My Firs Memory
Suatu hari aku terduduk rapi di kursi dudukku. Mencermati dan berusaha menyerap segala sesuatu yang terlempar dari ide-ide yang disampaikan salah seorang temanku. Pagi ini adalah kelas Psikologi Perkembangan yang menyampaikan beberapa ilmu yang menguak beberapa pengetahuan akan proses terjadinya perkembangan dalam hidup manusia. Suatu pelajaran yang sangat aku menyukainya, karena dengan mempelajarinya adalah sebuah perantaraku untuk mengerti sekaligus mengenal pribadiku sendiri. Banyak hal yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip dan teori-teori perkembangan yang sesuai dengan fakta realita yang ada.
Pagi ini kelasku mempelajari tentang perkembangan kognitif di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Para presenter dari teman-temanku menyampaikan beberapa pemahamannya akan apa yang mereka sampaikan sesuai dengan materi tersebut. Disana menjelaskan tentang teori perkembangan kognitif Pieget, bahwasannya menurut Peaget, tahap pemikiran operasional konkret terjadi pada anak-anak berusia 7 hingga 11 tahun. Selama tahap ini, anak-anak mampu melakukan operasi konkret, konservasi, klasifikasi, serasion, dan transsivitas. Mereka juga menjelaskan tentang pemrosesan informasi di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Bahwasannya terjadi peningkatan memori jangka panjang. Pengetahuan dan keahlian mempengaruhi memori. Stategi seperti perumpamaan dan elaborasi dapat digunakan anak-anak untuk meningkatkan memorinya.
Ketika semua hal itu terucapkan, sekilas terbayang olehku akan beberapa puzzle tentang masa kecilku. Sangat jelas olehku bahwa apa yang telah berlalu sudahlah berlalu. Aku tak tahu apa saja yang telah terjadi saat aku masih kecil. Baru mulai pada umur 5 tahunlah aku sedikit bisa menyimpan akan kenangan memori yang terlewatkan oleh hidupku. Mulai umur itu hingga menuju masa-masa berikutnya adalah proses terjadinya perubahan dan berkembangnya kognitifku. Aku dapat mengumpulkan kepingan puzzle itu sedikit demi sedikit. Yakni saat hari pertama dalam hidupku aku menerima suatu peristiwa yang memaksaku untuk selalu mengingat hari itu, itu adalah hari meninggalnya ibuku. Kemudian teringat olehku tentang kisah burung besi yang selalu menjadi jalanku untuk mendapatkan sekeping uang logam bergambar gunung. Teringat pula ketika aku menagis karena tubuhku babak belur oleh sepeda ayah yang ku kendarai dengan PD nya saat pertama belajar sepeda tanpa roda kecil lagi. Teringat pula olehku akan aku selalu bermain masak-masakan bersama sepupu-sepupuku. Dan saat aku jatuh dari kursi karena menginginkan seekor belalang daun yang bertengger di dinding ruang tamuku. Tawaku asaat aku mendapatkan seekor capung lalu ku ikat ekornya dengan sebilah benang. Hanya sekilas, sekilas saja memori itu mampu ku ingat.
Selama aku bayi hingga ke usia 5 tahun itu adalah masa ketika aku tak bisa mengingat apa saja yang pernah kulakukan. Apakah aku selalu menendang tubuh ibuku, apakah aku adalah anak yang suka menangis ataukah seria. Apakah aku dulu selalu merepotkan orang tuaku. Apakah aku pernah mengalami sebuah sakit di tubuhku ataukah tidak. Dengan mempelajari Psikologi Perkembangan inilah aku mampu menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Memang itulah faktanya, tugas perkembanganku muncul dan terjadi sesuai dengan umumnya waktu yang telah ditetapkan oleh Sang Sutradara kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H