Lihat ke Halaman Asli

Gading Cempaka

Gading Cempaka adalah nama salah satu tokoh atau karakter dalam legenda yang berasal dari daerah Bengkulu.

Sang Vokalis Menyukaiku

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

sumber: smangi-official.blog.com

Yuhuuuuu (15.24)

Sebuah pesan masuk lewat pertemanan media sosialku..

Untuk sesaat ku utak-atik handphone, dan ku buka berbagai fitur media sosial di dalamnya. Sebenarnya sudah dari tadi ku lihat pesan tersebut muncul di layar depan, namun entah mengapa saat ini aku lagi malas menjawabnya. Yaaa, sebenarnya aku sudah tau siapa dia, makanya aku diamkan saja pesannya, hanya sekedar ku lihat-lihat, tanpa ada hasrat untuk membalasnya.

Saat aku sedang berselancar di dunia games, tiba-tiba dua pesan masuk lagi, dan dari orang yang sama pula…uuuugh, mau apa lagi sih orang ini ujarku sedikit kesal. Akukembali melanjutkan hobiku di kala senja tiba, mengasah otak mengutak-atik permainan yang cukup menantang adrenalin…yeeeay…lolos juga deh, lanjut ke level 131…..assssseeeeek……..

Tiba-tiba adzan magrib berkumandang, ku akhiri kegiatanku di sore ini. Alhamdulillah sudah sholat magrib.Minggu ini kegiatan di tempat ku bekerja sudah mulai senggang, tinggal melakukan kegiatan akhir..setelah itu libur deh…..yaaaaa, libur cukup panjang menjelangakhirtahun.

Bosan, entah mengapa sore ini aku sedikit bosan. Atau mungkin terbawa suasana tadi siang di tempat bekerja. Sudah satu minggu ini ada saja kejadian-kejadian yang menguras tenaga di tempatku bekerja. Walaupun secara tidak langsung tidak berhubungan denganku, namun sedikit banyak berimbas juga dengan suasana hati.

Aku memutuskan membuka dua pesan dari seseorang tadi.

“ Aku di Jakarta lho” (16. 45)

“Ketemuan yuuk” (16.46)

Iiih, males amat fikirku…pede banget nih orang ya, wah gawat ni gumamku dalam hati. Karena bingung dijawab atau tidak, akhirnya aku lihat photo profilnya yang bertuliskan Tour Yogyakarta ke Jakarta dan Bandung. Lagi promo tour album bandnya kali ujarku dalam hati. Emmmm, mending gak usah di jawab saja deh, ntar daripada-daripada….

Tiba-tiba seorang temanku mengirim pesan.

“ Jen, lu di mana sih?” (18. 37)

“ Di rumah, napa Yu? Ujarku kepadaAyu.

“ Lu tuh ya, kebiasaan..eh ni barusan si Wawan bb in guwa…katanya luh kagak jawab bb darinya, napa sih lu? Sibuk ya? Eh, Jen..Wawan tuh lagi di sini ni, katanya dia ngajak ketemuan ma lu…gimana sih?”

“Ah, males Yu..mau ngapain lagi sih? Sekarang kan statusnya dah beda kali….aq males deh ngingat-ngingat yang dulu, ibarat film sekarang mah dah ganti judul…yang lalu biar berlalu…”

“Ah, sok banget lu..dulu aja lu kayaknya sempat demen ma dia, udah deh jangan gitu-gitu amat, mumpung nih dia ke sini….”

“Udah ah, Yu..pokoknya aku males…males…dan males…titik…bye…..”

Sementara itu berkali-kali pula Wawan “ ping” padaku, terakhir pesannya di malam itu berupa gambar smily bertanduk merah….beeeuh, kumatikan handphone ku…bikin kesal saja ujarku menggerutu.

Di kamar kurebahkan tubuhku, kupandangi langit-langit sambil menerawang jauh masuk ke masa lalu,suatu masa yang jika aku dapat memutar waktu, aku ingin kembali ke masa itu..ya, masa kuliahku, masa-masa yang paling indah dalam hidupku. Banyak sudah kenangan indah yang terukir di sana,.

Kota pelajar, bermuaranya penantian panjang mimpi-mimpiku semasa SMA. Senang tiada terkira saat itu tatkala aku diterima melanjutkan study di sana.

Tahun pertama masih idealis…belajar, belajar dan belajar. Tahun kedua, sudah beradaptasi secara total, bahkan aku tak mau pulang ke kampung halaman saat libur semester pendek. Alasanku, aku ingin bertandang ke rumah kawan-kawanku di Jawa Tengah, duuuh..senang banget bisa pelesir ke mana- mana. Tahun ketiga, di sinilah aku mulai mengenaldia.

Perkenalanku dengannya biasa saja, aku memang masih ingin focus dengan kuliah, makanya tak serius-serius amat tatkala berteman dengan lawan jenis…hehehehe…beruntung kamiberteman lewat media sosial yang lagi heboh kala itu. Sejauh aku mengenal dia, ehem maksudku suaranya deh, kalau mukanya sih aku tak tahu…enam bulan lamanya dan tak satu malam pun terlewatkan olehnya, di sepertiga ahkir malam dia selalu meneleponku…awalnya aku merasa terganggu, namun lama-kelamaan aku terbiasa. Yaaa, dia ternyata seorangvokalis band yang cukup terkenal dari kota pelajar ini. Jika dia dan band nya sedang promo di radio-radio, maka aku selalu senang mendengarkan wawancara mereka tersebut. Bahkan seringkali juga aku ikut berpartisipasi meramaikan kegiatan mereka, yaaa memang aku akui lagu-lagu mereka tuh cukup enak untuk di dengar.

Seiring berjalannya waktu, kami memutuskan untuk bertemu. Sore itu dia datang ke kos-kosanku. Deg-degan rasanya. Sejenak ku dengar suara riuh di lantai bawah. Karena penasaran ku lihat ada apakah gerangan yang terjadi. Temanku berteriak “ Jen…Jenna…ada yang nyari nih…”

“ia, terima kasih…ujarku.

Cie..ciee..cieeee…teman-temanku mengejek aku…sebenarnya aku tak tahu ada apa? Aku sih pede saja…dan benar saja, laki-laki yang datang mencariku ternyata seorang laki-laki yang berparas rupawan, wangi dan senyumnya yang waaaaaooow….mengulek-ngulek hatiku….(luluh deh jadinya hehee)

Saat itu aku hanya berfikir, Wawan hanya iseng saja denganku, karena mana mungkin cowok seperti dia mau dan punya waktu datang ke tempatku.

Lugu, polos, kaku dan grogi jadi satu di pertemuan kami kala itu. Daun bunga jadi keriting karena ulah jahil tanganku, bagaimana tidak untuk mengatasi grogiku, sedikit-sedikit daun-daun itu aku potekin, sehingga tanpa sadar pohonnya botak….

Sejak saat itu kami berteman baik, entahlah..aku menganggap Wawan seperti cowok-cowok lainnya, tanpa melihat sisi ketenarannya.

Tak terasa 2 tahun sudah kami berteman, dia memang sangat baik untuk seukuran gadis kampung sepertiku. Sering dia memintaku menjadi teman yang lebih dari sekedar sahabat, tapi aku selalu ragu..tak pernah benar-benar bisa mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya.

Haru biru hatiku, saat dia menyatakan perasaannya di depan khalayak banyak, saat pertama kali aku hadir di konser grup band nya…air mataku sampai menetes, namun lagi-lagi aku menolak dia dengan sejuta alasan yang masuk akal bagiku, aku tak peduli bagaimana dengan hatinya…..sekali lagi, aku ragu. Keesokan harinya ramai berita itu di infotainment…dan ramai juga teman-temanku menghujatku…

“Ah, sok cantik kamu, sombong, pura-pura jual mahal padahal jomblo”….sakit sih ia aku mendengarnya..

“ Jen. Kenapa sih, apa sih alasanmu? Nih ya aku kasih tau ke lu..Wawan itu 100% jomblo kayak lu, Jenna…please deh…buka mata lu, buka hati lu yang lama beku itu…terima, terima Jen” habis deh aku di maki-maki oleh mereka….rasanya ketika itu aku sangat malu datang ke kampus, karena hampir semua mata yang melihatku seolah-olah penuh cibiran…Ah biarlah, tohyang merasakannya aku, bukan mereka kok, ujarku menguatkan diri.

Hebat! hebat! Selepas kejadian itu, Wawan tetap baik dan bersikap seperti biasa kepadaku, walau kadangkala aku tak mau menemuinyaketika dia datang ke kos ku. Jujur, aku tak mau kecewa dan aku tak mau ketakutanku menjadi nyata.

Satu semester lagi aku menyudahi studyku di sini, Wawan masih setia dengan harapannya…akhirnya kokohnya dinding hatiku mulai runtuh..saat ini aku sudah mulai mencoba membuka lembar-lembar perasaanku padanya…hingga suatu malam, kala itu situasinya sama seperti saat ini, ya kira-kira pukul 11 malam. Perasaanku lagi bosan, aku susah untuk memejamkan mataku, tanpa ragu aku pun menelepon Wawan. Namun apa yang terjadi, tiba-tiba di seberang sana aku mendengar suara seorang perempuan . Betuuuul, perempuan yang menjawab telepon itu. Bak tersambar petir, aku kaget…sedih, dan kesal..bahkn sempat ku dengar suaramu bertengkar dengan perempuan itu…akhirnya ku tutup teleponku..

Hebatnya aku malam itu, aku tak menangis, malah aku berterima kasih sekali dengan Tuhan sang penjaga hatiku..tlah terjawab sudah keragu-raguanku selama ini…

Seusaisholat subuh, kunyalakan handphoneku…dan ku lihat puluhan kali pesan suara masuk, puluhan SMS juga bertengger di inbox…waaaauuuw, ada apa gerangan? Ujarku. Beribu kata dia kirimkan berupa permintaan maaf dan penjelasan, namun semua sudah terlambat bagiku.

Sebuah karangan bunga nan cantik terpajang di depan pintu kos ku. Ucapan selamat darinya karena hari ini aku telah menyelesaikan studyku. Surat kecil dia selipkan diantara bunga-bunga cantik itu.

Untuk bidadariku Jenna,

Selamat ya beib, entah dengan apa aku melukiskan kesempurnaan dirimu. Sungguh tak beruntungnya aku karena tak dapat mendapatkan kesempurnaan yang kau miliki. Jika suatu saat kau akan pergi dariku, please beri kesempatan aku untuk menatap matamu yang indah itu.

Selamatya cantik…..

Sehari sebelum aku meninggalkan kota pelajar ini, aku memutuskan untuk menelepon rumahnya. Tlah ku siapkan hadiah mungil untuk Wawan, dan kami pun janjian makan di tempat dulu biasa kami singgahi. Ku lihat mata Wawan berkaca-kaca saat terakhir melihatku, “Besok bolehkah aku mengantarmu, beib? Please, beri aku kesempatan”.

Pagi-pagi sekali dia sudah datang. Setelah berpamitan dengan teman-temanku, aku pun berangkat menuju stasiun. Di mobil, kuberikan bingkisan mungil itu kepadanya. Dia pun memberikan aku sebuah bingkisan.

Cukup banyak pasang mata yang menyaksikan Wawan mengantarku. Dari jendela ku lihat dia melambaikan tangannya hingga tak dapat ku lihat lagi wajahnya karena keretaku tlah melaju. Air mataku pun menetes haru, baiklah Jenna…selesai! Selesai sudah episode kehidupanmu di kota pelajar ini.

Satu minggu berlalu, tiba-tiba ada sebuah SMS masuk.

"makasih ya beib, aku sangat terharu sekali membaca isi suratmu padaku. belum pernah sebelumnya ada perempuan yang seperhatian itu kepadaku. (18.34)"

Aku senang sekali membaca SMS ini, semoga saja aku tak menyinggung perasaanmu, Wan...maaf ya, aku juga gak tau kok aku bisa menulis pesan itu untukmu.

/Mas Wawan//

/ terima kasih atas kebaikanmu kepadaku//

/Mas, Jenna hanya berpesan dua hal untuk mas Wawan//

/ Jangan lupa belajar mengaji, itu penting mas//

/ jangan putuskan tali silaturahmi//

Terima kasih, beib..Suratmu slalu ku simpan dalam hatiku. Dan kamulah orang pertama dan satu-satunya yang pernah mengatakan kalimat itu padaku. Bahkan aku sendiri pun tak pernah terfikir. Makasih ya...

SMS itu ku terima kira-kira 9 tahun yang lalu, hingga sore ini untuk pertama kalinya kami berkomunikasi kembali.

Sesaat ku buka bingkisan yang dulu diberikan Wawan padaku…

/“Beib, meski kau tak pernah mau memafkanku, aku akan selalu mencari dan menunggumu sampai sang bidadariku yang sempurna benar-benar menjadi milikku….”//

Wan, aku pun saat ini masih menunggu…menunggu sampai waktu menghilangkan keragu-raguanku kepadamu….tapi lagi-lagi..rasa ragu itu seketika muncul.

Masa sih setelah sekian lama dia masih mencariku, tak mau ah, entahlah perasaanku mengatakan kalau dia tuh tak sepenuhnya menyukaiku…tak percaya aku. Orang seperti dia tak ada yang mendampingi, sedangkan hal itu bukanlah sesuatu yang sulit untuk dia dapatkan. Untuk apa dia mencariku?

Tuhan, beri aku jawaban atas perasaan raguku ini. Perlihatkanlah yang sebenarnya, karena aku tak mau terluka atau pun bahagia karena kaumku sendiri…

Jika aku laksana bidadari bagimu, maka ku harap kau sang surya yang mampu memberikan kehangatan hatiku yang masih beku, beku untuk menerima kehadiranmu, kehadiranmu yang tulus pastinya.

JKT, 4112014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline