Lihat ke Halaman Asli

R .

Bertemu teman cerita

Mereka yang Diinspirasi Kemiskinan

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pergulatan dengan kemiskinan menghadirkan tokoh-tokoh yang inspiratif dan berpengaruh. Masih banyak tokoh yang karya-karyanya tidak kalah hebat. Berikut ini adalah beberapa dari yang hebat itu. Semoga Menginspirasi.

Eduard Douwes Dekker,

Penulis Max Havelaar ini tergerak untuk berbuat sesuatu setelah melihat penderitaan pribumi (rakyat Indonesia-saat itu) di bawah koloni penjajah. Kemiskinan dan kemelaratan menjadi pemandangan sehari-hari. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah koloni. Setelah Max Havelaar dilansir, Douwes Dekker justru menjadi musuh dari bangsanya sendiri. Tapi, apa yang diperjuangkannya berbuah berpuluh tahun kemudian, ketika politik etis dideklarasikan oleh Ratu Wihelmina. Ya! Politik etis yang memberi angin kesegaran bagi warga pribumi itu terinsipirasi oleh Max Havelaar yang ditulis Douwes Dekker (Multatuli).

Gustavo Gutierrez,

Terlahir dalam keluarga miskin di Peru. Keterlibatannya dengan kemiskinan menghasilkan pemikiran yang disebut dengan Teologi Pembebesan. Baginya kemiskinan itu destruktif, struktural (tidak aksidental) dan kaum miskin adalah suatu kelas sosial. Pada tahun 1971 ia menerbitkan karya monumentalnya A Theology of Liberation yang menguraikan secara sistematis dan komprehensif teologis Guiterrez dalam konfrontasi dengan dunia miskin di Amerika Latin. (Marthin Chen Pr, 2002). Pemikirannya merupakan metode baru dalam berteologi dan keberpihakan pada kaum miskin.

Amartya Sen,

Terlahir sebagai anak miskin di India, Amartya Kumar Sen lama bergumul dengan kemiskinan itu sendiri. Pengalaman empirisnya itulah yang menginspirasi teori-teorinya tentang ekonomi. Penggagas Theory of Welfare Economics ini menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan adalah kemakmuran masyarakat yang paling miskin bukan sekedar kenaikan GNP, pemikiran ini telah banyak diadopsi negara di dunia termasuk juga PBB dalam program MDGs. Professor dari Harvard untuk bidang ekonomi sekaligus filsafat menjadi penerima Nobel tahun 1998 atas karyanya di bidang ilmu ekonomi.

Muhammad Yunus,

Seorang professor dari Bangladesh yang dengan sedih menyadari teori-teori ekonomi yang ia ajarkan di dalam kelas tidak berdampak pada dunia nyata, terkhusus penanganan kemiskinan. Muhammad Yunus akhirnya turun ke dunia praktik, melihat secara langsung kaum miskin dalam kehidupannya.. Yakin dengan panggilannya, Muhammad Yunus meninggalkan jabatan di universitas dan memulai petualangannya mengentaskan kemiskinan. Bermula dari Grameen Bank, yang memberikan pinjaman bagi orang miskin-yang umumnya ditolak oleh Bank-. Kini konsep yang ia tawarkan telah dikenal luas dengan sebutan mikrokredit. Karya nyata Grameen pulalah yang menghantarkan Muhammad Yunus menjadi penerima Nobel Perdamaian di tahun 2006.

Kemiskinan hadir bukan semata-mata karena nasib ataupun kemalasan dari kaum Miskin, lebih dari itu, struktur sosial yang menyebabkan kaum miskin bahkan tidak berkesempatan untuk mengubah nasibnya. Keempaat tokoh tadi melakukan sesuatu dengan caranya masing-masing untuk mengangkat derajat kaum miskin. Sesuatu yang tidak dilakukan oleh semua orang yang harusnya mau.

Kemiskinan bukan menjadi ajang cari perhatian ketika kampanye berlangsung, bukan pula ladang statistik untuk menentukan siapa pemimpin yang paling berhasil. Mahatma Gandhi berkata : Poverty is the worst form of  violence. Tugas semua manusia untuk dengan solidaritas membantu perjuangan melawan kemiskinan.

Salam,

R.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline