menjelajah Sentosa Island dan menjelang petang kami telah berada di samping Patung Merlion. Banyak wisatawan asal Indonesia berada di sana sore itu. Malamnya kami dijamu makan oleh Suki, seorang sahabat yang bekerja di Singapura. Selesai makan malam, kami berdua diajak berkeliling menikmati pertunjukkan air mancur dan keindahan gedung-gedung di sekitar Patung Merlion. Kami kembali ke hotel larut malam setelah saling berpamitan dengan Suki karena esoknya kami harus melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur.

[caption id="attachment_356331" align="aligncenter" width="300" caption="@Universal Studios"]

14093983161029430949

1409400687412574640

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline