Lihat ke Halaman Asli

QURY ALVINI

Mahasiswa

Kualitas Air di Masyarakat Buruk akibat Tercemar Limbah Tinja

Diperbarui: 10 Maret 2023   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya air terbesar. dapat kita lihat apa saja permasalahan yang sedang terjadi pada masyarakat yang tinggal perkotaan salah satunya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat di perkotaan akan kebersihan air dan sanitasi. akhir - akhir ini banyak masyarakat di cemaskan dengan air yang tercemar karena efek tinja, yang membuat air mengeluarkan bau tidak sedap tidak hanya itu warna air pun berubah. Masyarakat daerah perkotaan hanya sedikit yang memahami manfaat menjaga septik tank rumah tangga dengan itu perlu adanya peran pemerintah juga untuk bisa memberi edukasi kepada masyarakat agar terus menjaga kebersihan air di lingkungan sekitar. 

Untuk mencegah hal tersebut terjadi dengan memastikan septik dan sumber air terisolasi dengan baik. Rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan tangki septic tank yang tertutup seharusnya membersihkan tangkinya minimal satu kali dalam lima tahun. Pencemaran air di sebabkan oleh kurangnya pemeliharaan jamban yang seharusnya selalu bersih dan tidak ada genangan air. Jika sudah terisolasi dengan baik, maka jarak septic tank dengan sumber air sudah tidak perlu menjadi masalah terutama di wilayah padat penduduk seperti di perkotaan. Tantangan dalam meningkatkan kesadaran pentingnya sanitasi, yaitu kesadaran masyarakat yang rendah terhadap resiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai dan saluran pengurasan tangki yang juga rendah banyak keluarga belum mengerti pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa tangki septik perlu dibersihkan dan di rawat secara berkala.

Menurut United Nations Children's Fund (Unicef) menyebutkan hampir 70 persen dari 20 ribu sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja. Unicef menyampaikan jika kondisi itu memicu penyakit diare, yang menjadi penyebab utama kematian balita. Dengan adanya permasalah tersebut UNICEF membuat upaya baru untuk sanitasi aman, yang berjudul #DihantuiTai yang bertujuan memberikan pemahaman kepada keluarga-keluarga Indonesia tentang sanitasi aman dan dampak pencemaran sumber air akibat tinja terhadap kesehatan masyarakat. Melalui judul hastag yang dilaksanakan secara daring ini, UNICEF mengajak rumah tangga Indonesia untuk memasang, memeriksa, atau mengganti tangki septiknya serta rutin menguras tangki minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun.

Bahaya yang di akibatkan pencemaran air bersih tersebut adalah munculnya jenis -- jenis kuman seperti salmonella, amoeba, dan escherichia choli penyakit ini menularkan dengan cara makan dan minuman yang telah terkontaminasi bakteri, yang menyebabkan radang kulit akibat terpapar air yang tercemar, salah satu penyakit yang berbahaya terdapat pada tinja manusia yaitu diare dapat berlangsung selama beberapa hari, dan dapat menyebabkan tubuh kekurangan air dan garam sehingga dapat menyebabkan dehidrasi berat yang berakibat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat penyebab utama kematian pada balita (usia 12-59 bulan) di Indonesia adalah diare. Tercatat terdapat 314 kematian akibat diare pada balita Indonesia pada 2019.

Upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kebersihan air dan sanitasi, adalah : Sosialisasi tentang pentingnya sanitasi dan pembersihan septik tank jamban dalam rumah yang berefek pada kesehatan; Pendampingan, setelah melakukan sosialisasi masyarakat akan di beri pendampingan atau penjelasan tujuan dari sanitasi lingkungan dengan cara pengelolaan jamban pribadi dengan baik agar tidak mencemari air; Mengajari pembuatan jamban dan septik tank yang baik sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan agar tidak mencemari air di rumah tangga; Menyuarakan dampak air bersih yang tercemar yang di sebabkan oleh tinja di media sosial maupun secara langsung dan yang terakhir membantu masyarakat yang kekurangan akses untuk mengelola septik tank.

Fasilitas sanitasi air yang aman di lingkungan :

Jarak septic tank dengan sumber air

Jarak antara septic tank dengan sumber air menjadi salah satu penyebab tercemarnya atau tidak sumber air di pemukiman warga. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Air Minum dan Petunjuk Teknis Menteri Perumahan Rakyat tentang Pembangunan PSU di Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun (kasiba/lisiba) ketentuan jarak antara septic tank dengan sumber air tanah minimal 11 meter.

Kondisi bangunan saptic tank

Banyaknya bangunan septic tank yang tidak memenuhi syarat ketentuan, bisa berpotensi terjadinya proses pencemaran sumber air bersih oleh limbah dari septic tank. Sirkulasi bangunan septic tank yang memiliki saluran pembuangan langsung ke riol/parit, memperlihatkan dampak bahwa terdapat 68 responden (85%) septic tanknya memiliki saluran langsung ke parit dan hanya 12 responden (15%) yang tidak memiliki saluran langsung ke parit. Mengamati dari data tersebut jika dibandingkan dengan standar septic tank yang dikeluarkan oleh Menpera ternyata banyak septic tank yang tidak benar membuat air bersih tercemar.

Kondisi parit pada buangan air limbah di lokasi perumahan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline