Lihat ke Halaman Asli

Rindu yang Menyendu

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam sebelum malam ini, saya terpekur berencana takmenyentuhmu dengan rinduku sebelum kalender menunjukkan tanggal di mana kau dan aku menjelma kita. Namun, rindu memang selalu takpunya kalender atau sekadar jam tangan untuk bersemi. Iya, saya merindukanmu. Rindu yang terlalu berlebihan. Malam ini!

Kopi yang seharusnya kusuguhkan untukmu, terbahak saat Ia mengalir tertelan mulut sendiri; bukan mulutmu. Rindu yang seharusnya kutumpahkan di rengkuhmu, mencibir saat Ia menggantung tercekat di gigit bibir sendiri; bukan bibirmu. Iya, selalu ada sesak yang terkatung tiap kali ada sesuatu yang tergantung.


Ego memang selalu menang atas kita.

Tapi waktu selalu punya sesuatu untuk menyadarkan bahwa: kita menyatu bukan untuk berpisah lagi.

Semoga, kita masih punya waktu untuk menyadari itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline