Lihat ke Halaman Asli

Salah Siapa???

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus pelecehan seksual yang menimpa kaum Hawa makin marak aja nih. Pelecehan seksual sering terjadi di tempat-tempat umum. Suasana temaram saat nonton film di gedung bioskop, misalnya, mengundang cowok iseng untuk beraksi. Apalagi kalo filmya lagi hot, udah deh, makin membara aja tuh niat usilnya. Juga ketika terjadi desak-desakkan di kendaraan umum, seperti bus atau kereta api, kadang menimbulkan fantasi seksual cowok yang nggak bisa nahan nafsu. Merekapun memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan buat menuhi hasratnya. Masih inget dengan kasus seorang wanita yang merasa dilecehkan oleh seorang laki-laki di Busway? Wanita itu melaporkan si laki-laki kurang ajar itu ke kantor polisi. Meskipun pada akhirnya wanita itu mencabut kembali laoprannya. Padahal mah, jangan dicabut, biar dia kapok.

Di jalan raya atau gang sempit, juga nggak aman dari ulah jahil para cowok iseng. Juga di mall, pasar, tempat kerja, atau konser music yang identik dengan desak-desakkan dan jingkrak-jingkrakan, tanpa ada pemisah antara kaum hawa dan kaum adam. Para cowok jahil, biasanya memanfaatkan keadaan. Dengan sengaja menyenggol, memegang (maaf) pantat, dan bahkan ada yang dengan sengaja menempelkan tubuhnya ditubuh cewek yang tidak dikenalnya. Hiiiiy.... Serem! Harusnya sih dipisahin antara tempat laki-laki dan perempuan. Pernah saya lihat berita sebuah konser beberapa tahun lalu. Tepatnya di Aceh, lapangannya dibagi dua. Dipisahkan oleh pagar besi. Jadi gak ada tuh yang namanya laki-laki dan perempuan bercampur.

Di tempat khusus seperti rumah, bisa juga terjadi pelecehan seksual lho! Akibat tidak adanya batasan interaksi antara cewek dan nonmuhrimnya. Banyak lho, pelaku pemerkosaan yang ternyata kerabat dekat sendiri. Bahkan orangtua terhadap anaknya. Beberapa tahun kebelakang, banyak tuh televise yang memberitakan tentang seorang ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri. Kesimpulannya, pelecehan seksual sering terjadi di tempat-tempat yang memungkinkan adanya interaksi antara cowok dan cewek.

Tapi, sebenarnya siapa yang salah, ya? Cowoknya yang kegatelan (kalo gatel, harusnya di garuk aja ya?), apa si ceweknya yang emang mengundang buat dilecehin?

Mungkin ini adalah ekspresi umum yang bakal kamu-kamu tunjukkan jika dilecehkan; bibir manyun, hati dongkol, dan muka merah. Tapi, tentu saja reaksi kamu bisa lebih dari itu, tergantung ringan-beratnya pelecehan yang menimpamu. Paling, kalo hanya disuitin atau dipandangi oleh mata yang jelalatan, kamu Cuma membatin, dongkol dalam hati. Tapi kalo udah sampai diraba-raba pada bagian tubuh tertentu, bisa jadi kamu langsung marah besar. Kalo perlu kamu akan menggampar cowok kurang ajar itu. (jangan segan-segan, gampar aja yang keras! Hehe..)

Bay de wey, kamu-kamu pada tau gak sih definisi dari pelecehan seksual? Pastinya diantara sejuta pembaca ini (hahaha...ngayal.com) ada yang tau, kan? Bagi yang belum tau, aku akan menjelaskannya. Menurut kosakata, pelecehan seksual atau sexual harassment itu diartikan sebagai setiap perbuatan yang tidak dikehendaki oleh orang yang menjadi objek perbuatan tersebut (unwanted attention), khususnya yang berkaitan dengan seksual (jenis kelamin).

Jadi, meskipun Cuma dipandangi secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya oleh cowok (proklamasi kaleee ...); kalo tuh cewek nggak terima, berarti itu udah masuk kategori pelecehan. Termasuk juga suit-suit, apalagi sampai berani nowel atau meraba-raba bagian tubuh tertentu, bahkan sampai terjadi pemerkosaan (Gaswat, nih!). Emang, bisa jadi antara individu yang satu ama yang lain punya anggapan yang beda soal pelecehan ini. Ada yang baru dikerlingin aja udah mencak-mencak karena menganggap itu pelecehan, atau ada yang setelah terjadi kontak fisik baru menyebutnya pelecehan. Tapi yang jelas, dari definisi tersebut, bentuk perbuatan apapun dari seorang cowok yang nggak diridhai tuh cewek, udah masuk kategori pelecehan seksual. Mulai dari kelas ringan seperti dipandangi penuh selidik oleh lelaki hidung belang pada lekuk-lekuk tubuh cewek, ampe kelas berat seperti pencabulan atau pemerkosaan.

Nah, gimana kalo tindakan cowok macam itu justru dikehendaki tuh cewek? (aje gileeee...). Ya, otomatis kalo tuh cewek ikhlas diisengin, bukan pelecehan seksual namanya. Tapi, masa, sih, kita-kita rela dilecehkan begitu? Kayaknya Cuma mereka yang kagak berotak aja kali yang pada mau. Lagi pula, kalopun punya otak, mungkin mereka pada nggak bisa makenya buat mikir. Faktanya emang ada, lho, cewek yang justru bangga dipantengin atau disuitin. Bahkan, ditowel-towel, dirangkul, dan diraba-raba, malah si cewek menikmati (weitss... jangan dibayangin, dong!! Puasa ne!). na'udzubillahi min dzalik. Itu sih, memang bukan pelecehan lagi, tapi udah maksiat. Tuh, cewek berarti udah menzalimi diri karena rela menceburkan diri dalam perbuatan dosa. Iya, dong, membiarkan cowok bukan muhrimnya kontak fisik ama dia, berarti kan, dosa. Tul, nggak?

Nah, kalo gitu, siapa sebenarnya yang salah? Cowoknya, ceweknya, apa dua-duanya? Hm... kayaknya, sih, dua-duanya! Iya, dong, kaum Adam sebagai subjek pelecehan emang salah dan dosa banget karena melakukan tindakan yang merendahkan kaum Hawa. Soalnya, dalam Islam, seorang Muslim diperintahkan untukk berakhlak baik, termasuk menjaga sopan santun dan menghormati cewek.jangnkan sampai terjadi kontak fisik, seperti menowel, meraba-raba, atau bahkan samai memerkosa; memandang dengan disertai syahwat saja nggak boleh! Jadi, jelas, kaum Adam bisa disalahkan atas terjadinya pelecehan seksual. Dan itu, bisa terjadi karena tuh cowok emang tipis imannya, nggak tahu sopan santun, nggak bermoral, nggak tahu dosanya ngisengin cewek, atau mungkin emang udah ketagihan!

Kaum Hawa sebagai objek pelecehan, bisa dosa juga kalo memberi peluang terjadinya pelecehan. nggak bisa dipungkiri, penampilan dan tingkah laku yang menggoda turut memberi kontribusi terjadinya pelecehan seksual. Bayangin, gimana cowok gak pada ngiler kalo "disuguhi" penampilan serba transparan ala Britney Spears, gitu? Aurat di umbar, mulai dari daerah sekwilda alias sekitar wilayah dada, ampe bupati alias buka paha tinggi-tinggi. Udah gitu disertai jalan lenggak-lenggok pula. Belum cukup, mereka juga menebarkan aroma wewangian yang mengundang syahwat, dandanan menor, dan suara mendesah. Ya udah, boro-boro cowok tipis iman, yang imannya setebal tembok china pun bisa ambrol, Bro! Iya, wong setan-setan makin canggih menggoda manusia dari berbagai penjuru dunia. Nggak percaya? Coba, deh, kamu tampil serba terbuka gitu, baru tahu rasa. Dijamin bakal nggak lolos dari pelecehan! Amit-amit jabang bayi! Aku heran deh sama cewek yang hobi pake rok mini. Kalo di angkot ne ketemu ma cewek yang ber-rok mini, si cewek itu menarik-narik rok nya itu. Udah tau mini, masih ditarik-tarik juga. Pake rok mini berarti dia siap dengan resikonya dong (huussss... udah dibilang, jangan dibayangin!!) Kalo gak mau kelihatan, ya pake rok panjang lah.. aman tuh! Gak usah susah-susah narik rok itu. Iya kalo bisa nutupin, kalo gara-gara ditarik terus roknya ngambek, trus sobek? Gimana hayo?? Lebih gaswat kan?

Walhasil, terbukti pelecehan seksual bukan hanya kesalahan kaumnya Teuku Wisnu doang, melainkan juga ada kontribusi dari kaumnya Shireen Sungkar ini. Belum lagi, ditambah kondisi lingkungan masyarakat yang nggak mendukung tercegahnya aksi pelecehan, seperti hukuman yang ringan bagi pelaku pelecehan sehingga nggak bikin kapok. Contohnya, para pemerkosa atau pelaku pencabulan, paling dipenjara beberapa tahun atau bahkan hanya bulanan. Ditambah lagi nggak dipatuhinya rambu-rambu pergaulan antara cowok dan cewek sesuai yang diperintahkan Allah SWT. Nggak heran, kalo pelecehan seksual makin subur makmur, gemah ripah loh jinawi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline