Qurrota A'yun dan Iyan Sofyan
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD)
Universitas Ahmad Dahlan
Dalam pendidikan di era digital dan mendukung terwujudnya visi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar yang inklusif, relevan, dan berorientasi pada pembelajaran sepanjang hayat. Dalam konteks Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, ini merupakan bagian dari pembentukan karakter dan kesadaran digital peserta didik. Untuk itu, para guru milenial "Jadilah agen perubahan dalam pendidikan digital dengan menguasai teknologi, menjadi fasilitator pembelajaran, menerapkan pendekatan proyek, mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, serta mengintegrasikan nilai-nilai etika digital" (sumber: Kompasiana, 2024).
Saat ini, dalam Kurikulum Merdeka, bahasa Inggris hanya mata pelajaran pilihan dengan dua jam pelajaran (70 menit) per minggu. Hal tersebut belum cukup untuk mencapai target penguasaan bahasa sebagai salah satu unsur penting dalam upaya membangun SDM kompetitif secara global demi mencapai cita-cita Indonesia menjadi negara maju.
Terkait status bahasa Inggris masih sebagai bahasa asing di Indonesia. Menurut Rose and Galloway (2015), dua pakar linguistik dari University of Oxford dan University of Glasgow, bahasa Inggris di Indonesia berada pada level expanding circle atau bahasa asing. Akibatnya, para penutur Indonesia sangat minim mendapat input bahasa Inggris, baik di rumah, lingkungan sekitar, maupun tempat umum lainnya.
Jika pembelajaran bahasa Inggris di kelas belum mencapai target yang diinginkan, maka dapat mengevaluasi kurikulum, membuat rencana pembelajaran yang terstruktur dan berkelanjutan. Memastikan ada keseimbangan antara aktivitas yang mendukung pemahaman konsep dan pengembangan keterampilan berbahasa. Kemudian dapat melakukan diskusikan strategi pembelajaran dengan rekan sejawat lainnya untuk mendapatkan ide dan saran tambahan.
Peningkatan keterlibatan siswa dapat dicapai dengan menggunakan aktivitas yang menarik dan melibatkan mereka secara aktif. Selain itu, berikan umpan balik yang konstruktif secara teratur untuk membantu siswa memahami area yang perlu diperbaiki. Kolaborasi dengan rekan sejawat untuk berbagi pengalaman dan strategi pengajaran yang efektif juga dapat membantu. Perencanaan waktu yang baik dan penggunaan metode pembelajaran yang diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan individual siswa juga sangat penting.
Pembelajaran digital merujuk pada penggunaan teknologi digital dalam konteks pendidikan untuk mendukung proses belajar mengajar. Dengan menggunakan pembelajaran digital, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan berbasis teknologi, yang dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Selain itu, pembelajaran digital memungkinkan evaluasi dan umpan balik yang lebih cepat serta memfasilitasi kolaborasi antar siswa secara virtual, menghadirkan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan responsif terhadap perkembangan teknologi. Pembelajaran digital tidak hanya mengubah cara kita mengajar dan belajar, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menjadi lebih terampil dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin digital di masa depan.
Dengan integrasi teknologi digital seperti platform daring, aplikasi pembelajaran, dan sumber daya interaktif, pengajaran bahasa Inggris menjadi lebih dinamis dan inklusif. Siswa tidak hanya dapat mengakses materi pembelajaran secara fleksibel dari mana saja, tetapi juga dapat belajar secara mandiri dan berkolaborasi dalam lingkungan virtual. Pembelajaran digital memungkinkan personalisasi pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan masing-masing siswa, sementara guru dapat menggunakan alat evaluasi yang lebih canggih untuk memberikan umpan balik secara real-time.
Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global dalam era digital yang terus berkembang. Dengan terus mengadopsi dan memanfaatkan teknologi ini secara efektif, transformasi ini akan terus membawa perubahan positif dalam pendidikan bahasa Inggris di masa depan.