Lihat ke Halaman Asli

29 Juli dan Kisah Dakota VT-CLA

Diperbarui: 30 Juli 2017   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://adveyntureindonesia.wordpress.com/type/aside/

Sebuah catatan kecil pengingat sejarah


Bagi sebagian besar orang, mungkin tanggal 29 Juli tidak memiliki arti apapun. Namun tanggal 29 Juli bagi Bangsa Indonesia dan terutama Keluarga Besar TNI Angkatan Udara memiliki arti tersendiri. Tepatnya 29 Juli 1947, 70 tahun lalu, sebuah peristiwa penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia dimana pada hari tersebut terjadi peristiwa penembakan pesawat Dakota VT-CLA oleh pesawat P-40 Kitty Hawk milik Belanda yang saat itu baru saja sekitar seminggu melancarkan agresi militer I. Sebagai sebuah penghormatan terhadap peristiwa tersebut maka untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa gugurnya para tokoh dan perintis TNI AU ini, sejak tahun 1955 tanggal 29 Juli diperingati sebagai Hari Berkabung TNI AU dan pada tahun 1962 diubah menjadi Hari Bakti TNI AU

Peristiwa penembakan Dakota VT-CLA tersebut menjadi pukulan yang sangat berat bagi Indonesia serta bagi pribadi Kepala Staf Angkatan Udara pada waktu itu Soerjadi Soerjadarma karena peristiwa 29 Juli tersebut menimbulkan sebuah kehilangan dan pengorbanan yang besar bukan hanya dari segi materi berupa pesawat dan muatannya tetapi juga sebuah kehilangan dan pengorbanan nyawa dari para perintis TNI AU. Tidak dapat dipungkiri dalam peristiwa tersebut turut gugur beberapa orang asing yang memiliki simpati dan mendukung kemerdekaan Indonesia.

Beberapa nama yang gugur dalam peristiwa 29 Juli saat ini dikenal dan cukup familiar bagi masyarakat Indonesia, tetapi terdapat sebagian yang mungkin terdengar asing. Adapun tokoh penting perintis TNI AU yang gugur dalam peristiwa tersebut adalah Komodor Muda Udara Agustinus Adisucipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Opser Muda Udara I Adisumarmo Wirjokusumo (operator radio), selain itu juga turut gugur dalam peristiwa tersebut Zainal Arifin (Konsol Dagang RI di Malaya), pilot Alexander Noel Constantine, seorang kebangsaan Australia dan mantan pewira di Royal Air Force (RAF) Angkatan Udara Kerajaan Inggris beserta istri beliau Nyonya Noel Constantine, kemudian kopilot  Roy Lance C Hazlehurst seorang kebangsaan Inggris dan yang terakhir adalah seorang teknisi pesawat kebangsaan India, Bidha Ram. Dalam peristiwa tersebut hanya terdapat seorang yang selamat yaitu Abdul Gani Handoyotjokro.

Peristiwa penembakan Dakota VT-CLA tidak dapat dilepaskan dari beberapa rangkaian fakta sejarah yang saling terkait satu sama lainnya. Pesawat Dakota VT-CLA merupakan sebuah pesawat carter yang didapatkan oleh Indonesia dari seorang kebangsaan India yaitu Biju Patnaik. Biju Patnaik sendiri merupakan pemilik dari Kalingga Airlines yang banyak membantu mobilitas udara antara Indonesia dengan negara-negara lainnya saat itu dan beliau juga seorang nasionalis di India. Biju Patnaik yang juga merupakan sahabat Presiden Soekarno sangat bersimpati dan mendukung kemerdekaan Indonesia sehingga beliau memberikan dukungan yang sangat banyak saat itu. 

Penerbangan pesawat Dakota VT-CLA yang memuat bantuan kemanusiaan dari Palang Merah Malaya di semenanjung Malaya dan Singapura ini merupakan sebuah misi yang telah disetujui oleh otoritas Inggris dan diketahui oleh pihak Belanda. Pada saat yang bersamaan terjadi juga peristiwa operasi pengeboman pertama oleh TNI AU yang dilakukan para kadet penerbang ke tangsi Belanda di Semarang, Ambarawa, Salatiga dengan menggunakan pesawat peninggalan Jepang. Operasi pengeboman ini sangat mengejutkan dan memukul semangat pihak Belanda. 

Dengan adanya operasi pengeboman tersebut, maka semangat tempur pihak Belanda menjadi turun dan ketika pihak Belanda melihat ada peluang untuk melakukan serangan balasan, maka Belanda mengambil langkah untuk mencegat dan menembak jatuh pesawat Dakota VT-CLA yang saat itu sudah mendekat ke Pangkalan Udara Maguwo. Akibat dari penembakan tersebut, maka pesawat Dakota VT-CLA jatuh di Dusun Ngoto, Bantul.

Kurang lebih sedikit hal di atas yang dapat saya bagikan untuk sekedar mengingat peristiwa penembakan Dakota VT-CLA dan mungkin masih banyak fakta-fakta sejarah yang belum kita ketahui dan perlu untuk digali lebih jauh lagi.

Mengakhiri catatan ini saya sampaikan Salam Hormat yang mendalam bagi orang tua, saudara, sahabat, pendukung, simpatisan dan putra terbaik Indonesia yang gugur dalam peristiwa penembakan Dakota VT-CLA tersebut. 

Semoga dengan keikhlasan dan keberanian serta pengorbanan yang telah diberikan dapat menjadi sebuah teladan dan menjadi sebuah catatan yang sangat berharga dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline