Kompasiana sebagai penggerak netizen di Indonesia bermaksud ingin menjadi wadah bagi para jurnalis, baik untuk pemula maupun yang sudah mempunyai jam terbang tinggi agar dapat saling berhubungan dan berbagi informasi, ilmu atau sekedar saling sapa diantara mereka. Dalam perjalanannya, blog ini akhirnya terbuka untuk umum yang ingin belajar menulis disamping menjalin pertemanan. Kompasiana ini juga membuka blog tamu yang diisi oleh para tokoh dan publik figur guna menyemarakan wadah tersebut. [caption id="attachment_79242" align="alignright" width="285" caption="Ilustrasi Protes "][/caption] Beberapa kali penghuni Kompasiana mengadakan "kopi darat", baik yang difasilitasi oleh Admin Kompasiana ataupun yang dilakukan sendiri oleh para kompasianer dimasing-masing daerah juga termasuk oleh mereka yang bermaksud ingin meng-akrabkan diri di dunia nyata. Anehnya koq setelah kopi darat tidak membuat para penghuni menjadi lebih harmonis ? bahkan terkesan ada gap (jurang pemisah). Apakah keakraban hanya terjadi pada beberapa kelompok saja ? atau ada yang salah dengan pengelola ? Mudah2an sih saya yang salah menafsirkan. Mengapa saya bisa berasumsi adanya gap?! ya.... karena saya sempat dibuat bingung setelah membaca beberapa postingan / komentar dari para penghuni elit kompasiana yang saling menghujat. Rambut boleh sama hitam, akan tetapi pola pikir belum tentu sama. Rumah kost yang diisi oleh bermacam-macam karakter, memang membuat rumah kost ini menjadi lebih semarak. Adu argumentasi, perang pena/tulisan sampai dengan komentar kotor telah mewarnai rumah ini sebagai bentuk demokrasi dalam mengeluarkan pendapat Sebagai anggota yang relatif masih baru dan sangat awam dalam dunia jurnalistik, mohon kiranya ada yang dapat memberikan pencerahan buat saya tentang beberapa hal yang belum saya mengerti. Apa sih yang dimaksud dengan "Negeri Ngetjokolria", "Planet Khentir" dan "Desa Rangkat" ??? he.he.he.... kedengarannya sangat lucu. Semoga saja ini bukan gejala penderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simptom-simptom / indikasi sebagai berikut: Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan (karena frustasi). - Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya. Waham ini menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi. - Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. - Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Mudah2an semua ini hanya joke-joke yang diciptakan oleh para kompasianer tertentu, guna menghilangkan kejenuhan dalam menghadapi rutinitas aktivitas yang sangat menjemukan. Walaupun masih ada beberapa kompasianer yang terpancing emosinya bila ada anggota kelompok mereka yang terkena sindiran atas postingan/komentar seseorang. Disini terlihat jelas siapa aku dan siapa dirimu. Semoga saja kita tidak sedang menderita "PARANOID" ya...... Salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H